20~Merriam Else Wagner~

Start from the beginning
                                    

Olyn tersenyum senang mendengar hal tersebut. Jadi ia akan selalu dekat dengan Mauza.

"Berapa hari kita di sana?" Tanya Kania

"Kurang lebih tiga hari Ka. Kalo kamu ngerasa betah di sana dan pengen lagi, nanti kita tinggal atur jadwal untuk liburan akhir semester." Joshua menggoda Kania yang membuat gadis itu merona. Sedangkan lainnya menyoraki mereka berdua, membuat keduanya tertawa.

**

Olyn mencepol rambutnya asal lalu menghidupkan krant air dan menyirami berbagai jenis tanaman di pekarangan rumahnya. Waktu telah menunjukkan pukul sebelas siang dan ia lupa menyirami tanaman yang selalu pagi hari ia siram.

Dari pagi hari ia membeli sayur pada tukang jualan yang lewat, memasaknya dan baru selesai setengah jam lalu. Hal lumrah, jika Olyn yang memasak akan butuh waktu lama baginya untuk menyelesaikannya. Walaupun yang ia masak hari ini; sop ayam, telur dadar, dan tidak ketinggalan sambal.

Ia semua memasak selagi Diana pagi tadi ke rumah sakit menjenguk salah satu tetangganya bersama yang lain.

"Hebat, dari semalam dihubungin gak aktif tiba-tiba hari ini langsung datang."

Olyn menatap tajam Julian yang datang menaiki Range Rover nya mendekati gadis itu yang telah berkacak pinggang. Pria itu hanya nyengir tidak jelas berbanding terbalik pada Olyn yang mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah tampan Julian. "Elo!"

"Weitss! Santai baby, calm down."

Olyn menghempaskan tangannya yang dipegang Julian. Ia masih tidak terima. Bayangkan saja, jika dirinya sedang memerlukan pria itu rasanya sangat sulit untuk sekadar menghubungi. Coba sekarang, di saat ia tidak membutuhkan pria itu datang bahkan tidak diundang.

"Calm, calm, gue bukan buah palem! Satu lagi jangan panggil gue baby, karena gue bukan anak elo!"

Julian tersenyum menanggapi kekesalan Olyn. Sungguh, semalam ia ingin menelepon balik gadis itu. Tapi ia urungkan karena jarum pendek menunjukkan pukul satu malam. Gila, jika ia menghubungi gadis manis di depannya selarut itu.

Lagipula ia ingin tahu ekspresi Olyn ketika bertemu dengannya. See. Bahkan hanya melihat Olyn memarahinya saja hatinya cukup senang.

Disaat seperti ini, gue merasa elo nganggap gue ada. Aneh, tapi dengan kayak gini elo bakal terus bicara sama gue, meskipun itu dalam bentuk makian dan gue gak bakal bosen ingat kalimat ini setiap kali elo kesal sama gue.

"Yaudah, gak usah marah kali, nanti manisnya hilang." Kekehnya.

Apa tadi katanya? Manis? Siapa yang manis, ha?

Olyn celingukan melihat kanan-kiri namun hanya tembok rumahnya yang ia lihat. Julian berdecak kesal menoyor kening Olyn pelan, "Gak usah kayak orang bego!" Ucapnya. "Nanti bego beneran, lo gak bisa masuk sekolah formal lagi."

Olyn menarik sudut bibir kanannya sedikit mendengar ejekan itu. Enak saja menghinanya seperti itu, "Mending elo cepetan pergi dari rumah gue kalo mau bikin keadaan hati yang makin panas,"

"Oh, ceritanya gak jadi ya buat video dan gak mau ngerjain tugas dari Ma'am? Padahal niat gue baik kok ke sini, sesuai pesan lo semalam." Ia menaik turunkan alisnya.

"Tapi elo udah buat gue kesal semalaman tau! Minta maaf gitu 'kan bisa kali... dasar cowok! Gak peka!" Marahnya berbalik meninggalkan Julian.

Dengan cepat Julian meraih lengan itu dan memegang kedua bahu Olyn. Ia menatap manik hitam itu, "Bersikap tenanglah Oli motor..." Ucapnya yang justru membuat Olyn kesal. Namun ia memilih bungkam mendapat tatapan tajam Julian.

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Where stories live. Discover now