Episode: Circle (8)

2.2K 239 86
                                    

"Zoya. Zoya anak kamu laki-laki..."

"Zoya..."

Aku mengerjap. Sinar lampu membuatku semakin pusing dan badanku semakin ringan. Sayup-sayup kudengar Mbak Ayu menangis dan memanggil namaku bersamaan dengan riuhnya dokter juga suara tangis bayi. Anakku...

"Zoya, kamu belum kasih nama anak kamu... Ayo tahan, tetep sama mbak Zoya..."

Aku menoleh ke samping kananku dan melihat bayi merah yang menangis. Aku berusaha tersenyum... "Zi... Dan..."

"Iya, namanya Zidan. Zoya tetep sama mbak, mbak mohon..."

Aku mengantuk sekali. Aku tidak kuat lagi. Rasanya terlalu lemas. Maaf ya Mbak Ayu. Untuk kali ini saja aku ingin tidur sebentar saja. Aku titip Zidan.

...

Untuk Mbak Ayu dan Mas Angga

Aku gak tau apa bener nulis surat begini tapi aku punya firasat buruk soal persalinanku nanti. Jadi kalau kalian baca suratku, aku mungkin sudah gak disamping kalian. Karena kalo aku masih disana sudah pasti surat ini aku buang. Hehehe.

Maaf ya sudah merepotkan kalian. Ditambah lagi sekarang aku nitipin Zidan ke kalian. Aku sudah kepikiran nama itu sejak seminggu ini. Semoga anakku laki ya, kalau perempuan namanya aku serahkan ke kalian.

Oh, iya. Kalau perempuan tolong kalian tetap rawat ya. Bagaimanapun juga, aku takut kalau anakku dirawat sama orang lain yang aku gak kenal. Aku gak mau Mas Danu merawat anak aku walaupun dia ayahnya. Mas Danu juga pasti kerepotan karena dia mau punya bayi juga sama Samira.

Mbak Ayu sama Mas Angga sudah lama pingin punya anak kan? Rawat anakku ya, tolong? Maaf kalau merepotkan tapi aku sudah gak tau lagi mau minta tolong siapa. Arie juga katanya pingin punya adik. Jadi tolong rawat anakku seperti kalian punya anak sendiri.

Mbak, Mas. Maaf sudah keras kepala soal sembunyi seperti ini. Tapi aku harap kalian ngerti. Selama aku hamil, gak pernah sekalipun keluarga Mas Danu tanya aku dimana? Apa aku pulang ke rumah atau gak? Bagaimana kabar aku dan sebagainya. Aku gak bisa kalau tiba-tiba datang dan bilang aku hamil. Mereka pasti kepikiran kalau itu bukan anak Mas Danu karena aku yang jarang di rumah.

Jadi tolong ya Mbak, Mas. Tolong sayangi anakku. Kalian boleh bilang kalau itu anak kalian kalau dia tanya nanti. Tapi kalau kalian memilih menceritakan bagaimana kejadian aslinya, aku harap kalian bilang sama anakku yang baik-baik.

Untun anakku. Bunda tahu kamu pasti akan jadi anak yang hebat. Maaf Bunda gak bisa disana, memperkenalkan dunia yang pernah Bunda tinggali kepada kamu. Menceritakan bagaimana Ayah kamu dan Bunda bertemu. Tenang saja, kamu hadir karena kami saling mencintai dan menginginkan kamu. Maafkan Bunda, meninggalkan kamu.

Tolong katakan seperti itu ya, Mbak Ayu dan Mas Angga. Bilang sama Arie juga, terimakasih. Aku sudah siapkan semua kebutuhan anakku sampai dia kuliah, semoga cukup. Tolong bilang kepada Yesi, aku sangat berterima kasih untuk semua bantuannya. Dan bantuan terakhir tolong urus semua simpananku yang kutinggalkan untuk anakku.

Maaf kalau aku terlihat kuat dan tiba-tiba pergi ya. Untuk Mas Danu, aku tidak tau mau mengatakan apa. Tapi sampaikan saja kepada keluarga besarnya dan Mas Danu. Kesabaran itu ada batasnya. Mungkin Mas Danu sudah tidak sabar menunggu buah hati kita dan menghadapi ibu. Aku bisa mengerti, maaf juga pergi dengan tiba-tiba begini. Tapi aku mau berterima kasih kepada Mas Danu karena sudah menitipkan anak kita di rahimku dan buat aku merasakan apa itu mengandung.

Sekali lagi, maaf ya Mbak Ayu dan Mas Angga. Terimakasih sudah mau menjaga aku sama anak aku. Aku pergi dulu.





Circle : Tamat

IPWhere stories live. Discover now