Episode: Heksa dan Sara 3

6.6K 444 5
                                    

"I love you..."

"I know..."

"Don't hate me"

"I just did..."

"Sara..."

"Harusnya lo gak pernah kasih harapan ke gue kalo ternyata gue gak bisa milikin lo selamanya, Sa. Kalo ternyata lo gak akan pernah bisa jadi punya gue..."

Heksa menelan ludah kemudian menjawab dengan cepat, "Harusnya elo jangan pernah berharap karena lo tau kita gak akan kemana-mana, Sar!"

"Gue...?"

"You knew that i was just nice to everyone in my life. You're not special, stop jadi satu-satunya perempuan yang mikir kalo gue cinta sama lo, dan lo bisa memiliki gue. You're just..."

"Brengsek"

"Lo tau gue brengsek dari pertama. You made me!"

Sara memundurkan tubuhnya, menekuk lututnya dengan bergetar. Perempuan itu menangis sekarang menatap Heksa dengan nanar

"Jangan bikin gue tambah brengsek, Sar. Kita udah begini hampir belasan tahun. Lo tau gue sayang sama lo, Sar. Gue mau yang terbaik buat lo..." Heksa menelan ludahnya kemudian berdiri dan memandang perempuan itu

"Gue sayang sama lo, Sa..." Sara mengalihkan pandangannya ke Heksa yang membatu menatapnya, "Dari kecil, gue selalu sayang sama lo" Sara menyisir rambutnya kemudian menelan ludah dengan kasar dan ikut berdiri di hadapan Heksa, "Kalo sayang sama gue, please ikut gue... I need you..."

Heksa menghela nafas kemudian melepaskan pegangan Sara pada lengannya dengan lemah, "Sar..."

"Gue tau lo gak akan pernah milih gue..." kata perempuan itu sambil berusaha menghentikan tangisnya, "Tapi gue gak berhenti sayang sama lo, Sa..."

Heksa menganggukkan kepalanya, hatinya sakit melihat Sara menangis seperti ini di depannya, tapi tidak mungkin dia menarik semua kata-katanya. Ini demi kebaikan mereka, jadi dia mendekati perempuan itu dan menarik Sara ke dalam pelukannya, "Gue sayang sama lo. Tapi tolong lo anggap gak ada yang pernah terjadi sama kita..."

Sara menatap Heksa dengan buram karena pria itu melepaskan pelukannya dan mengambil ponsel juga kunci mobil dan dompetnya yang tergeletak di meja. "Lo mau kemana?" tanyanya ketika Heksa memasang jam tangannya

Pria itu tidak menjawab dan berjalan menuju pintu setelah mengantongi barangnya

"Heksa!"

Heksa membalikkan tubuhnya kemudian melihat Sara sedang menatapnya dengan marah dan nafas terengah-engah. Dia menggelengkan kepalanya kepada perempuan itu, "Sama seperti lo yang memutuskan hengkang dari hidup gue. I'll do the same, Sar"

"Ini gak sama, Sa. Lo duluan yang..."

"Ya, udah. Biarin gue pergi..." Potong pria itu dengan putus asa dan menelan ludahnya dengan susah payah, "Toh pada akhirnya kita bakalan pisah. Lo sama kehidupan lo dan gue sama kehidupan gue. Lebih cepet lebih baik, kan?"

Sara tercekat. Kemudian melihat pria itu meninggalkannya begitu saja dan menghilang di balik pintu apartement. Dia menatap dengan tidak percaya kemudian merasa nyeri pada sekujur tubuhnya. Dadanya sesak dan Sara bernafas dengan susah payah. Perempuan itu meluruh begitu saja ke lantai dan menatap dengan kosong ke arah pintu.

Urat-urat dilehernya jelas menjelaskan betapa terpukulnya Sara karena kepergian Heksa meninggalkannya. Sampai akhirnya perempuan itu menangis dan memukul-mukul dadanya berkali-kali. Berusaha meredakan rasa nyerinya yang tak kunjung hilang karena menyadari Heksa sudah tidak ada di sana untuknya.

...

Sara mendapat banyak pujian ketika dia datang dan duduk di sebelah ibunya. Perempuan itu tampak cantik walaupun matanya terlihat bengkak. Tapi Sara berusaha tersenyum dan tetap menjadi ramah ketika banyak yang menanyakan kabarnya.

Ibunya menggenggam erat tangannya menguatkan Sara dan kemudian kembali menganggukkan kepalanya. "Cantik banget anak Mama..."

Perempuan itu menganggukkan kepala saja. Apa untungnya menjadi cantik kalau dia tidak bisa mendapatkan Heksa pada akhirnya. Tidak ada yang bisa menggantikan Heksa di hati Sara. Pria itu boleh saja mengatakan semuanya berakhir, tetapi Sara tidak pernah menginginkannya.

Namun apa yang dia lihat di depannya berbanding terbalik dengan semua kenyataan yang ada. Pria itu memaksanya hari ini untuk menyaksikan kekalahannya. Heksa sedang duduk di depan penghulu dan orang tua calon istrinya. Dengan lancar dan satu tarikan nafas, pria itu lancar menyebutkan ijab-kabul.

Sara menggenggam kuat tangannya dan dia menahan nafas tanpa sengaja. Dia tahu ada tangan lain yang menggenggam tangannya mencoba menguatkan Sara. Ibunya tersenyum kepada Sara ketika mata Sara sudah berair.

"Sara gak apa-apa kan?"

Sara menggelengkan kepalanya

"Gak keburu kan nanti berangkatnya?"

Perempuan itu menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan lembut sang ibunda. Ibunya langsung menarik Sara ke ruangan lain yang memang di sediakan khusus kemudian menatap putrinya dengan sedih

Ibunya menghapus airmata Sara yang sudah terisak didepannya, "Sayang... Jangan ya? Nanti ada yang lihat kamu begini..."

Seseorang menghampiri mereka kemudian mendekati Sara setelah mengunci pintu, "Sara... Ke bandara sekarang, ya? Maafkan Heksa..."

Sara tidak bisa menahan tangisnya lebih lama kemudian menangis dalam pelukan ibunya yang sudah mengelus punggungnya dengan lembut.

Sudah. Sara tidak akan menunggu Heksa lagi.

IPWhere stories live. Discover now