Bab 59 Sungguh sangat Sakit

23.2K 709 21
                                    

"Entah apa yang akan terjadi kedepannya, yang jelas inilah pilihanku, aku harus bisa menanggung semuanya"

( M. Kahfi )

Kahfi Pov

Semenjak Afifah menghubungiku, entahlah perasaanku mulai goyah.
Apa yang harus aku katakan pada Safa sedangkan Afifah terus saja memojokanku.

Ya memang dulu aku berjanji tidak akan mencintai Safa tapi itu dulu, dan dulu juga aku berjanji kalau Safa melahirkan aku akan langsung mengambil anaknya untuk Afifah dan langsung menceraikan Safa tapi lagi-lagi aku ucap itu dulu.

Sekarang semuanya sudah berubah aku sudah terlanjur mencintai Safa aku juga tidak mungkin membiarkan Safa sakit karna ulahku memang dari kemarin sikapku berbeda pada dia aku jauh lebih halus padanya jauh lebih perhatian padanya itu semua aku lakukan karna aku takut nantinya pilihanku akan menyakiti dia begitupun dengan Afifah.

Aku terus saja memainkan file kerjaku, aku sudah bilang akan pulang jam dua tapi kenyataannya aku masih betah di kantor sampai jam 7 malam.

Pikiranku kacau dulu ada kevin yang selalu memberiku solusi tapi sekarang hubunganku dengannya masih buruk, memang beberapa kali dia ingin menemuiku bahkan dia selalu menghubungiku tapi entah kenapa aku belum bisa memaafkan dia karna bagiku yang dia lakukan itu salah besar karna dia sudah berani mencintai istriku Safa.

Dering telepon mengagetkanku.

"Hallo assalamu alaikum mas?"

"Iya wa'alaikum salam sayang kenapa?"

"Kenapa kamu bilang mas? Ada juga aku yang tanya kenapa belum pulang, katanya jam dua mau pulang sekarang udah jam berapa mas?" Ucapnya kudengar ada nada khawatir disana.

"Maaf sayang"

"Mas tau gak si dari tadi Fafa rewel biasanya kan jam segini kamu yang gendong dia mas"

"Iya sayang mas minta maaf ya soalnya tadi kerjaan lagi numpuk banget yaudah kamu tunggu mas pulang sekarang" Ucapku dan langsung bergegas untuk pulang.

***

Jam 20 : 30 aku sampai di rumah, ternyata benar kata Safa bahkan sudah jam segini Fafa belum juga tidur, biasanya dia tidak pernah serewel ini akupun mulai mengambil alih Fafa dan benar saja dia langsung diam berada dalam gendonganku. maafkan ayah nak.

"Sini biar Safa tidurin Fafanya"

Aku menyerahkan Fafa, ku rasa Safa kesal padaku buktinya dia tidak memasang senyum sama sekali walaupun aku langsung menggendong Fafa.

Aku memutuskan melaksanakan shalat isya karna sudah beberapa hari ini aku meningggalkan kewajibanku entahlah semenjak percakapan dengan Fifah semuanya terasa begitu hambar, aku bingung apa yang harus aku lakukan nanti mending sekarang aku mengadukan semua itu pada Allah swt.

***

Aku terbangun dari tidurku, ku lihat Safa sudah tidak ada di kamar yang ku yakini sedang membuat sarapan aku menghampiri Fafa, dia begitu cantik begitu mirip dengan bundanya aku sungguh takut kalau melihat mereka berdua terpisah lagi-lagi pikiranku sulit di kondisikan.

My Second WifeWhere stories live. Discover now