#6 Daughter

1.4K 98 2
                                    

"Hei, kenapa kau santai-santai begitu!?"

"Apa kau tidak punya niat membangkitkan kami!?"

"Kau tinggal memasukkanku ke tubuh itu!"

Sambil duduk di kursi goyang, Sekar memain-mainkan selembar kertas undangan pernikahan. Giginya terus berkeretak. Suara teman-temannya dari alam lain itu terus mengganggunya sedari tadi. Mereka menganggap dirinya tak becus menjalankan tugas.

"Berisik!" jawab Sekar akhirnya, membuang undangan di tangannya itu begitu saja. "Kalau seperti ini terus, aku tidak akan memasukkan kalian ke tubuh anak-anak itu!"

"Sebenarnya kau menunggu apa, sih?" tanya salah satu suara.

Sekar terkikik. "Tidak ada. Aku cuma ingin bermain dengan manusia-manusia yang bisa menggunakan kekuatan kita itu."

Suara-suara itu semakin ramai menggerus otak Sekar.

"Berisik!!!" bentak Sekar, tapi suara-suara itu malah makin intens menggerutu.

Memegangi kepalanya yang sebenarnya tak pusing, Sekar beranjak dari tempatnya, menghampiri kerangkeng besi setinggi satu meter di sudut ruangan. Di dalam kerangkeng itu, Pratista meringkuk dengan tubuh gemetaran, tak tahan dengan suara-suara aneh yang juga ikut menusuki telinganya.

"Ibu mau pakai yang mana?" tanya Sekar, menunjuk benda-benda yang ada di meja kayu terdekat: tang, pentungan satpam, jarum-jarum super besar, taser listrik, dan pecut tulang ikan pari.

Pratista berjengit ngeri. Mukanya yang tampak lebih tua dari biasanya, langsung menunjukkan ekspresi memohon. "Tolong lepaskan aku."

"Wah, wah, wah." Sekar berjongkok dengan wajah muram. "Sudah sepantasnya orang tua membahagiakan anaknya, bukan? Aku ini sedang stres, Bu..."

"Kamu bukan anakku!" sela Pratista sengit.

Raut muram di wajah Sekar makin kentara. "Eeh, tapi kenapa aku masih ingat kejadian waktu Ibu membelah dadaku dengan golok?"

Pratista membelalakkan matanya lebar-lebar.

"Waktu itu semuanya jadi seperti melambat, Bu. Setiap senti sayatan yang Ibu buat, aku bisa merasakannya dengan jelas," sambung Sekar, masih dengan ekspresi sama. Bahkan ia terlihat seperti hampir menangis, meski matanya sama sekali tidak berkaca-kaca.

"Kamu bukan Sekar!!!" Pratista memegang jeruji dengan jari-jarinya yang sudah tak berkuku.

"Ahahahaha!!! Sekar berdiri dan menghampiri meja yang berisi benda-benda untuk menyiksa. "Kalau tidak percaya aku ini Sekar, aku akan ceritakan perasaanku saat tubuhku mau mati. Aku bertanya-tanya, apa salahku sampai harus mendapat siksaan seperti itu? Kenapa ibuku yang menyayangiku, membesarkanku, dan merawatku saat aku sakit itu jadi seperti iblis?"

Pratista berjengit lagi, matanya makin membelalak. Mulutnya sudah membuka, tapi ia sama sekali tak mampu mengeluarkan satu deret kalimat pun.

"Aku masih bisa mendengar rintihan-rintihan Sekar itu... Ah, aku baru mengakui aku ini bukan Sekar." Gadis itu tersenyum, kemudian mematahkan salah satu kaki meja dengan mudah. Meja itu pun rubuh, membuat benda-benda di atasnya berjatuhan.

"Tolong, jangan sakiti aku lagi..." Pratista mulai terisak. Penyesalan dan ketakutan di hatinya sudah tak tertahankan. Kalau saja ia tidak termakan omongan makhluk di tubuh Sekar itu, anak gadisnya yang asli masih ada di sini. Ia masih bisa melihat senyum putri kesayangannya itu.

Dengan girang, Sekar memeriksa ujung tajam tak beraturan dari kaki meja yang baru dipatahkannya. Kemudian, ia menekankan jarinya ke pucuk paku yang masih setengah menancap di sana. Darah segar mulai menetes dari jari itu, dan Sekar menyedotnya dengan khidmat, seperti sedang menikmati hidangan spesial. Melihat kelakuan absurd itu, Pratista menggeleng-gelengkan kepala dan mundur ke sudut kerangkeng.

"Hahahaha..." Sekar tertawa pelan, nyaris berbisik. "Ahahahaha!!!"

Saat tawanya menjadi keras, Sekar mendatangi kerangkeng dengan mata membelalak. Ia memaksakan kepalanya untuk masuk di antara teralis. Jelas sekali kepalanya tak cukup, tapi ia tak peduli dan malah mengencangkan tawanya. Pratista pun berteriak-teriak histeris, sementara Sekar mulai memasukkan kaki meja di tangannya itu ke dalam kerangkeng.

Golden EnigmaWhere stories live. Discover now