• Tukar Kado

1.2K 174 10
                                    

Bonus Novel HAMASSAAD Mahabbatullaah : Tukar Kado

"Jadi di kantor mau ada Gathering gitu sama Kantor Cabang yang di luar kota," jelas Hanun. "Nah nantinya ada acara tuker kado gitu buat seru-seruan. Nilai harga kado itu minimal seratus ribu," tambahnya, kali ini sembari menyeruput green tea latte yang sebentar lagi tandas. "Gue beli kado apa ya harganya cepek?"

"Spion motor aja tuh sebelah harganya cepek. Wakwakwak!" jawab Hamas cepat. Bahunya berguncang dengan penuh suka cita.

"Beneran sebelah doang itu mah!" Hanun mendelik kesal.

"Ngga usah ikutan aja, Kak," kata Saad tiba-tiba. Membuat Hanun dan Hamas lekas menoleh ke arah Saad yang menyendok es krim green tea. Hanun bahkan sampai menelan ludah dan bersumpah dia akan memesan es krim yang sama begitu camilan odengnya tandas.

"Lah? Kok malah nyaranin gue biar ngga ikutan tuker kado? Ini acara kantor, tuker kado ya anggep aja buat kenang-kenangan!"

Hanun mendadak sewot. Hamas memilih meminum teh hangatnya daripada ikutan sewot seperti sepupunya.

"Tukar kado itu sama dengan tukar menukar barang. Bertransaksi. Harusnya, kedua pihak tahu sama tahu barang apa yang dijadikan transaksi. Dalam hal ini, tukar kado jatuh ke dalam Gharar. Alias ngga jelas," urai Saad dengan santainya. "Lagian, tukar kado ini tradisi Umat agama lain. Muslim ngga seharusnya tukar kado."

Hanun kali ini mangap.

"Lah, bukannya ada hadits-nya ya?" tanya Hanun tanpa memberi jeda dari kalimat Saad barusan. "Tahaadu Tahaabbu, itu apaan?"

"Tahaadu Tahaabbu kan maknanya, saling memberilah kalian maka kalian akan saling menyayangi," respons Saad. "Maknanya itu. Saling memberi, tanpa ada ketentuan minimum harga atau apa. Beri, ya beri. Ngga mesti kan kita kasih hadiah ke orang, terus mengharuskan orang tersebut balik kasih hadiah juga ke kita? Malah segala kasih syarat minimum harga. Ngga ada."

"Lah iya juga," komentar Hamas.

"Iiish, ini kan cuma tuker kado!"

"Tahaadu Tahaabbu bukan tukar kado, Kak. Yang Rasul ajarkan itu Beri Hadiah. Bukan tukeran hadiah..." Saad menambahi.

Mangapnya mulut Hanun langsung mengatup. Punggungnya menegak, tangannya menyeret gelas green tea latte-nya agar mendekat padanya. Embusan napas pendeknya terdengar seiring dengan cibiran samar di wajahnya.

"Ribet."

Itu kalimat Hanun, dengan iringan; 'Cuma tuker kado aja segala gharar. Capek deh!' yang tidak terucap di lisannya.

"Mendingan ribet di dunia daripada ribet di akhirat, Kak!" ucap Hamas, meniru perkataan Bima.

"Sok tahu lo, bocah!"

Jadi Hamas yang kena semprot.

Hamas mingkem. Sebal bukan main. Sedangkan Saad nyengir pelan.

"Saya cuma info aja, Kak. Kalau mau lanjut tuker kado, tafadhaly. Afwan ya, Kak," kata Saad.

Hanun langsung pasang tampang sedih.

"Ya ngga gitu, Ad," kata Hanun, melas. "Ribet lah nanti pas Gathering, masa yang lain bawa kado, gue ngga?"

Senyuman Saad mengembang sempurna. "Islam datang dalam keadaan asing, Kak. Dan akan kembali menjadi asing. Jadi ngga usah sedih atau merasa asing ketika pada akhirnya cuma sendirian di Jalan yang Allah suka."

Kurang nusuk gimana tuh kalimatnya Ibnu Umar...

[ HAMASSAAD Mahabbatullaah; TUKAR KADO ]

[✓] HAMASSAAD MahabbatullaahWhere stories live. Discover now