Bab 5 Alamat

21.2K 956 2
                                    

Kebiasaan pulang malam kini mulai kurasakan lagi karna akhir bulan memanglah selalu begitu selalu banyak UAS dan juga tambahan tugas yang begitu banyak. Padahal badan ini sudah mulai lelah dan rasanya ingin segera sampai di rumah tapi apalah daya justru aku harus mengantri lagi untuk menaiki bus. Ya hari ini benar-benar menguras tenagaku, di kampus harus berapa banyak tugas yang aku kerjakan sampai tangan aku sulit untuk di gerakan saking terus terusan mengetik dan menulis dan sekarang harus sabar mengantri, ya Allah jangan biarkan aku menggerutu sendiri karna itu tidak boleh dan jadikan aku wanita yang selalu bersabar dalam menghadapi semua permasalahan di dunia ini.

"Dan, Allah mencintai orang-orang yang bersabar" (Ali imran : 146)

Padahal sudah ada ayat yang menjelaskan tapi rasanya susah sekali untuk bersabar. Dan setelah lama menunggu akhirnya aku kebagian masuk kedalam bis dan benar aku sangat beruntung karna hari ini aku kebagian duduk rasanya lega sekali saat duduk karna setidaknya aku tidak akan menggerutu sepanjang jalan. Coba saja bayangkan kalau aku harus berdiri sepanjang jalan sampai kerumah, itu bisa sangat melelahkan bagiku karna sekarangpun aku sudah duduk dengan menyenderkan kepalaku.

"Assalamu alaikum Ummi" Ucapku lemas

"Waalaikumsalam nak, ko baru pulang terus naik apa pulangnya, biasanya kamu udah pulang loh jam 7 juga?" Tanya ummiku

"Iya mi tadi lagi banyak tugas, biasa mi naik bus, Safa masuk dulu ya soalnya Safa belum shalat Isya" jawabku

Saatku lihat jam ternyata sudah pukul 21:00 , setelah selesai shalat akupun segera ke dapur karna dari tadi perutku yang tidak bisa di ajak kompromi sudah meminta jatahnya. Bahkan ku pikir cacing-cacing di perutku ini sudah tidak sabar ingin melahap apapun yang ada di dapur.

"Pelan-pelan nak makannya, nanti kalo kesedak gimana santai aja nak"

"Makan dan minumlah kalian, tapi jangan berlebih-lebihan (boros), karna Allah tidak mencintai orang-orang yang berlebihan." ( Al-Araf : 31 )

Lagi-lagi aku menghiraukan ayat alquran yang jelas jelas melarangnya ucapku dalam hati.

"Iya mi maaf abisnya Safa laper banget, tadi sore gak sempet makan"

"Nah kan, lain kali kalo di kampus banyak tugas sempetin makan dulu ya nak gak boleh gitu takut sakit perut"

"Iya mi siap"

Karna sudah selesai makan akupun langsung izin ke kamar duluan. Karna masih ada beberapa tugas yang harus aku selesaikan, saat ingin mengambil buku Ekonomi Syariah yang aku perebutkan dengan pria itu aku jadi ingat dia lagi perasaan apa ini?
Tapi kan aku sudah selesai dengan buku ini masa iya aku harus menghubunginya dan memberitahu dia bahwa aku sudah selesai tapi dia kan sudah memiliki istri, bagaimana kalau istrinya tau aku menelpon suaminya bagaimana kalau dia marah padaku, bagaimana kalau dia berpikiran negatif denganku apalagi aku baru bertemu dua kali dengannya itupun hanya sebatas bertemu bukan mengobrol lama atau apa, intinya banyak pertanyaan yang memenuhi otakku tapi kalau aku tidak memberitahunya pasti dia butuh buku ini apalagi kata dia ini akan di jadikan referensi skripsinya, aku bingung harus bagaimana setelah lama berpikir akhirnya akupun memutuskan untuk menelponnya, karna daripada dia yang menelponku mendingan aku duluan, jauhkan semua pikiran gelapku.

"Assalamu alaikum" Ucapku

Tapi yang di sana masih diam tidak menjawabku, bahkan tidak ada suara sedikitpun.

"Assalamu alaikum" sekali lagi ku Ucapkan salam

Lagi-lagi tetep tidak ada jawaban dari sana tapi panggilanku terhubung, lantas kemana orang di sebrang sana bukannya dia telah menjawab tapi pergi kemana sebenarnya dia? aku coba sekali lagi.

"Assalamu alaikum"

"Ah iya waalaikumsalam" Jawabnya di seberang sana

"Maaf, ini saya Safa saya...."

"Gimana bukunya udah selesai belum soalnya saya bener bener butuh buat skripsi saya, kalo udah bisa saya ambil sekarang gak?"

Ucapanku terpotong begitu saja.

"Iya sudah selesai, tapi saya bingung bagaimana memberikannya sama anda, jangan sekarang ini sudah malam juga kan"

"Tapi saya bener-bener butuh sekarang, yaudah alamat kamu dimana? Biar besok saya kesana" Tanyanya

Deggg
Lagi, jantungku dibuat seakan copot olehnya, apa ini kenapa dia menanyakan alamat rumahku, padahal kan bisa di tempat lain bukan di rumahku apa dia ingin tau keberadaan rumahku? entah kenapa aku menjadi baper seperti ini biasanya aku tidak pernah terbawa perasaan seperti sekarang.

"Halloo ... Ko diem, dimana alamat rumah kamu?" Tanyanya lagi

"Mmmmm anu, ke.. Kenapa harus di rumah saya?"

"Kan biar lebih enak lagian saya kesitu sama istri saya ko, saya gak akan lama saya hanya ingin mengambil buku itu aja gak lebih"

Oh begitu ucapku dalam hati, kenapa aku tidak suka dia bilang bersama istrinya ya jelaslah dia bersama istrinya, kalian tau tidak rasanya saat kalian sudah baper sendiri seperti naik ke atas pakai tali sampai langit terus secara bersamaan tali itu di putusin begitu saja duggg dan itulah hatiku sekarang. Tapi kenapa jadi seperti ini kenalpun tidak aku dengan pria ini jadi seharusnya aku tidak berpikiran yang aneh-aneh, toh dia hanya ingin mengambil bukunya saja tidak lebih, tapi kenapa seolah aku yang berharap lebih.

"Eh begitu yasudah nanti saya kirim alamatnya lewat sms"

"Ok" Jawabnya singkat padat dan jelas

***

"Dari siapa mas, keliatannya kamu kikuk?" Tanya Afifah

"Itu Safa....."

"Ko kamu bisa telponan sama dia mas? Jadi kamu setuju dengan pendapatku terus udah berapa lama mas deket sama dia, ko bisa-bisanya aku gak tau akan hal itu si mas?" Potong Afifah

"Kamu apaan si, jadi gini kemarin itu mas berebut buku sama dia jadi kata mas dia aja yang ambil nanti mas minjem sama dia kalo dia selesai dan ternyata dia udah selesai terus dia ngehubungin mas karna mas kan kasih nomer mas kedia"

"Terus terus?" Tanyanya lagi sangat antusias

"Ya terus mas minta alamat dia biar besok kita ambil bukunya berdua"

"Serius mas akhirnya aku tahu juga rumah gadis itu, aku yakin mas dia wanita baik-baik karna terlihat dari prnampilannya" Jawab Afifah

"Iya sayang"

Rasanya hati Afifah meletup-letup entah kenapa dia justru bahagia melihat suaminya bisa dekat dengan wanita itu. Bukannya tidak cemburu tapi Afifah yakin kalau Safa bisa menjadi istri kedua dari suaminya dia sangat bahagia mendengar suaminya mengajak dia kerumah Safa, itu artinya dia akan lebih mengenal Safa dan bisa mendekatkan Safa dengan suaminya itulah harapan Afifah karna bagaimanapun Afifah yakin kalau Kahfi dan Safa bisa lebih dekat dan melancarkan semua keinginan dia.

Walaupun sampai sekarang mas Kahfi tetap pada pendiriannya. Tidak akan menikah lagi tapi aku yakin Safa bisa meluluhkan hati mas Kahfi. Begitupun dengan aku yang akan membantu mereka untuk lebih dekat lagi.

Afifah terlalu berharap pada safa, padahal dia baru mengenal safa belum lama

Trimakasih buat yang sudah vote dan comment karna itu sangat berarti buat fitri 😊

My Second WifeWhere stories live. Discover now