"Kok malah senggol-senggolan gitu, kalian tau Kinal, nggak?" Tanya Veranda lagi.

"Eemm... ke kampus ya, Kak? tapi setau kita, Kinal nggak ke kampus. Ya kan, Vin?" Viny mengindikan bahunya karena memang dia tidak tahu.

"Lah? fakultas lo kan deket sama Kinal, gimana dah," kata Jeje. Viny menoleh pada Nabilah yang juga mengindikan bahunya.

"Gue jauh, kalo yang ditanya Beby, gue masih bisa jawab." Ucap Nabilah cepat.

"Eemmm... yang deket kan, cuma Lidya. Coba lo telpon tuh kunyuk satu." Viny mengangguk dan mulai menelepon seseorang yang tak kunjung mengangkat teleponnya.

"Bentar ya, Kak Ve, belum diangkat." Kata Viny tidak enak. Veranda hanya mengangguk.

"Hallo, Lid? lo dimana?"

"Ngapa dah, nelponin gue. Kan gue udah bilang, gue ke Jogja."

"Hah? Jogja? yang bener lo ke Jogja? kapan lo ke Jogjanya?" Semua mendelik ke arah Viny.

"Lah, kemarin sore gue chat kalian, masa nggak masuk? kemarin sore gue ke Jogja, Viny!"

"Yang bener lo? berarti matanya Nabilah yang siwer nih," kata Viny menoyor kepala Nabilah.

"Eh, enak aja! gue beneran tadi liat tuh bocah lari-lari di parkiran." Balas Nabilah tidak terima.

"Tapi ini Lidya bilang kalo kemarin sore dia berangkat ke Jogja. Terus siapa yang lo liat tadi?" Nabilah mengindikan bahunya.

"Hallo, Lid? ini si Nabilah katanya liat lo tadi pagi lari-lari di parkiran. Lo beneran ke Jogja?"

"Eh, bencong! gue beneran ke Jogja. Entar gue kirim foto ke grup. Masa temen sendiri pergi lo pada nggak tau. Padahal udah gue chat."

"Mana ada chat, nggak ada sama sekali. Bo'ong kan lo? biar bisa jalan-jalan sendiri." Jeje dan Nabilah mengkode Viny agar cepat menyelesaikan teleponnya.

"Enak aja, gue kesini karena sesuatu. Entar kalo gue udah pulang, gue kasih tau kalian. Udah dulu ye? gue mau ketemu seseorang dulu."

"Lah? dimatiin. Belum juga nanya," gumam Viny memasukan ponselnya ke dalam saku jaketnya.

"Maaf, Kak Ve. Ternyata Lidya ke Jogja. Si Kinal kemana dah," kata Viny menoleh kiri-kanan.

"Kak Ve, mendingan Kak Ve pulang dulu. Entar kalo kita ketemu Kinal, kita hubungin Kak Ve. Gimana?" Pertanyaan Jeje itu hanya diangguki Veranda. Kemudian gadis itu berpamitan untuk pergi.

"Si Kinal ke kampus? yakin nggak tuh, jangan-jangan Bibi di suruh dia buat bilang begitu ke Kak Ve."  Kata Viny heran.

"Bisa jadi, Vin. Tapi setau gue, Kinal nggak pernah kayak gitu deh," timpal Nabilah.

Ketiganya terdiam beberapa saat. Hingga mata ketiganya tidak sengaja melihat sesuatu. "ITU LIDYA!" seru mereka bersamaan. Mereka segera berlari mengejar orang berbaju coklat itu.

Sesampainya di parkiran, mereka terdiam saat orang yang mereka kejar menaiki sebuah mobil. "Kek kenal mobilnye," gumam Nabilah memicingkan matanya.

"Bil! Itu kan mobil lo!" Seru Viny menepuk pundak Nabilah.

"Oh iye! mobil gue oiy! mobil gue!" Teriak Nabilah yang berlari. Namun berhenti karena tangan Jeje yang menarik Hoodie jaketnya.

"Lo mau kemana? ngejar? percuma, mobil lo pake kekuatan turbo mesinnye. Sok-sokan ngejar, sengklek tuh kaki." Kata Jeje menghentikan Viny dan Nabilah.

"Iya juga ya," gumam keduanya. Jeje menggeleng dan berjalan ke arah mobilnya.

"Lo gimana sih, sama mobil sendiri lupa." Kata Viny. Nabilah hanya cengengesan sambil mengikuti Jeje yang masuk ke dalam mobil bagian belakang.

Semua Karena Cinta(Completed)Where stories live. Discover now