Bab 44 The Lodge Maribaya

16.7K 584 2
                                    

Hatiku tidak sekuat itu, bahkan aku bisa runtuh hanya karna hal sekecil semut 🍂

Safa pov

"Iya saya ngerti ko, maaf kalo ucapan saya salah" Ucapnya

Aku tahu dia memang sudah menjadi suamiku tapi rasanya aku sangat malu kalau harus membuka kerudungku di depan dia. Apalagi ini kali pertama aku harus terus berdua dengan dia selama empat hari. Memang selama di perjalanan tadi aku lebih banyak diam karna aku masih kesal padanya. Dia selalu membentakku bukannya memberi perhatian tapi dia selalu memarahiku aku juga tahu posisiku memang hanya yang kedua tapi tetap saja aku ini istrinya tidak seharusnya dia seperti itu padaku.

Ku lihat dia sudah tertidur dengan nyenyaknya memang tadi di perjalanan sangat macet karna ini merupakan hari weekend sekolah jadi Bandung selalu menjadi tujuan utama mereka untuk berlibur.

Setelah membereskan semua baju aku memutuskan untuk duduk di sofa, untung saja aku membawa novel jadi aku tidak akan kesepian walaupun di kamar harus sendiri tanpa aku sadari aku juga mulai terlelap.

Jam 15 : 00 aku terbangun dari tidurku, posisiku masih berada di sofa tapi tunggu kemana dia bukannya dari tadi dia tidur tapi sekarang sudah tidak ada di kamar kemana dia dan kenapa juga tidak membangunkanku. Aku memutuskan untuk turun ke lobi siapa tahu dia ada di sana tapi aku sudah mencari dia tetap tidak ada di sana saat aku ingin keluar seorang resepsionis memanggilku.

"Apa mba mencari suami mba?" Tanyanya

"Iya, apa tadi dia keluar soalnya aku sudah mencarinya di sekitar hotel tapi tidak ada" Jawabku

"Tadi suami mba izin keluar sebentar, katanya kalau mba butuh sesuatu bisa bilang sama saya sekarang mba butuh apa?" Tanyanya lagi

"Ah tidak, terimakasih ya saya mau ke kamar aja" Ucapku dan langsung meninggalkan wanita itu

Memang dia pergi kemana dan mau apa semua makanan sudah tersedia di sini tapi dia mau mencari apa di luar? Apa dia hanya ingin menikmati pemandangan di Bandung karna dia selalu fokus dengan pekerjaannya kalau di Jakarta jadi... Ah kenapa aku jadi memikirkan dia seperti ini padahal dia hanya izin keluar sebentar bukannya pergi meninggalkanku jauh.

Saat aku ingin membuka pintu karna aku ingin keluar ke Taman Hotel tapi dia sudah kembali dan tunggu tangannya tidak kosong dia sudah membawa banyak buah untuk apa segitu banyaknya.

"Mau kemana?" tanyanya

"Mau ke taman sebentar karna dari tadi sendiri bete"

"Lu gak khawatir apa sama gue, sampe gak ada panggilan satupun" Ucapnya

Kata siapa aku tidak khawatir justru dari tadi aku terus mencari dia hanya saja aku tidak menelpon karna aku tahu disini sangat susah sinyal dari tadi juga sudah mencoba menghubunginya tapi tetap tidak bisa.

Aku menggelengkan kepalaku.

"Oh yaudah gak khawatir mah"

"Bukannya gitu mas, disini kan susah sinyal tadi aku udah nanya ko sama resepsionis dan dia bilang kamu izin keluar sebentar" Jelasku

"Yaudah nih simpen buahnya"

"Untuk apa mas buah sebanyak ini?"

"Ya buat di makan, udah taro aja di kulkas"

Aku menganggukan kepalaku setelah itu aku mengajak mas Kahfi untuk melaksanakan shalat ashar berjamaah dan dia mengikuti kemauanku, hari sudah semakin sore aku sudah membersihkan badanku dan begitupun suamiku dia memilih memainkan ponselnya aku sampai lupa kalau aku belum memberitahu mba Afifah kalau aku sudah sampai, tapi pasti mas Kahfi sudah menghubunginya.

My Second WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang