#43 The Mother [END]

1.4K 65 1
                                    

Melalui pintu yang terbuka, Brie yang tengah duduk di dalam mobil polisi memandang ke luar. Cukup jauh darinya, beberapa petugas tengah mengangkat kantong jenazah berwarna oranye. Tadi Brie sudah memastikannya, kantong itu berisi mayat Sekar yang sudah hampir tak berbentuk.

Kalau Sekar sudah mati, Brie mengira semuanya akan berakhir, hatinya bisa dilimpahi ketenangan. Namun, nyatanya hal itu tidak terjadi. Orang-orang yang mati tidak akan kembali. Mimpi-mimpi mereka tetap akan lenyap. Pihak yang ditinggalkan juga masih merasa kehilangan. Sama seperti dirinya yang sampai saat ini masih meratapi kepergian Ismail.

Polwan yang tadi menggeledah Brie masuk ke dalam mobil. Ketika akan menutup pintu, ia memergoki pipi Brie yang sudah mulus dan tidak diperban. Dengan kening mengernyit, polwan itu bertanya, "Kok lukanya sudah hilang?"

"Magic," balas Brie, sedikit tersenyum.

Balas tersenyum, polwan dengan pipi berlesung itu duduk di samping Brie dan menutup pintu. "Terimakasih, kamu sudah mengalahkan penyandera itu."

Brie menggeleng pelan. "Kalian yang mengalahkannya. Aku cuma membantu."

Polwan itu melebarkan senyumnya, membuat lesung pipinya terlihat makin jelas. Ia lalu menyerahkan sepucuk lipatan kertas kepada Brie. "Tadi ada seorang ibu yang menitipkan ini untuk kamu."

Brie menautkan alis begitu melihat nama Stephanie tertulis di kertas itu. Saat membuka lipatannya, ia menemukan tulisan yang tak asing, benar-benar seperti buah tangan sang mentor. Tak mengerti kenapa Steph melakukan hal seperti ini, Brie mulai membaca surat berbahasa Inggris itu.

Brie,

Saat tahu kalau kau akan keluar dari pekerjaan ini, aku kaget sekali. Namun, sejujurnya aku merasa bersyukur. Kalau bisa, aku ingin agar kau tak usah mengikuti jejakku. Tapi di saat yang sama, aku takut kau jadi tak punya tujuan hidup.

Dulu, aku mempunyai seorang anak perempuan. Anak haram sebenarnya. Aku melahirkannya waktu umurku masih belasan. Anak itu aku titipkan kepada ayah kandungnya. Ya, pria itu memang mau bertanggungjawab. Sayangnya, dia bukan ayah yang baik. Dia cuma memberikan anak itu materi. Tanpa kasih sayang, anak itu jadi tumbuh dalam kesepian.

Seharusnya aku berada di sisi anak itu, tapi aku tak mau menodainya dengan pekerjaan ini. Aku ingin dia tumbuh menjadi anak baik-baik, jauh dari aib ibunya. Namun, justru di situlah mimpi buruk terjadi. Karena tak punya orang yang menjadi penuntun, anak itu jadi tak punya arah. Dia terjerumus obat-obatan terlarang, sampai akhirnya meninggal karena overdosis.

Aku hampir tak pernah menemui anak itu, tapi aku tetap merasa sedih dan menyesal. Mungkinkah ini yang disebut insting seorang ibu? Aku tak tahu.

Beberapa bulan setelah kematian anakku itu, aku menemukanmu. Melihat tangismu pertama kali, aku merasa seperti diberi kesempatan kedua. Aku berpikir, tak apa kalau kau mengikuti jejakku, yang penting kau punya tujuan.

Sayangnya, kamu tahu sendiri, aku bukanlah pendidik yang baik. Aku cuma bisa mengajarkan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaanku. Aku tak bisa memberimu kasih sayang. Ya benar, aku tak pantas menjadi seorang ibu.

Jadi, maafkan aku. Semoga hidupmu bahagia.

Steph.

Air mata Brie tumpah setetes demi setetes. Ia tak habis pikir, mengapa baru sekarang? Mengapa dirinya harus melalui mimpi buruk dulu sebelum Steph memberikan pengakuan ini? Mengapa setelah bertahun-tahun menjalani hidup dengan hati kosong, dirinya baru mendapatkan sesuatu yang tanpa sadar ia inginkan dari Steph sejak dulu?

"Surat dari siapa itu?" tanya sang polwan sambil menyodorkan selembar sapu tangan.

Brie menerima sapu tangan itu, menghapus air matanya, kemudian berucap, "Bukan siapa-siapa. Thanks."

SELESAI

Jangan kemana-mana dulu. Setelah ini ini masih ada Epilog.

Nantikan juga karya baru penulis yang dipublish mulai besok. Update setiap Senin, Rabu, dan Jum'at.  Genre manusia serigala.

  Genre manusia serigala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalian tahu legenda dewi bulan, kan? Dia memilih satu yang paling istimewa dari kaumku, seseorang yang akan dinobatkan sebagai pemimpin, raja, atau kalian biasa menyebutnya sebagai Alpha."

Sig mempunyai dua keinginan besar dalam hidupnya. Pertama, memberi ganjaran kepada Fringe Global, perusahaan kejam yang telah membuatnya menjadi kelinci percobaan dan menginjak-nginjak harga diri kaum manusia serigala yang dipimpinnya. Kedua, memiliki sepenuhnya Gwen Miller, gadis yang telah menyelamatkannya dari cengkeraman perusahaan tersebut.

Golden EnigmaWhere stories live. Discover now