46.

164K 10.8K 73
                                    

Sisa hari libur hanya beberapa hari lagi. Kegiatan Riva hanya rebahan di kasur tidak ada kegiatan lagi. Sebuah notif pesan masuk, dengan malas Riva mengambil ponselnya yang berada di meja samping.

Cold prince 💕

5 mnt lg w krmh l

Butuh beberapa menit untuk mengerti pesan dari Ethan dan akhirnya ia menjadi kesal sendiri. Sebuah pesan masuk lagi yang membuat terkejut.

Cold prince💕

G udh dibwh, cpt trn!

"KO NGEDADAK!!" Riva buru-buru memasuki kamar mandi dan bersiap-siap.

Ia menatap dirinya yang memakai dress peach selutut dan memakai make up tipis, dengan rambut dibiarkan terurai. Terasa sudah cukup, Riva keluar kamar mendekat pada laki-laki yang sedang mengobrol dengan Azram.

"Ayo Than." Ethan sedikit terpaku dengan penampilan Riva saat ini, jarang-jarang perempuan itu memakai dress biasanya selalu memakai kaos atau jeans.

"Ethan." Riva melambai-lambaikan tangannya di hadapan wajah Ethan.

"Ciahh terpaku si Ethan," celetuk Azram membuat Ethan kembali tersadar.

"Ehm yuk." Ethan mengandeng tangan Riva menuju ke mobil.

"Riva! Lo pulang bawa makanan buat gue ya!Mamah sama Papah lagi nggak ada!" sahut Azram sedikit berteriak.

"Berisik lo ketek onta!"

"Dari pada lo ketek monyet!"

"Upil onta!"

"Upil monyet!!"

"BODO AMAT!" Riva memasuki mobil Ethan.

"Than? Kita mau kemana?" tanya Riva penasaran.

"Makan."

"Mending masak di rumah lo aja, dari pada makan di luar." Sebenarnya Riva ingin membuat Ethan dan ibu tirinya damai, karena ia tidak mau melihat Ethan membenci Ibunya sendiri walaupun itu hanya Ibu tiri.

"Diluar aja."

"Yahh Ethan."

"Hm."

"Yes! Eh tapi sebelumnya kita ke supermarket dulu, beli bahan-bahan."

Mobil Ethan sudah sampai di sebuah supermarket, mereka berdua keluar dari mobil dan berjalan memasuki supermarket.

"Gue kesana dulu." Ethan pergi menuju ketempat snack meninggalkan Riva seorang diri yang sedang melihat bahan-bahan. Riva segera mengambil sebuah keranjang dan memilih sayur-sayuran segar yang akan dia masak.

Saat hendak mengambil sebuah wortel, tubuhnya sedikit oleng saat merasakan seseorang menabrak tubuhnya.

"Aduh sorry gue nggak sengaja." Perempuan yang menabraknya tadi mendongakkan kepalanya. Wajah perempuan itu membuat tubuh Riva seketika menegang.

"Hei?udah lama nggak ketemu ya,"perempuan dihadapannya tersenyum, tetapi Riva merasakan senyuman itu terkesan sinis.

Dia Vania.

Riva masih terdiam, tidak ingin menanggapi Vania. Sudah terlalu muak melihat wajah itu kembali.

"Riva, udah?" Riva menganggukan kepala membalas pertanyaan Ethan.

"Hei lenalin gue Vania, sahabatnya Riva." Vania mengulurkan tangannya kearah Ethan, tetapi Ethan hanya menatap uluran tangan itu datar.

Kesal karena uluran tangannya tidak dibalas sama sekali, Vania segera menarik tangannya dengan senyum sedikit terpaksa.

"Gue nggak bisa lama,duluan ya. Dah Riva semoga kita bisa ketemu lagi ya." Vania berlalu pergi.

Dan gue harap semoga kita nggak pernah ketemu lagi.

***

Ethan sesekali melirik Riva yang masih terdiam. "Kenapa?" tanyanya.

"Nggak ko," balas Riva

"Vania?" Riva tidak merespon perkataan Ethan, melainkan pandangannya menatap ke arah luar jendela. Ethan mengenggam sebelah tangan Riva erat.

"Udah turun." Ethan turun dari mobil, meninggalkan Riva yang masih kebingungan.


"Tau gitu gue pake baju santai aja, cuman main ke samping rumah malah pake dress," gumam Riva keluar mobil. Ethan memasuki rumahnya dengan malas yang diikuti oleh Riva dari belakang.

"Ethan, bukannya kamu pergi ya?" tanya Ayu mendekati Riva dan Ethan, sedangkan Ethan tidak menggubris sama sekali. Langsung saja ia pergi ke kamarnya.

"Ethan!" sahut Riva setengah berteriak.

"Maafin Ethan ya nak."

"Nggak papa ko Tante, Tante yang sabar ya. Mungkin Ethan belum ngelupain mamah kandungnya." Ayu tersenyum melihat perempuan di hadapannya.

"Kamu pacarnya Ethan kan? Tante mohon sama kamu, tolong awasin Ethan ya? Tante takut dia  terjerumus hal-hal negatif."

"Iya Tante, tenang aja. Riva percaya ko suatu saat nanti Ethan pasti bakal negedenger penjelasan Tante. Mmm Tan? Boleh nggak Riva masak bareng sama Tante??" Riva mengangkat kantong plastik berisi bahan-bahan yang ia beli tadi.

"Boleh dong, ayo." Ayu menarik tangan Riva ke dapur. Riva memotong sayurannya dan Ayu yang memasak.Kadang-kadang mereka mengobrolkan sesuatu dan tertawa bersama.

Riva membawa makanan hasil masakan mereka ke meja makan, dan menyusunnya.

"Tante, aku panggil Ethan dulu ya." Riva berlari menuju kamar Ethan. Ia mengetuk pintu itu perlahan.

"Ethan?"

"Masuk aja," sahut seseorang dibalik pintu.

Riva membuka pintu kamar Ethan perlahan. Ia melihat Ethan sedang berdiam diri di balkon.

"Ethan," panggil Riva. Ethan membalikkan tubuhnya menghadap Riva.

"Apa?"

"Lo mau sampe kapan kayak gini terus?"

"Gue nggak bisa."

"Lo bukannya nggak bisa, tapi hati lo menolak." Ethan hanya terdiam mendengar perkataan itu.

"Denger ya, mendengar penjelasan orang dan memaafkan seseorang itu harus. Gue mau, lo bisa ngedenger penjelasan ibu tiri lo. Karena dia punya alasan tersendiri. Harus lo ketahui Ethan, dia sayang sama lo layaknya anak kandung sendiri." Ethan menghembuskan napasnya perlahan.

"Gue coba, demi lo."

"Bukan demi gue, tapi itu harus tulus dari hati. Belajarlah memaafkan seseorang dan belajarlah menerima semuanya. Sakitnya hanya sementara." Kedua sudut bibir Riva tertarik.

"Dan jangan biarkan hati lo terus menerus menahan rasa sakit, lepaskan. Hati lo sudah cukup menerima luka."

AribellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang