28

192K 13K 489
                                    

"Lo ngapain aja sih di toilet Riv?" tanya Alexa kebingungan.

"Sorry." Riva segera memakan makanannya dengan lahap.

"Palingan dia nangis," celetuk Kania. Perkataan Kania membuat Riva tersedak.

"Uhuk...uhuk..." Ethan segera mengambil air, tetapi dia kalah cepat karena melihat Damar yang sudah memberikan minum kepada Riva.

Kesal, Ethan beranjak pergi menuju rooftop. Sedangkan teman-temannya melihat Ethan aneh.

"Maaf melanggar janji," gumam Ethan pelan.

"Ethan?" ucap seseorang yang sangat familiar baginya.

"Pergi," ketus Ethan yang membuat Riva terkejut.

"Maafin gue," lirih Riva. Ethan menatap Riva datar.

"Maaf? Bukannya ini semua kemauan lo?"

"Maafin gue."

"Gue udah lakuin yang lo mau." Setelah mengatakan itu Ethan berlalu pergi meninggalkan Riva seorang diri.

***

"WOI JAMKOS WOI," teriak Bagas di depan kelas. Seketika kelas pun menjadi ribut.

"SENANGNYA DALAM HATI, PUNYA ISTRI DUA," nyanyi Rio dengan sapu di tangannya seperti gitar.

"Gue juga mau woi." Daniel berlari mengambil sapu dan menaiki meja di kelasnya dengan dasi yang sudah di talikan di kepalanya.

"SYALALALALA...SYALALALALA!!"

Pak Yudi terkejut melihat kelas sangat ribut dan melihat anak didiknya sedang bernyanyi tidak jelas di atas meja.

"DANIEL, RIO, BAGAS! HORMAT BENDERA SAMPAI PELAJARAN SAYA SELESAI!" teriak Pak Yudi membuat semuanya terdiam.

"Yah, ko Bapak masuk sih?" tanya Bagas.

"Kita lagi menghibur Pak. Emangnya Bapak, kalau nerangin bikin ngantuk," celetuk Daniel dengan santainya.

"Nanti aja Pak belajarnya mending kita joget sama nyanyi aja, biar happy!" sahut Rio.

"Yaudah, ayo. Kalian ke depan sekarang.kita nyanyi bareng," ucap Pak Yudi. Semua orang bertepuk tangan heboh. Mereka bertiga turun dari meja dan menuju depan kelas.

"Nyanyi apa Pak?" tanya Bagas. Pak Yudi segera menjewer telinga Rio dan Bagas, sedangkan Daniel yang tidak kena itu hanya cengengesan.

"A...WW...PAK SAKIT PAK," ringis Rio kesakitan.

"Pak, ko si Daniel nggak di jewer!" ucap Bagas tidak terima.

"Orang ganteng mah bebas!" celetuk Daniel.

"DANIEL! KAMU JEWER TELINGA KAMU SENDIRI!DAN IKUT SAYA KE BK!"

"Asik BK!" ucap Daniel berlari ke ruang BK. Sedangkan yang lain hanya tertawa. Pak Yudi juga membawa Rio dan Bagas ke ruang BK.

Pembelajaran pun dapat dilanjutkan. Walaupun sebagian ada yang tertidur dan terkena omelan Pak Yudi.

Bel pulang yang sedari ditunggu-tunggu akhirnya berbunyi. Pak Yudi segera menghentikan pembelajaran dan keluar kelas. Riva, Dira dan Alexa berjalan menuju parkiran khusus.

"Riv? Lo mau nebeng kta nggak?" tawar Dira.

"Nggak usah deh, gue juga mau ke toko depan dulu. Sekalian nunggu Bang Azram."

"Yaudah gue sama Lexa duluan ya," ucap Dira memasuki mobil bersama Alexa.

"Dadah Riva." Alexa melambai-lambaikan tangannya dari mobil.

"Hati-hati ya." Dira mengangguk dan segera melajukan mobilnya.

Riva berjalan seorang diri ke gerbang sekolah, seketika dia melihat Ethan dan Kania di seberang jalan.

"ETHAN!!" Riva berteriak memanggil Ethan, tetapi lelaki malah pura-pura tidak mendengar. Riva melirik ke kanan kiri jalan, merasa aman Riva berlari menyeberang. Namun siapa sangka, jika mobil yang ia lohat dari jauh menghantam tubuhnya.

Tubuh Riva terpental sangat jauh, dengan kepala berlumuran darah karena terbentur batu sangat kencang. Tubuhnya terdapat banyak luka dimana-mana, karena bergesekan dengan aspal. Bahkan kacamatanya sudah hancur. Riva ingin mengucapkan sesuatu, tapi sulit karena seluruh tubuhnya sangat sakit.

Pengendara mobil itu, melarikan diri tanpa memperdulikan seorang perempuan yang butuh pertolongan segera. Sedangkan Ethan yang mendengar suara itu, segera melihat kearah jalanan yang sudah ramai dipadati orang. Penasaran, ia segera mendekat ke arah kerumunan orang. Perasaannya sungguh merasa tidak enak.


Ada apa ini?

"Permisi Pak, itu ada apa ya?" tanya Ethan pada seorang Bapak-Bapak.

"Oh itu, ada anak sekolah yang tertabrak." Ethan menatap ke sekeliling, berharap sosok itu masih berada di tempat sebelumnya. Namun nihil, sosok itu tidak dapat ditemukan.

Perasaan Ethan semakin tidak enak. Ethan segera menerobos kerumunan orang-orang. Tubuhnya terasa kaku saat melihat seseorang sedang terbujur kaku dengan luka dimana-mana, dan kepala yang mengeluarkan darah.

"Riva?" Ethan mendekati tubuh Riva yang masih setengah sadar. Riva menatap lelaki itu dengan senyuman kecil.


"Gue mohon bertahan," lirih Ethan menguatkan, menggenggam erat tangan Riva yang sedikit bergetar.

"Ngantuk," parau Riva pelan sangat pelan.

"Jangan tutup mata Riva, tetap sadar! Ambulan sebentar lagi dateng." Ethan membawa tubuh itu dalam dekapannya.

"Sakit Than, sakit banget," bisik Riva pelan. Air mata Ethan bahkan sudah turun. Hatinya sangat sesak melihat keadaan Riva saat ini. Riva menutup matanya dan melemas.


AribellOn viuen les histories. Descobreix ara