54

166K 9.8K 376
                                    

"KALIAN KENAPA NGGAK PADA MASUK KELAS!!" Suara Bu lina yang menggelegar cetar membahana itu membuat Riva dan yang lain terkejut.

Mereka menghentikan tawanya saat melihat sosok yang lebih menyeramkan dari setan itu sedang berkacak pinggang di pintu rooftop.

"Ehh Ibu, lagi ngapain Bu??" Daniel menyengir terpaksa.

"Kalian kenapa nggak masuk kelas? Jangan mentang-mentang kalian anak donatur sekolah ini! Jadi kalian bisa sepuasnya melanggar aturan!! Terutama kamu Ariva kenapa rambut kamu dicat biru seperti itu??"

"Ini style Bu," jawab Riva santai.

"Tapi ini di sekolah Ariva!" geram Bu Lina.

"Lah, kata siapa ini pasar Bu? Ibu ngelawak aja nih haha," celetuk Alexa.

"KALIAN INI!!!!!"

"Kita manusia Bu, emangnya kenapa??" sahut Damar membuat Bu Lina tambah geram dengan anak didiknya itu.

"Kalian ini udah kelas 12! Beri contoh yang baik untuk adik -adik kalian!!"

"Saya kan anak tunggal Bu, nggak punya adik." Kali ini Daniel yang bicara.

"Saya juga Bu. Jadi mau beri contoh kesiapa???" celetuk Dira dengan santai

"KALIAN LARI 10 PUTARAN SEKARANG!!!"

"Aduh Bu panas, masa jam segini disuruh olahraga sih?? Lagian ini bukan jam olahraga kita Bu." Riva mengibas-mengibaskan tangannya.

"KALIAN INI BERANI MEMBANTAH SAYA!"

"Udahlah Bu, nggak sakit tuh tenggorokan teriak-teriak mulu? Mending ibu minum dulu tarik nafas setelah itu keluarkan. Perut Riva laper banget nih, jadi Riva ke kantin ya sama yang lain? Yuk guys." Mereka semuanyaberanjak meninggalkan rooftop. Sebelum itu, Riva menatap Bu Lina yang sedang menahan amarah memuncak.

"Oh iya Bu, cuman pengen ngebilangin jangan berubah jadi Hulk disini ya Bu? Kasian nanti anak-anak pada takut sama Ibu. Nanti aja di luar berubahnya ya Bu." Riva segera berlari menyusul teman-teman nya. Bu Lina memijit pelipisnya pelan.

"Anak-anak edan! Untung pada geulis sama kasep! Kalau nggak udah saya gorok hiji-hiji!"

***

"Akhirnya terlepas dari amukan macan," ujar Alexa sembari tertawa kecil.

"Itu bukan macan lagi, tapi udah mirip toa!!" sahut Daniel membuat semuanya tertawa.

"Kuping gue sakit banget, ngedenger teriakan membahana itu." Damar mengorek-ngorek telinganya.

"Jorok ih!" Dira mendorong tubuh Damar agar menjauh.

"KALIAN JANGAN BERISIK! KELAS LAIN SEDANG BELAJAR. CEPAT MASUK KELAS!" ucap Bu Wanti yang berada di depan kelas XI IPS.

"Aduh Bu Lina kedua, cabut guys," perintah Riva yang segera diikuti oleh semuanya. Mereka semua berlari sampai menuju kantin yang kosong itu karena semua orang sedang mengikuti pembelajaran, kecuali mereka berenam tentunya.

"Makanan ditraktir sama Riva yeeeee." Ucapan Daniel membuat Riva melongo.

"Gue??" Riva menunjuk kearah dirinya sendiri yang dibalas anggukan semangat oleh Daniel.

"Samain aja semuanya Niel, biar cepet," ujar Damar.

"Astaga, dompet gue." Riva menatap dompetnya prihatin. Ethan yang melihat itu hanya tersenyum kecil.

"Gue aja." Ethan mengacak-acak rambut Riva gemas.

"Gak usah."

"Gue aja Riva."

"Ethan, gue nggak mau ya disebut matre atau apalah itu." Ethan berbalik menatap Riva sembari tersenyum kecil.

"Lo gak gitu, gue bayar." Ehan mengeluarkan selembaran uang kepada Daniel, yang langsung berlari menuju penjual makanan.

Ethan merangkul bahu Riva sembari memainkan ponselnya dengan tenang. Teman-temannya terlihat kesal, sirik lebih tepatnya.

"KAMBING CONGEK!"

"Ciahh serasa dunia milik berdua yang lain numpang."

"NYAMUKNYA KO BANYAK BANGET YA???" Alexa menepuk-nepuk tangannya di udara seperti menangkap nyamuk.

Sindiran dari teman-temannya tidak dipedulikan oleh mereka berdua yang sedang saling melempar senyum antara satu sama lain.

Bel istirahat menggema di seantero sekolah. Terlihat dari arah pintu kantin semua orang terburu-buru memasuki kantin, seketika meja-meja menjadi penuh dan bising.

"Makanan datang." Daniel menyimpan makanan di meja.

"Untung gue pesennya pertama, kalau nggak udah mati gue gara-gara kejepit sama orang-orang. Kan nggak lucu kalau ada berita keluar, seorang Daniel yang ganteng meninggal karena berdesakan dengan orang-orang saat memesan sebuah makanan di kantin." Tidak ada sahutan sama sekali dari teman-temannya hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Mereka terlalu sibuk memakan makanannya menghiraukan celotehan Daniel.

"SUNGGUH LAKNAT KALIAN SEMUA!" teriak Daniel membuat mata semua orang menatap kearah mejanya.

"Malu-maluin lu ogeb!" Alexa menjitak kepala Daniel kesal.

"Sakit ih sayang!"

Tiba-tiba, sosok Vania datang langsung bergelayut manja ditangan Ethan. Kedua mata Riva membulat tak percaya.

"Eh awas minggir-minggir, itu tempat duduk gue." Vania mengibas-ngibaskan tangannya kearah Riva seperti mengusir.

"Kalau gue nggak mau??"

"Ya harus mau! Lo nggak mau kan dicap sebagai perusak hubungan orang??"

"Gue nggak salah denger kan? Gue perusak hubungan orang? Nggak ngaca neng? Atau nggak punya kaca ya? Aduhhhh kaciaaannn." Vania melangkah mendekati Riva.

"Lo!" Vania menunjuk tepat di wajah Riva dan itu membuat seluruh orang yang berada di kantin menatap keduanya.

"Apa??"

"Jauh-jauh dari Ethan bitch!!"

"Harusnya gue yang bilang gitu."

"Ethan itu milik gue dan selamanya jadi milik gue!" Riva yang sudah geram dengan perilaku Vania segera bangkit mensejajarkan tubuhnya dengan Vania.

"Denger ya, lo itu sebenernya mau apa sih? Gue ganggu hidup lo? Nggak kan? Atau lo mau morotin uang gue lagi? Silahkan!" Riva mengambil dompetnya dan mengeluarkan uang seratus ribuan lalu dilemparkannya pafa wajah Vania. H itu juga membuat semua orang menatap tidak percaya.

"Cukup nggak? Masih kurang? Nanti gue transfer deh." Riva tersenyum kemenangan kearah Vania yang wajahnya sudah memerah menahan amarah dan juga malu.

Vania hendak menampar Riva tetapi seseorang menahannya. "Lo sakitin dia, berurusan sama gue."

"Lepasin!" Ia meronta dari cengkraman Ethan yang sangat kuat itu.

Riva mendekatkan wajahnya pada telinga Vania dan membisikkan sesuatu. "Lo perempuan bodoh yang jadiin Ethan buat bales dendam ke gue. Gak akan semudah itu bitch." Vania menatap Riva tajam ketika perempuan itu sudah menjauhkan wajahnya.

"Liatin aja, lo akan menderita setelah ini!" Vania melepaskan cengkraman Ethan secara paksa dan berlalu pergi meninggalkan kantin dengan amarah yang memuncak.

AribellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang