13. Tiga Kunci Kebahagiaan

2K 234 64
                                    

Serial HAMASSAAD season 4 – 13

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serial HAMASSAAD season 4 – 13. Tiga Kunci Kebahagiaan

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 8 November

-::-

Siang ini, bakda shalat Zuhur di Masjid Daarut Tauhid Cipaku, Hamas, Saad, Hanun, Yaritsa, dan Mutia berkesempatan untuk makan siang bersama di satu rumah makan Sunda. Hanun, Yaritsa, dan Mutia tiba dengan menumpang motor matik milik Hanun. Ngeboti, alias Bonceng Tiga.

Bertemu dengan Hamas dan Saad yang sudah lebih dulu tiba di sana. Padahal mereka tidak janjian sebelumnya.

Rumah makan ini memang dekat dengan masjid. Dan tiga perempuan tadi memang menimba ilmu cara membaca Al Quran yang baik dan benar dari jam tujuh pagi sampai sembilan pagi. Kebetulan, jam Sembilan pagi ini ada Kajian tauhid yang diasuh oleh Gurunda KH. Abdullah Gymnastiar. Setiap Sabtu pekan ke tiga.

Sejak semester tiga, Hamas dan Saad adalah jamaah tetapnya di sana jika ada Kajian Tauhid. Tapi Hamas belum pernah tahu bahwa Hanun belajar tahsin di masjid ini. Rumah Hanun kan jauh, di Bintaro.

Jadilah mereka makan di satu meja. Dan usai menyantap makanan, sambil menunggu makanan turun ke perut, mereka berbincang santai.

"Menurut Kak Hanun, hidup itu, ujian atau nikmat?" tanya Saad, pada Hanun yang begitu mendengar pertanyaan Saad barusan, langsung menghentikan kegiatannya mengaduk es teh manis miliknya yang masih tersisa.

"Hah?"

"Menurut Kak Hanun, hidup itu, ujian atau nikmat?" ulang Saad.

"Hidup itu..." Hanun berpikir, "ujian. Eh nikmat dong ya? Ujian apa nikmat deh?"

"Labil lau," komentar Hamas. Membuat Hanun mendelik sebal.

"Ujian deh. Nunggu jodoh aja tuh ujian, tahu ngga!?" kata Hanun akhirnya.

Tawa Hamas meledak. Bagus es krim yang dia makan tidak keluar begitu saja dari mulutnya.

"Diketawain, Kak," kata Yaritsa, menyikut Hanun.

"Biarin emang dia mah nanti juga kualat," kata Hanun, tertuju pada Hamas.

"Kalau menurut Teh Risa sama Mutia?" Saad mengalihkan kalimatnya.

"Hah? Menurut aku? Hidup itu... Ya kadang ujian, kadang nikmat," sahut Yaritsa cepat.

"Kalau aku sih ingat sabda Nabi; sungguh beruntung orang beriman. Jika diberi ujian dia bersabar, jika diberi nikmat dia bersyukur." Mutia menggigit kentang gorengnya. "Ya kan?"

"Ini kita lagi kuis apa gimana sih?" Hanun heboh lagi. Rasanya dia haus dan lapar lagi. "Mau nambah jus jeruk ngga lo, Ris?" tanya Hanun pada Yaritsa. "Mendadak gerah nih gue..."

Mutia dan Yaritsa tertawa kecil. Karena mereka paham, yang membuat Hanun gerah adalah trivia yang tiba-tiba Saad lontarkan.

"Sabi ae neh anaknya bapak Harun!" kata Hamas, lalu cekakakan.

[✓] HAMASSAAD MahabbatullaahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang