9. Seberat-berat Ujian

1.8K 240 13
                                    

Serial HAMASSAAD season 4 – 9. Seberat-berat Ujian

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 5 November

-::-

"Tidak ada satu pun makhluk sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang fitnahnya (cobaannya) lebih besar dari Dajjal."

(HR. Muslim no. 2946)

-::-


Bakda Zuhur di hari Senin, Hamas memutuskan untuk tidak bergegas makan siang. Dia memilih untuk bersandar ke kiri di satu pilar masjid dekat rak sepatu. Main ponsel sembari menunggu Saad selesai dengan segala ritualnya usai shalat Zuhur.

Hamas beberapa kali mengusap wajahnya yang terkena embusan angin siang, kemudian menopang dagu dengan tangan kirinya selagi tangan kanannya menggeser-geser menu di layar ponselnya. Rautnya bosan. Sesekali dia menengok ke belakang, berharap Saad sudah selesai dengan rutinitas tersebut dan menghampirinya.

Heran masih menggelayut di benak Hamas, tentang apa saja yang dilakukan Saad jika shalat sudah usai ditunaikan. Entah ada berapa banyak doa yang dipanjatkan sahabatnya itu sampai memakan waktu sekian menit setiap selesai shalat wajib.

"Oi."

Terdengar satu suara diikuti dengan tepukan pelan di pundak kiri Hamas.

Mendongak, Hamas mendapati Saad mengambil duduk di sisi kanannya. Sepasang sepatu berpindah ke depan Saad dan pemuda itu mengenakannya dalam hitungan detik.

"Lo ngga makan siang?" tanya Saad. "Shaum?"

"Nungguin lau." Hamas menjawab pendek.

Saad nyengir. "Gue insyaaAllah shaum, Mas. Afwan ngga bisa ikutan."

"Udah tahu gue kalau itu mah..."

Hamas sudah mulai paham jadwal puasa Saad. Yakni hari Senin dan hari Kamis. Tapi meski hari ini adalah hari Senin, Hamas tidak bergegas makan siang karena ada hal yang ingin ia tanyakan ke Saad. Tapi tampaknya, Saad sedang terburu hendak ke mana.

"Ngomong-ngomong, lu mau ke mana dah? Kok tumbenan udah pake sepatu aje?" tanya Hamas, memerhatikan kaki Saad yang memang sudah berbalut sepatu kets warna biru.

"Perpus, nyari bahan buat tugas," sahut Saad. "Mau ikut?"

Hamas menggaruk kepala. "Gimane ye?" ucapnya, lebih kepada dirinya sendiri. "Gue ada yang mau ditanyain sik."

Fajar dan Bima mendekat pada keduanya, sebab keduanya memang duduk dekat rak tempat jamaah masjid meletakkan alas kaki mereka.

"Weeey, tumben beduaan!" komentar Fajar. Tos dengan Hamas.

"Mau ke mana, Jar?" tanya Saad, mendongakkan kepala pada Fajar yang mengenakan sandal. Bima sendiri mengambil duduk dekat Saad demi mengenakan sepatunya.

"Fotocopy di depan," kata Bima. "Di kampus tutup."

"Tugas lagi?" timpal Saad.

"Tugas terus aja, Ad, namanya semester satu..." jawab Fajar. Keluhan khas mahasiswa yang diberi segudang tugas.

Shiddiq datang tak lama kemudian. Bersamaan dengan beberapa mahasiswa lain yang juga mengambil alas kaki mereka.

"Ke mana, Diq?" tanya Fajar.

"Makan." Shiddiq menggegas gerakan tangannya mengikat tali sepatu.

"Lah, tumben ngga puasa lo?" Fajar bertanya dengan raut heran.

[✓] HAMASSAAD MahabbatullaahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang