-1- INTRO

266 20 3
                                    


Author POV

Cinta. Satu kata yang memiliki banyak arti. Tiap orang tentu memiliki penafsiran sendiri-sendiri. Ketika dia sedang jatuh cinta, ketika dia sedang patah hati, ketika dia tak mendapatkan apa yang dia inginkan, tentu menjadi arti yang berbeda. Antara mereka yang dewasa dan masih kekanak-kanakan, tentu memiliki arti yang berbeda juga. Dan mungkin, kalimat 'Jatuh Cinta pada pandangan pertama' berlaku disini. Meski sebagian menafsirkan cinta pada pandangan pertama hanya cinta sesaat.

Ada Funi, Funita Amanda, keluarganya sering memanggilnya dengan Ufun. Gadis belia, bukan anak orang kaya, dan dia yang selalu terlihat ceria dan menggemaskan dengan pipi chubby-nya. Sekarang baru saja masuk sebagai murid kelas 2 di SMA swasta di daerahnya. Dia bukan cewek yang menjadi pusat perhatian karena parasnya. Bukan juga karena dia menjadi siswi pandai. Dia banyak orang karena dia yang selalu membuat orang di sekitarnya merasa senang. Tapi dia bukan pelawak.

"Fun!!" panggil seorang cewek dari arah belakang Funi. Mendengar namanya di panggil, Funi langsung menghentikan langkahnya dan melihat kebelakang dan memutar badannya. Belum lengkap badan Funi memutar, cewek itu, tak lain adalah Adin teman sekelas Funi, menabrak sambil merangkul tubuh Funi.

Brug!! "Apaan, sih, lo!!? Pelan-pelan kek!" protes Funi yang hampir saja jatuh karena ulah temannya itu. Dibelakang Adin, ada Sandy, temen cowok yang juga sekelas dengan Funi, tersenyum melihat tingkah temannya.

Si Adin yang jadi tersangka, hanya meringin atas perbuatannya. "Gue tadi denger obrolan Kepsek sama Guru Seni kita, Bu Marla!!" kata Adin semangat banget. "Lo pengen tau nggak apa yang mereka omongin??" Adin tetep antusias sambil memeluk Funi. Funi yang masih kebingungan cuma bisa ngangguk agar Adin segera melepas pelukannya. "Si Singa Marla bakalan pergi ke luar kota buat ngikut suaminaya yang dipindah tugas ke Jogja!!! Otomatis kita gak bakal kena omel terus sama Bu Marla!!??" Adin kegirangan dan jingkrak-jingkrak menuju kelas meninggalkan Funi dan Sandy gitu aja.

"Beneran!?" tanya Funi memastikan kepada Sandy yang jelas berangkat bareng Adin.

"Hu um, gue denger juga kok, tapi kayaknya belum dapet pengganti, deh, soalnya tadi Kepsek bilang Bu Marla harus nyari pengganti dulu" jelas Sandy. "Lo tau ndiri, kan, Bu Desy lagi hamil ga mungkin mau meng-cover tugas buat ngajar kelas 1" lanjut Sandy sambil melangkah meninggalkan Funi, dan Funi mengikuti Sandy.

"Bakal kangen nih sama omelan Bu Marla" kata Funi sambil cekikikan. "Eh, gue denger guru Matematika kita juga bakal ganti sementara, kan?"

"Oh itu, buat gantiin sementara Bu Anif yang sebentar lagi mau nglairin ya?" Tanya Sandy memastikan tentang kabar yang sedang hot di sekolahan. "Perasaan guru sekolah kita hamil pada barengan semua"

"Bikinnya barengan kali!!" celetuk Funi yang ia akhiri sambil tertawa terbahak-bahak yang akhirnya Sandy menimpuk kepala Funi dengan buku yang sedari tadi di tenteng Sandy.

SEPULANG SEKOLAH

"Guys! Makan diluar yuk! Gue traktir!" ajak Sandy sekeluarnya meninggalkan kelas, menengahi dan merangkul kedua lengan gadis-gadisnya. Funi dan Adin tentunya.

"Makan dimana emang?" tanya Funi.

"Eh, San, tadi pagi kita liat ada cafe baru deket sekolah, kan? Baru buka deh kayaknya, coba yuk, jadi tester kita" kata Adin memberi ide.

"Hmm, boleh, tuh, Yuk ah!" kata Sandy langsung menarik kedua lengan temannya.

Sesampainya mereka di depan pintu masuk area cafe yang terlihat fancy itu, mereka terdiam melihat sekitar. Belum ada pengunjung yang datang. Mungkin karena ini hari pertama buka. Cafe itu termasuk strategis, dekat halte bus dimana anak-anak sekolah bakal turun dan nunggu bus disana. Halaman cafe yang tak begitu lebar, di tata meja payung dan beberapa kursi untuk penikmat luar ruangan. Adin dan Sandy sudah duduk di dalam cafe. Funi yang masih melihat di luar, merasa senang dengan suasana cafe itu. Ada taman bunga kecil dan air mancur. Funi langsung menyusul masuk setelah kedua temannya melambaikan tangan menyuruh Funi segera masuk.

Di dalam cafe, terasa sejuk, simple. Ada area baca juga. Dan di sisi yang lain ada tempat kosong hanya tertata 1 meja dan 1 kursi. Alunan musik pop melantun yang membuat Adin bergumam ikut bernyanyi kecil mengikuti musik yang di putar.

"Ini yang jualan mana sih?" tanya Sandy celingukan tak melihat satupun orang atau staf yang ada di dalam cafe maupun di luar cafe.

Funi yang juga melihat sekitar sebenarnya juga sedang mencari sosok pelayan di cafe mini itu. "Coba gue cari deh!" kata Funi berinisiatif.

Ketika Funi berdiri membalikkan badan dan melangkah meninggalkan meninggalkan bangkunya. Dia menabrak seseorang yang tinggi hingga membuat tubuh Funi kehilangan keseimbangan yang membuatnya terjatuh.

Bruk! Prak! Jatuhnya tubuh Funi diiringi jatuhnya papan daftar menu di sebelah Funi. Sosok tinggi yang jelas adalah laki-laki itu meminta maaf dan mengulurkan tangannya untuk membantu Funi berdiri. Funi melihat dan menerima uluran tangan yang terlihat lebih besar dadi telapak tangan miliknya. Funi berusaha berdiri dengan dibantu laki-laki bersepatu sneaker merah, bercelana jeans hitam panjang, serta berkaos putih itu sembari melihat wajah orang yang tabrakan dengannya.

Funi tak bisa mengedipkan matanya sedetikpun ketika melihat laki-laki di depannya. Dia seperti melihat artis Thailand, Lee Thanat, favoritnya. Laki-laki dengan rambut coklat, tatapan yang teduh serta mata tajam yang indah, tak tertinggal ada tahi lalat kecil diantara dagu dan bibir tipisnya.

"Maaf, dek, kamu gak pa-pa?" tanyanya dengan nada khawatir dengan suara lembutnya.

Disitulah, perjalanan cinta pertama Funi dimulai.

~~~~~~~~~~~~~~

Masih butuh masukan. Mohon bantuannya, ya 😊😊

------------------•••°°°°000ooo000°°°°•••------------------

Baca cerita aku yang lain juga ya...
✓First Love (End)
✓My Dean (End)
✓(For) My Dean (On Going)

Love You, Just Like This is Enough (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang