2. Bergembira Menyembah Allah

2.2K 336 40
                                    

Serial HAMASSAAD season 4 –  2. Bergembira Menyembah Allah

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 21 September

-::-

Jumat kali ini, Hamas berada di kontrakan Saad sebab kampus libur. Tadinya, Hamas berencana untuk numpang tidur sepanjang hari, tapi agaknya dia salah mengambil keputusan. Mana bisa tidur berkepanjangan kalau ada Saad di dekatnya sih!

"Weh, Mas, bangun!" panggil Saad sambil mengguncang bahu Hamas yang tidur tertelungkup.

"Apa sik elah!"

"Bangun weh, shalat Jumat!"

Hamas mendecak sebal. Kalau saja dia baru berteman dengan Saad, dia pasti sudah memilih untuk hengkang saja dari sini. Tapi berhubung sudah berteman lama, otomatis Hamas paham juga kebiasaan sahabatnya ini.

Menggeliat malas, Hamas menggerakkan kepalanya hingga menoleh ke arah jam dinding.

Jam setengah sepuluh pagi.

"Kacrut lu ah, Ad. Masih jam sembilan, elah..." gerutu Hamas, memeluk bantalnya lagi dan memejamkan mata.

"Oi, Mas, emang masih jam setengah sepuluh, tapi kan harus siap-siap Jumatan!"

Di kampus, kalau hari Jumat tiba, mereka biasa keluar kelas jelang jam sebelas. Keduanya akan ke ruang olahraga untuk mandi sebelum bersama-sama ke masjid kampus dan menunaikan hak Allah di sana.

Tapi ini? Kan di rumah. Lagian masjid deket. Tinggal kepeleset nyampe.

Setengah sepuluh masa udah kudu siap-siap?

Apa banget!

Hamas mengumpat dalam hati ketika pantatnya didorong Saad pakai kaki. Hanya saja karena kantuknya yang begitu hebat, maka diabaikannya kelakuan Saad.

"Mas, lo ke sini jangan nyusahin gue lah..."

"Nyusahin apaan? Elu yang nyusahin!" gerutu Hamas tanpa membuka kedua matanya.

TAP!!!

Sesuatu mendarat di pipi kanan Hamas, membuat Hamas menghela napas berat. Ini pasti kerjaan Saad lagi nih, pikirnya.

Selang dua detik kemudian, Hamas mulai merasakan keanehan.

Sesuatu yang mendarat tadi itu sepertinya bergerak seakan meraba pipinya.

Jadi mau tak mau, Hamas lekas melompat. Waspada atas apa pun yang barusan tadi menyergapnya.

"Bangsat! Apaan tuh?"

Mata Hamas membola, mencari tahu benda apa yang tadi seperti meraba pipinya. Dia mendapati seekor kecoa berjalan cepat ke arah lemari. Perhatian Hamas teralih pada Saad yang muncul di pintu kamar dengan segelas air.

"Udah bangun antum? Baru mau diguyur," kata Saad sambil tertawa.

"Weh, nyet! Kamar lu ada kecoaknya tuh! Hasem bat dia maen landing ae di pipi gue!"

Mendengarnya, Saad mencelus juga. Tubuhnya bergerak waspada, mengikuti arah pandang Hamas yang masih konsisten menatap tajam pada lemari pakaian.

"Ke mana dia?" Saad berjingkat, menghampiri Hamas yang dengan tampang kusut, menjadikan bantal sebagai perisai.

"Ke lemari lu tuh! Ada sarangnya kalik!"

"Ngga ada ah! Ngarang!"

"Gue kaga bohong, hanjeeer!" omel Hamas. "Tuh dia ke sana! Ah elah, kamar lu jorok bat! Kan udah dikata, pasang AC, nyet, biar kaga anget-anget banget ini kamar!"

Alih-alih menyusul ke mana perginya kecoa, Saad menyodorkan segelas air tadi pada Hamas. "Nih, minum dulu. Komuk antum jelek banget, serius."

Saad tertawa dan Hamas mendecih sebal. Tapi tak urung diambilnya juga air tersebut dan diminum dalam keadaan berdiri.

"Duduk," Saad menyentuh tulang kering Hamas dengan kakinya. Tapi telat, airnya sudah tandas.

"Bablas udah ngantuk gue, nyet," Hamas menyeka bibirnya sendiri. "Sialan tuh kecoak!"

Tertawa lagi, Saad bersuara, "Mungkin dikirim Allah biar antum bangun..."

Hamas mengumpat, mengucap tae tanpa suara.

"Elu mah kebangetan. Kita paling jalan jam berapa sik mau Jumatan, masa jam segini udah rapi-rapi!"

"Mas, gue tanya deh sama antum," Saad menghadap Hamas dengan tangan di pinggang. "Antum kalau nonton konser, datengnya jam berapa?"

"Apa hubungannya, kampret!"

Sensi banget Hamas kalau Saad sudah bahas kesukaannya tentang musik.

"Ya ada hubungannya atuh," kata Saad akhirnya. Diambilnya bantal dari tangan Hamas, lalu digibas dan diletakan di tengah kasur. "Turun buruan," katanya pada Hamas yang masih asik di zona aman dari kecoak, yaitu di atas kasur.

"Konser sama shalat ngapa dibandingin. Kata elu, beda!?"

"Nah makanya, Mas... Kalau konser kan biasanya antum hadir bisa berjam-jam sebelum konser mulai. Iya apa iya?"

"Iya aja dah biar fast."

"Kalau konser aja antum semangat, kenapa yang berhubungan sama Allah, antum malas-malasan? Konser itu suatu hal yang ngga berfaedah. Beneran ngga ada manfaatnya, udah gitu bayar pula. Shalat? Gratis dan dibayar. Kurang enak apa?"

"Ck," Hamas mendecak, "seterah elu dah, Tuan Saad."

Saad terkekeh. "Sebagian orang, ketika melakukan hal yang mubah atau makruh, mereka rata-rata ngerjainnya tuh dengan perasaan bahagia. Sementara untuk urusan ibadah, mereka ngerjainnya biasa aja. Asal selesai. Kalau shalat, yang penting gue shalat. Ngga tahu shalatnya sesuai tuntunan atau ngga. Ngga peduli shalatnya diterima atau ngga. Padahal kebahagiaan yang sejati itu adalah ketika kita bergembira ketika menyembah Allah," jelasnya. "Antum kalau ketemu Wina, seneng ngga?"

"Apa sik lu, Ad..."

"Jujur aja deh," kata Saad. "Amprokan sama Wina di ruang dosen aja antum bahagia. Agak nyesel karena ngga pakai kaos keren pas amprokan. Ya masa ketemu sama Allah, antum ngga bahagia?"

Menghela napas pendek, Hamas mengambil tas ranselnya untuk mengeluarkan pakaian ganti dan handuknya. Agak menyesal juga sudah protes ke Saad.

Itu bocah kan ada aja bahasannya, pikir Hamas.

Tapi iya juga sih, Hamas berpikir sendiri. Teringat dia begitu semangat kalau menyambut adanya konser. Bisa datang lima jam lebih awal di venue hanya untuk merasakan euforianya.

Sedangkan untuk ibadah...

Kenapa dia malas-malasan ya?

"Iye, recet ah!" potong Hamas cepat. "Nih, gue mandi nih, Saad ganteng yang soleh... Seneng lu yak?"

Saad nyengir. "Apa hubungannya antum mandi sama senengnya gue atau ngga?" ucap Saad sembari keluar kamar dengan gelas kosong.

" Ah tae ah tadi gue disuruh mandi!" teriak Hamas pada Saad. "Tar gue tidur lagi aja neh!"

Hamas mengempaskan pakaian gantinya di atas ransel yang tertutup. Dia baru hendak bangun dan menghampiri kasur lagi ketika dilihatnya sesuatu bergerak dari bawah lemari.

"Bangsat ini kamar emang banyak kecoaknya!"

Dengan perasaan merinding sekujur tubuh, Hamas membawa pakaian gantinya ke kamar mandi. Melewati Saad yang sedang menunduk melihat isi kulkas. Iseng, didorongnya pantat Saad dengan kaki kanannya sampai sahabatnya itu terjerembab. Bersyukur pertahanan diri Saad cukup bagus. Jadi dia bertahan dengan memegang pintu kulkas.

"Astaghfirullaahal 'azhiim..." desis Saad sambil geleng-geleng kepala.

Tawa Hamas terdengar diikuti dengan pintu kamar mandi yang menutup. Tapi itu hanya beberapa detik. Sebab tak lama kemudian, jeritan Hamas terdengar lagi.

"Weh, nyalain lagi kaga tuh lampunya? Jangan kayak bocah dah lu ah elah!"

[][][]

Ah elah, bocah bat lu bedua! Bikin gue bingung aja mauk halalin yang mana 😽😽😽

[✓] HAMASSAAD MahabbatullaahWhere stories live. Discover now