Jawaban dari yang tertua otomatis menambah jumlah kerutan di wajah Taehyung. Berbicara dengan Namjoon sama saja seperti mempermainkan emosinya. Karena untuk mencapai posisi duduk sang pemimpin, ia harus melewati Jungkook yang berada di antara mereka.

Apa boleh buat?

Taehyung mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Namjoon, sepenuhnya mengabaikan keberadaan Jungkook. "Namjoon hyung, aku ingin ke toilet." Ia berbisik. "—sendirian," lanjutnya sebelum yang lebih tua sempat membuka mulut.

"Oh, tidak boleh kalau begitu." Namjoon memasang ekspresi; kau tahu jawabanku yang menyebalkan.

"Aku tahu letak toiletnya, hyung. Jangan memperlakukanku seperti bayi!"

"I'm not. Kasusmu yang selalu tersesat yang membuat kami semua khawatir. Perlu kuingatkan bahwa kita sedang berada di Hongkong? Bawa seseorang bersamamu dan biarkan aku menikmati hari ini dengan tenang," tutup Namjoon final. Nadanya tegas tak terbantahkan, namun sarat akan kepedulian. Sungguh cerminan seorang pemimpin yang hebat.

"Ayo kutemani."

Taehyung menegakkan punggung ketika suara Jungkook terdengar mengajukan diri. Kalimat penolakan sudah menggantung di ujung lidahnya, hanya untuk kembali tertelan sebab dorongan dari kantung kemihnya jauh lebih penting saat ini. Maka Taehyung segera berdiri, mendahului Jungkook yang mengikuti dengan patuh di balik tubuhnya. Dasar, padahal beberapa saat lalu ia yang tampak paling tidak peduli.

Toilet terlihat lengang saat mereka tiba. Dua pemuda berpakaian serba hitam yang terlihat seperti back dancer baru saja meninggalkan toilet bertepatan dengan langkah mereka menuju pintu. Taehyung setengah berlari menghampiri urinoir, lantas menuntaskan hasratnya. Sedikitpun tidak menaruh curiga ketika Jungkook bergeming di balik pintu.

Cklek.

Taehyung menoleh cepat saat mendengar suara-suara dari arah Jungkook berdiri. Berdiri termangu seiring langkah Jungkook yang mendekat. Taehyung membiarkan tangannya melayang di bawah guyuran air keran wastafel. Membiarkan rasa dingin perlahan merambat melalui ujung jemarinya. Dan membiarkan Jungkook menggodanya dengan langkah beritme lambat yang seketika mengaduk isi perutnya.

"Jungkook-ah, m-mau apa?" Sekuat tenaga Taehyung menjaga suaranya tetap tenang, namun sia-sia.

Wajah Jungkook yang seperti menahan marah membuat Taehyung meremang. "Mau hyung." Dan suara bernada rendah itu betul-betul memperburuk suasana.

Jungkook mengulurkan tangan, menggapai keran lantas memutarnya, menyebabkan suara desisan air yang mengalir sontak menghilang. Menyisakan hening dan dentuman musik yang masih terdengar samar.

"Hyung."

"Hm?" Taehyung tidak mampu menemukan suaranya. Tersendat bersamaan dengan akses kaburnya yang juga diblokade oleh lengan kekar Jungkook di masing-masing sisi tubuhnya. Lalu entah sejak kapan tangan-tangan itu sudah berpindah ke sekeliling pinggangnya. Melingkar tanpa permisi lantas mengangkat tubuh kurusnya dalam sekali sentak.

Kini Taehyung telah terduduk di atas keramik yang menjadi pemisah antar wastafel.

"Aku pernah bilang apa tentang terlalu akrab dengan orang lain selain aku?"

Taehyung berkedip sekali sebelum meledak dalam tawa. Astaga, jadi semua keterdiaman Jungkook adalah tentang itu? Ia terlanjur larut dalam kekesalan akibat kecemburuan kekasihnya?

"Berhentilah bersikap kekanakan. Aku juga perlu berteman, Jungkook. Kau saja aku bebaskan menjadi akrab dengan teman-teman seusiamu, masa aku tidak boleh?"

"Itu berbeda."

"Apanya yang berbeda? Memangnya hanya kau yang bisa cemburu?" ketus Taehyung dengan amarah meluap-luap.

Satu alisnya terangkat naik. "Jadi kau cemburu kalau aku menghabiskan waktu bersama teman-temanku?"

Bisikan Jungkook bagai sentruman di telinganya. Menjadikan Taehyung tergagap di tempat, menyesali sikap terang-terangan yang baru saja ia lakukan di hadapan pemuda itu. "Yah, bukan begitu."

Jungkook tertawa pelan, mengagumi rona merah di wajah kekasihnya. Ia beringsut maju, memangkas jarak di antara mereka akibat desakan hormon yang bergejolak ribut. Ini semua karena Taehyung terlalu menggemaskan, sulit sekali rasanya menahan diri untuk tidak menyentuh Taehyung di depan kamera. Terutama semenjak agensi memutuskan agar memanjangkan rambut pemuda itu.

Maka jangan heran ketika nama mereka tiba-tiba saja menjadi populer di kalangan penggemar bersama segelintir aksi nekat yang Jungkook lakukan di depan publik.

Taehyung tidak melawan saat Jungkook menyatukan bibir mereka. Awalnya hanya satu kecupan. Kecupan yang perlahan meningkat menjadi sebuah lumatan. Lalu lumatan itu merambat menuju leher.

"Ahh— bodoh, jangan meninggalkan bekas!" Taehyung merintih kaget ketika Jungkook menghisap kulit lehernya terlampau kuat.

"Maaf," kekehan rendah mengalun menuju reseptornya, melemahkan Taehyung sekali lagi. "Tidak akan ada yang memperhatikan."

Ketika Jungkook menjauhkan diri dari ceruk leher sang kekasih, giliran Taehyung yang bergerak mendekat. Jungkook menggeram tertahan ketika Taehyung menggeritkan gigi di permukaan lehernya. Meninggalkan bercak merah yang sama di bawah sudut rahang kanannya. Pembalasan, ungkap Taehyung menggemaskan.

"Sudah cukup." Taehyung menghentikan kegiatan mereka sebelum keduanya bergerak lebih jauh. Masih ada sekian pasang mata yang harus mereka hadapi setelah ini, dan terang saja hal itu teramat berisiko. "Aku akan kembali lebih dulu. Setelah itu kau menyusul, oke?"

Tanpa menunggu jawaban dari yang termuda, Taehyung segera meloncat turun menabrak lantai sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu. Sebab, ia terlalu mengenal Jungkook. Pemuda itu tidak mungkin sampai hati menolak keinginannya.

Enam tahun saling mengenal, di balik pertengkaran kecil mereka yang kekanakan. Di balik setiap tatapan lurus yang Jungkook berikan. Dan di balik afeksi sederhana di antara keduanya, semua tahu bahwa Kim Taehyung adalah kelemahan terbesar bagi Jeon Jungkook.

Singkat cerita, mereka melupakan satu hal penting; bahwa tidak ada satupun dari gerak-gerik mereka yang bisa luput dari perhatian penggemar.

Tidak, satupun.

Karena tidak butuh waktu lama sampai foto-foto laknat itu menyebar di seluruh media sosial. Dan menyisakan Taehyung bersama tudingan kekesalannya yang teracung lurus-lurus tepat ke wajah sang kekasih.

.
.
.

fin.

YoursWhere stories live. Discover now