Bab 77 - Keluarga Baru

24.9K 3K 279
                                    

Aku merindukanmu. Setiap detik, setiap menit, kau ada dalam pikiranku.

—ווח

ZERO menggeram kesal. "Sialan kau Sean!" Ia berdiri dengan cemas. Berjalan mondar-mandir seperti kebiasaannya jika sedang memikirkan sesuatu yang rumit.

V02 yang duduk di sofa juga terlihat gusar. Mereka memang tidak punya cara lain untuk menentang Chris. Namun kelimanya tak percaya bahwa rasa putus asa itu akan membuat Sean nekat membawa Alice kabur.

"Bodoh! Dia benar-benar bodoh!" Zero lagi-lagi mengumpat seolah Sean bisa mendengarnya. Zero benar-benar kesal. Bukan karena keinginan untuk bertemu kedua orangtuanya di ambang kegagalan. Tapi karena ia mencemaskan Alice, terutama Sean. Sungguh, semua orang di ruangan itu tahu apa konsekuensi dari tindakan Sean. Lelaki tersebut akan dicambuk dan tak diberi minum. Dan hal itulah yang membuat Zero merutuki keputusan Sean. Ia rasanya ingin mencekik leher Sean sekarang juga. Kalau perlu memukul lelaki itu agar cepat sadar. Tapi dimana Sean? Ia sendiri bahkan tak tahu.

"Seharusnya kita lebih cepat menyadarinya." David membuka suara. Lelaki itu tak kalah khawatir. Tak ada lagi raut wajah datar seperti yang biasa ia pasang. Matanya menatap ke arah lantai berkarpet di depan sofa. Seolah ia bisa menemukan jawaban untuk mengatasi masalah tersebut.

"Lalu sekarang kita harus bagaimana?" Austin menatap lelaki-lelaki di depannya. "Besok adalah hari keputusannya. Jika Chris tahu Sean dan Alice kabur ...."

"Argghh! Kenapa semuanya semakin rumit?!" Max mengacak rambutnya saking frustrasi.

Liam berdiri, namun matanya menatap ke bawah. Kakinya bergerak tak tentu arah. Kedua alisnya yang bertaut tajam menunjukkan bahwa ia sedang berpikir serius. "Zero, coba kau hubungi Sean. Atau Alice. Kalau perlu lacak keberadaan mereka." Liam berhenti, lalu menatap Zero yang segera mengeluarkan ponselnya.
Awas saja jika aku menangkapmu, Sean! batin Zero kesal.

Liam menatap yang lainnya, seolah sedang menunggu keputusan. "Hari ini kita harus mencari mereka berdua. Bagaimana pun juga ... kita harus menemukan mereka. Sebelum hari keputusan Chris."

***

Alice yakin perkataan Melanie bukanlah sekadar bualan belakang. Nyatanya Alice benar-benar tidak bisa bertemu dengan Sean. Bahkan sampai sore ini, ia harus terjebak di dapur bersama gadis-gadis dan para Ibu yang sedang bergosip ria, membicarakan hal yang tidak Alice mengerti.

Alice yang sedang memotong apel hanya bisa ikut tertawa karena ia juga melihat Paris, Nichole dan Melanie tertawa. Cerita tentang pasangan baru yang beberapa hari sebelumnya masuk ke desa tersebut membuat semuanya terbahak. Bukan apa-apa, tapi pasangan baru itu adalah sepasang lansia —istilah lainnya sudah bisa dibilang kakek dan nenek. Mereka mengatakan kalau pasangan lansia itu akan menghabiskan masa tua mereka di desa tersebut.

Alice sempat mengernyit. Ia baru tahu vampire itu ada yang tua. Seperti kakek Roberth yang sedang mereka bicarakan. Tapi jika dilihat-lihat lagi, yang menjadi vampire bukan hanya remaja atau orang dewasa, tapi juga anak-anak bahkan balita.

"Apa vampire wanita ... bisa hamil?"

"Ya, tentu saja."

Alice mendadak teringat percakapannya dengan Sean saat mereka melihat bintang-bintang di bumi. Ia dengan cepat bisa menebak bahwa vampire-vampire itu sebenarnya tumbuh seperti manusia. Entahlah, Sean sendiri bahkan tak tahu jenis mereka itu apa. Vampire setengah manusia? Ataukah vampire berdarah campuran? Atau vampire setengah serigala? Alice hanya berharap vampire-vampire itu bukanlah alien yang sedang menyamar.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang