#18 Would You?

586 85 13
                                    

Seusai perayaan kecil-kecilan di rumah Woojin, pemuda itu mengantar Sohye pulang. Tadinya Sohye tidak mau, ia enggan merepotkan Woojin. Tapi dipaksa oleh Donghyun.

Pada akhirnya, Woojin pun mengantarkan Sohye pulang. Di sepanjang perjalanan, mereka berdua diam saja. Woojin nampak sedang memikirkan sesuatu, sedangkan Sohye sibuk memperhatikan jalanan.

Sesamapinya di depan rumah Sohye, gadis itu segera turun dari motor Woojin dan mengucapkan terima kasih.

Namun saat gadis berpamitan dan mulai melangkahkan kaki ke arah rumahnya, lengannya di cekat oleh Woojin.

Sohye menoleh, "Kenapa Jin?"

Kemudian, Woojin juga turun dari motornya sebelum berjalan mendekat ke arah gadis itu.

Kini Woojin dan Sohye berhadap-hadapan. Woojin terlihat nervous sedangkan Sohye berusaha tetap tenang meskipun sekarang pikirannya sudah liar kemana-mana.

"Hye." Panggil Woojin lembut.

Sohye menatap manik Woojin sebagai balasan. Membuat Woojin semakin nervous.

Duh, lo gak tau apa Hye ini kaki gue berubah jadi jeli sekarang.

"Ehm, ehm." Woojin mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Berusaha kembali menyusun kata-kata,

"Lo, ehm lo mau gak,-ADUHH INI GIMANA GUE NGOMONGNYA WOII??!!" Woojin tiba-tiba jadi salah tingkah sendiri.

Sohye yang melihatnya hanya tertawa. Membiarkan Woojin yang kini sedang melompat-lompat saking salah tingkahnya.

Akhirnya, Woojin kembali mendapatkan kewarasannya setelah salah tingkah tadi. Ia kembali menatap Sohye dalam.

"Kim Sohye, would you gou out with me?"

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Empat detik

Lima detik

Woojin berani bersumpah itu adalah lima detik terpanjang dalam hidupnya. Tadi ia sudah nyaris berteriak saja setelah mengutarakan perasaannya.

Sohye diam dan hanya menunduk sekarang. Kentara sekali gadis itu sedang menyembunyikan pipinya yang semerah tomat.

Woojin yang melihat gadis itu diam saja kini mengusap tengkuknya resah.

Ini gue ditolak? Kok dia diem aja?

"Ehm, emm. Hye gue balik aja ya. Yang barusan,-"








Cup.











Eh?

Perkataan Woojin terpotong karena Sohye mengecup pipinya.

Woojin rasanya mau meleleh saat ini juga. Ia tidak tahu harus berbuat apa, sehingga ia hanya mematung dan melihat Sohye yang kini wajahnya sudah benar-benar merah.

Sepertinya gadis itu juga kaget dengan apa yang ia lakukan barusan, karena setelahnya Sohye segera berlari memasuki rumahnya. Meninggalkan Woojin yang masih mematung dengan jantung yang akan meledak sebentar lagi.

Woojin masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi dan mencoba menenangkan degup liar di dadanya. Kemudian, pemuda itu merasakan ponsel yang ia taruh di sakunya bergetar. Ia mengambil ponselnya dan disitu terdapat sebuah notifikasi bahwa ada chat masuk. Dari Sohye.

Sohye

Yes.

Kalau saja ini bukan tengah malam dan ia tidak sedang berada di tengah pemukiman begini, Woojin sudah berteriak sambil berlari. Karenanya sekarang ia melompat-lompat sambil memeluk ponselnya.

Kemudian dirasakannya ponselnya bergetar lagi.

Sohye

Udah sana pulang.

Jangan kayak kodok lompat-lompat mulu.

Woojin membaca pesan itu dan menengok ke arah rumah Sohye. Disana, dari lantai dua tepatnya di balkon kamar Sohye, ada gadis itu yang kini sedang melambaikan tangannya ke arah Woojin.

Woojin balas melambaikan tangannya.

Wajah keduanya nampak bahagia dibawah sinar lembut rembulan malam itu.

.

.

.

Akhir yang bahagia bukan?

FIN (?)

A/N : Hehe.

Should I make some chapters as a bonus? atau sudah cukup sampai ini aja?

Aku tahu ini emang aneh bangetttt, aku ga begitu ahli buat bikin ending :(

Terima kasih buat yang udah baca, komen, vote ^^ huhu yakin deh aku tuh seneng banget tiap ada yang mampir ke sini, it means a lot to me ^^

Last, seperti biasaa minta komen, review, kritik, dan saran yaa. Terima kasih semua ? /bow/

See you on another stories ^^

Journey || Woojin x SohyeWhere stories live. Discover now