57

186K 9.8K 331
                                    

Setelah kejadian itu, hari-hari berjalan seperti biasanya. Tetapi yang berbeda saat ini adalah menghilangnya sosok Vania. Ya, dia memang sudah kembali beberapa hari setelah penculikan Riva. Begitupun keberadaan Kania tidak diketahui sekarang, ia seakan lenyap ditelan bumi.

"Bentar lagi kita UN, jadi kayaknya kita jarang kumpul lagi." Alexa membuang nafas nya kasar.

"Udah UN kita lulus, dan pisah karena pilihan masing-masing." Dira menggoyang-goyangkan kaleng soda dengan lesu.

"Kita juga nggak tau kedepannya gimana, apa kita bisa satu Universitas dan sama-sama." Mereka semua mengangguk menyetujui perkataan Dira.

"Ahhh gue nggak mau pisah sama kalian." Riva memeluk tubuh Alexa dan Dira.

"Gue juga pasti bakal kangen banget sama kalian, jangan pada lupain gue. Kalau bisa kita harus sama -sama terus." kali ini Daniel yang memeluk tubuh Ethan dan Damar. Keduanya mendorong tubuh Daniel menjauh.

"Berasa homo gue anjirrrr!!" Damar bergidik sendiri dengan perlakuan Daniel tadi.

"Yahh lo mah gitu Mar!"

"Udah-udah ko jadi pada adu bacot gini sih," ucap Dira menatap sebal Damar dan Daniel.

"Dia yang meluk gue! Gue kan nggak homo!!"

"Jangan so munafik gitulah, bilang aja lo mau lagi dipeluk sama gue kan?? Aduhh sini peyuk." Daniel merentangkan tangannya kearah Damar yang langsung berpindah tempat.

"Lo pacar siapa sih? Ilfeel gue!!!" Alexa memukul pelan bahu Daniel. Riva dan Ethan?hanya melihat kelakuan teman-teman somplaknya dengan senyuman kecil. Riva menatap Ethan  di sampingnya.

"Than? Gue bahagia." Riva menyenderkan kepalanya di bahu Ethan.

"Gue bahagia kalau lo bahagia."

***

Hari ini UN sedang berlangsung. Mereka tidak berada di dalam ruangan yang sama. Seperti sekarang, Riva terlihat kesulitan mengerjakan soal-soal tersebut. Ia melirik pengawasnya yang berwajah garang itu sedang berkeliling mengawasi setiap gerak gerik peserta ujian.

Riva berusaha  mengingat-ingat apa yang telah ia pelajar semalam. Kali ini ia hanya bergantung dengan otaknya saja.

Soal, tau diri ya! Gue udah perjuangin lo. Jadi,  lo harus berikan nilai yang memuaskan!

Bel sudah berbunyi. Riva memasukkan barang-barang nya kedalam tas dan berjalan keluar kelas kearah kantin, ujian telah selesai hari ini. Otaknya mungkin sebentar lagi akan pecah karena mengerjakan soal yang cukup sulit tadi, juga perutnya yang belum diisi menambah setres saat mengerjakan soal tadi.

Ia terburu-buru kearah kantin yang ternyata masih ramai. Riva ingin berjumpa dengan teman-teman nya, karena mereka sudah janjian akan bertemu disini. Ethan? Tentu saja ia ingin sekali bertemu dengan lelaki es itu. Sudah seminggu ia tidak bertemu dan berhubungan sama sekali karena mereka sibuk belajar.J angan tanyakan dirinya belajar atau tidak, yang penting satu atau dua soal ia bisa mengisinya.

Sisanya? Entahlah.

Kedua mata Riva menelusuri seluruh kantin, tetapi tidak ada tanda-tanda temannya di sana. Saat hendak pulang, ia malah menabrak dada bidang seseorang. Wangi ini, wangi yang sangat ia rindukan.

Riva tersenyum melihat seseorang di hadapannya. Ethan  menggenggam tangan Riva erat dan membawanya menuju meja terdekat.

"Mana yang lain???" Mata Riva menelusuri seluruh kantin tetapi tidak menemukan keberadaan sahabatnya.

"Belajar, masih harus fokus." Jawaban Ethan membuat Riva menghela nafas kecewa. Sebuah tangan mengusap-usap kepalanya lembut.

"Udah UN kita main."

"Bener ya?"

"Iya, asal harus belajar yang bener."

***

Hari ini adalah hari terakhir mereka melihat kertas ujian dan pengawas-pengawas berwajah garang dari sekolah lain. Ya, hari ini adalah hari terakhir UN dan setelah ini mereka hanya menunggu kelulusan.

Terlihat ada yang sedang mengocok sebuah penghapus, ada yang menghitung kancing seragam dan ada juga yang melirik-lirik kearah meja lainnya berharap akan mendapatkam jawabannya.

Yang pintar seakan-akan tuli saat mengerjakan ujian.

Daniel yang otaknya pas-pasan itu hanya menghela nafas lelah, ia menelungkupkan kepalanya berharap ada sebuah hidayah datang ke otaknya.

"5 menit lagi," ucap seorang pengawas yang berada di depan kelas. Ucapannya itu membuat semuanya terburu-buru mengisinya.

'Tringgg.'

"KUMPULKAN! JANGAN ADA YANG MENGERJAKAN LAGI! TANGAN DISIMPAN DIATAS MEJA!" Suara menggelegar itu mampu membuat semuanya menuruti perintah. Pengawas itu mendekati meja satu persatu untuk mengambil lembar jawaban.

"Ujian telah selesai, semoga kalian mendapatkan nilai yang memuaskan dan lulus untuk melanjutkan ke perguruan tinggi." Setelah mengucapkan itu, pengawas beranjak pergi. Seketika semua orang bersorak ribut karena mereka tidak akan melihat soal-soal sulit itu lagi.

Seluruh siswa membereskan barang-barang nya dan berlalu pergi keluar kelas. Sama seperti Riva yang sedang terburu-buru memasukkan barang-barangnya kedalam tas dan berlari menuju parkiran dimana Ethan sudah menunggunya di sana.

"Rivaa!!!" Seseorang melambai-lambaikan tangannya kearahnya. Itu adalah sahabat-sahabat nya yang ia rindukan. Dengan segera Riva langsung memeluk tubuh Dira dan Alexa dengan erat.

"Ahhh gue kangen lo cabe-cabe ku." Riva melepaskan pelukannya saat kepalanya dijitak oleh mereka berdua.

"Enak aja manggil kita cabe!! Kita 5 derajat jauh lebih tinggi dari cabe ya!" Alexa bersidekap dada.

"Jadi pergi gak ini?" sahut Damar menengahi. Tetapi, ucapan Damar membuat Riva kebingungan.

"Pergi??"

"Yaelah lemot banget lu nyet! Kita tuh mau refreshing elahh." Daniel menempeleng kepala Riva cukup keras yang dihadiahi tatapan tajam Ethan.

"Daniel!! Lo ko ngeselin sih!!!" Riva menarik rambut Daniel kasar.

"Aa...ww...monyet!! Le...pasin ahh sakitt...ni...guee!!!" Daniel berusaha melepaskan rambutnya dari tangan Riva yang masih mencengkram rambutnya kasar. Tidak memperdulikan, Riva semakin menarik rambut Daniel kesal.

"Ayo." Ethan menarik tangan Riva yang mencengkram rambut Daniel. Daniel yang tidak merasakan sakit lagi di rambutnya segera mendongakkan kepala, melihat sudah tidak ada siapa-siapa lagi disana. Kecuali mobilnya saja yang masih terparkir dengan Alexa sudha berada di dalam.

Daniel mengusap-usap kepalanya yang terasa perih. Ia merasa prihatin dengan Ethan yang berpacaran dengan singa jadi-jadian itu.

"Awewe gelo!"

AribellWhere stories live. Discover now