Bab 27 Memikirkannya

14.2K 593 6
                                    

Kahfi pov

Hari ini aku sengaja ingin mengantarkan gadis itu ke kampus karna Afifah bilang aku harus lebih mendekatkan diri pada dia. Tapi tetap saja pikiranku tidak tenang karna aku tidak mau melihat istriku cemburu, nyatanya dia malah meyakinkanku kalau dia percaya padaku aku tidak akan pernah mencintai wanita lain selain dia.

Saat aku sudah sampai di rumahnya langsung saja ku memarkirkan mobilku di depan pintunya tapi ternyata hanya ada pembantunya disana. Dia bilang kalau gadis itu sudah pergi ke kampus 10 menit yang lalu menggunakan bis aku pikir pasti dia masih ada di halte dekat rumahnya dan benar saja sesampainya di sana aku menemukan dia. Untung aku tidak telat karna dia sebentar lagi ingin masuk kedalam bis, aku tau tidak boleh memegang tangannya karna dia selalu berbicara bukan muhrim padaku dan dia selalu mendahulukan itu semua dia bilang tidak baik kalau bukan muhrim bila saling bergandeng tangan. Jangankan bergandeng tangan bahkan saling melirikpun sebenarnya tidak boleh, aku pikir dia calon istriku ini jadi aku beranikan memegang tangannya.

Akhirnya dia mau menerima ajakanku dan dia mengikutiku menuju mobil sport ku tapi kulihat dia seperti tidak suka menaiki mobilku karna dari tadi dia tidak mau diam, dudukpun tidak seperti yang biasaku lihat langsung saja ku tanya dia kenapa. Ternyata benar dia tidak nyaman menaiki mobil ini menurut dia mobil ini sangat mewah dia pikir dia tidak pantas naik mobil seperti ini padahal mobilku tidak mewah sama saja dengan mobil rekan kerjaku yang lain bahkan mereka ada yang lebih lagi dari mobilku, bahkan ini di kategorikan biasa istriku saja suka dengan mobil ini.

Waktu aku membicarakan tentang fitting baju dia terlihat tidak suka karna dia bilang kenapa tidak menggunakan baju karya umminya saja, aku juga pernah mengusulkan itu pada Afifah tapi di tolaknya. Fifah bilang kalau baju pengantinnya harus terlihat mewah untuk Safa karna kan Safa baru pertama kali melangsungkan pernikahan jadi Fifah pikir Safa harus terkesan dengan semua nya. Akhirnya akupun memutuskan untuk mengikuti kemauan istriku dan berkata pada gadis itu kalau itu semua kemauan istriku, tapi tunggu raut wajahnya kenapa berubah seperti itu? Dia seperti tidak suka dengan ucapanku, apa aku salah bicara lagi pada dia?
Gadis ini selalu membuatku bingung, waktu ingin mencegah dia agar tidak cepat keluar dari mobil tapi dia langsung saja meninggalkanku kenapa dia bersikap seperti itu. Apa dia kesal denganku? Entahlah yang aku tahu raut wajahnya berubah menjadi dingin seperti wajahku.

Langsung saja aku mengarahkan mobilku menuju kantor benar saja saat sampai di kantor aku langsung di sambut oleh sahabat terbaikku siapa lagi kalau bukan Kevin Alvaro, pagi-pagi udah di kantor orang apa dia tidak memikirkan kantor barunya?

"Assalamu alaikum bro" ucapnya langsung

"Wa'alaikum salam" Jawabku

"Dingin banget bro, ada masalah?"

"Gak ada ko, tumben pagi-pagi lu kesini? Ada perlu apa nih?" Tanyaku

"Mau nanyain soal gadis itu" Ucapnya kencang

"Ssssstttt, lu itu inget dong ini di kantor kan gue udah bilang kalo cuma lu yang tahu karyawan gue jangan sampe tau. Sampe nanti akad baru gue kasih tau kesemua karyawan elu harus paham itu" Ucapku memberitahu dia

"Iya iya sorry gua lupa bro"

"Yaudah ayo keruangan gue" Ajakku

Diapun mengikutiku tapi ku sejajarkan saja langkahku dengannya aku tidak mau kalau nanti dia di anggap bawahanku oleh yang lain padahal dia rekan bisnisku.

"Eh bro kemaren kan gua liat dia ternyata cantik banget tuh cewek"

"Siapa?" Tanyaku dingin

"Cielah itu sikap gak bisa berubah apa?"

"Iya memangnya siapa yang lu bilang cantik? Gebetan lu bukan?" Tanyaku

"Tadinya si mau gue gebet tapi sayangnya dia udah punya calon imam. Gimana dong?"

My Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang