Sembilan

26.2K 513 16
                                    

Menemukan jodoh itu rumit. Seagama belum tentu seiman. Seiman belum tentu setujuan. Setujuan belum tentu sejalan. Sejalan belum tentu sekufu. Sekufu belum tentu sejodoh. Segala perbedaan bukanlah batu sandungan yang menjadi penghalang. Tapi, jadikan perbedaan itu sebagai pelengkap agar satu sama lain saling melengkapi.

Setiap orang selayaknya berani menentukan pilihan hidupnya. Kadang, orang lain tidak mampu mengerti dan menerima pilihan itu. Namun, setiap pilihan yang diyakini paling dibutuhkan diri sendiri memang tak perlu dijelaskan berkali-kali. Biarlah waktu, perjuangan, kerja keras dan doa-doa menjabarkan pelan-pelan. Tentang apa dan bagaimana impianmu bekerja. -Boy Candra

Hujan merintik membasahi kaca jendela, memunculkan titik-titik udara yang mengembun. Kananya berpangku tangan menatap keluar jendela. Lalu lalang orang berlarian menghindar diri dari hujan. Pandangannya lalu beralih memandang sosok pria berkemeja putih dengan dua tangannya yang sejak tadi berkutik pada laptop, tatap pandang matanya yang terus berkutat pada layar monitor.

"Ck! " Kanaya berdecak. Berharap Angga mengerti akan keberadaannya.

Semakin lama, kejenuhannya memuncak. Kanaya beranjak dari posisinya, berjalan menghampiri Angga sembari membuka lemari es.

"Ehem! Sibuk ya? " tanya Kanaya.

"Kerjaan kantor, biasa, " jawab Angga tanpa menatap lawan bicaranya.

"Dari kemaren emang lo ngapain dikantor? Petak umpet? " pekiknya.

"Ngga, gue main congklak sama sekretaris! " ucap Angga tak mau kalah.

Saking gemasnya tangan mungilnya menarik rambut Angga sampai hampir terjengkang dari kursinya.

"Aow! Lo itu manusia atau iblis!? Kalo lo bukan cewek, udah gue ughh!! " ujar Angga dengan kedua tangannya yang mengepal.

Bukannya takut atau merasa salah, Kanaya malah melototi Angga dengan kedua tangannya yang dilipat didepan dada.

"Apa? Emang kalo gue cewek, lo mau apa? Hah? Gue ga takut! "

Ucapan Kanaya membuat Angga seperti tertantang sesuatu. Dia bangkit menyingkirkan laptop, lalu berjalan mendekati Kanaya. Tatapan tajam dan terarah mampu membuat Kanaya sedikit cemas. Namun, karena kekeras kepalaannya Kanaya dengan berani menatap menantang ke arah Angga.

"Mau apa? M? "

Perlahan Angga mendekat, mengikis jarak diantara mereka, menghapus ruang kosong diantara mereka. Bau mint yang berhembus lekat mampu tercium oleh Kanaya dengan jarak yang begitu dekat.

Tubuh mungil Kanaya ingin beranjak namun, sebuah tangan menahannya melingkar pada pinggang. Kini, hanya tatapan merekalah yang saling beradu, manik mata yang saling mencari topik. Deru napas yang tiada henti melambat, detak jantung yang kian cepat.

Mata sayu Angga mampu membuat Kanaya sejenak tenang dalam balutan nuansa yang tidak pernah ia rasakan.

Kenapa kok, malah aku takut gini? Huhu.. Mama, tolong aku dari pedofil ini😭

Harap cemas supaya Angga tidak melakukan hal buruk padanya. Kanaya berpikir keras bagaimana cara untuk mengalihkan perhatian Angga. Tiba-tiba Angga seketika menjerit keras, ekspresinya begitu takut. Entah apa yang membuatnya mendadak kesetanan.

"Angga, lo kenapa? " Kanaya menengok kebelakang mencari apa penyebab Angga yang mulanya tengah menatap dengan tatapan mengintimidasi tiba-tiba berubah ketakutan setengah mati. Angga memutar tubuh Kanaya, bersembunyi dibalik punggungnya.

"Apa? Kenapa? " tanya Kanaya ikut khawatir.

"Itu! Ada itu! " jawab Angga yang tengah bersembunyi dibalik punggung Kanaya.

"Apaa?? " Kanaya sangat gemas melihat tingkah lelaki tua ketakutan tanpa alasan. Dasar sinting!

"Ituu! Ituu! " dengan cepat Angga mengacungkang telunjuknya menuju seekor kecoa yang sedang merayap kesisi tembok.

"Waaaaaa!!!! " teriak Angga saat kecoa itu berterbangan berkeliling disekitar mereka. Angga berjingkrakan berusaha menghindarkan diri dari serangga ini. Sementara, Kanaya hanya mampu tertawa sambil memegangi perutnya yang kaku. Awalnya ingin menolong, tapi setiap melihat ekspresi Angga, Kanaya kembali mengurungkan niatnya. Dia terus tertawa sampai perutnya sakit.

"Hahahahahahha.. Tampang si boleh oke, tapi nyali? Kaya baju yang udah dijemur lima hari! Hahahahah " cibir Kanaya yang langsung ditatap tajam oleh Angga.

Sialnya, kecoa itu terbang arahnya selalu mengikuti Angga kemanapun dia sembunyi. Dengan gerakan membabi buta, Angga menyerang kecoa itu dengan benda seadanya. Sejenak, Angga mengusap keringat setelah berhasil melumpuhkan kecoa yang mengganggunya. Ternyata, entah kenapa tidak ada angin tidak ada badai tiba-tiba mucul lima kecoa yang entah datang darimana.

Secara rinci, tiga kecoa senior berpengalaman 2-3 tahun, dua kecoa fresh graduation.

"Nih kecoa udah kayak ninja aja! Kampret! " ujar Angga dengan ekspresi cemasnya. Di sofa tamu, Kanaya hanya tertawa terpingkal-pingkal, Angga berharap istrinya itu tidak tersedak kecoa jika sewaktu-waktu mulutnya yang lebar itu menjadi sasaran empuk bagi si kecoa.

Tangan kanannya sigap menggenggam koran, tanga kirinya menggenggam bantal sofa. Kali ini, mungkin benda ini yang mampu melindunginya. Karena, disini belum ada persiapan yaitu, obat semprot anti kecoa.

Satu diantara lima kecoa ninja itu menyerang Angga dengan merayapi kakinya. Alhasil, Angga menjerit ala penyanyi internasional sambil menendang tanpa arah karena panik. Kecoa itu terlempar jauh, lalu meregang nyawa. Entah karena ikatan batin, satu kecoa mati empat lainnya seperti ingin membalas dendam. Namun akhirnya, dengan koran kecoa-kecoa itu mati terlentang.

Setelah merasa aman, Angga menjatuhkan tubuhnya disofa, baru lima kecoa, keringatnya sudah seperti orang setelah olahraga.

"Hahahahahhhahahahaha!! Lo itu lucu banget, " ucap Kanaya yang masih tetap pada posisinya, tertawa. Tanpa khawatir jika nanti suaminya bisa saja terkena jantung karena kecoa.

Cause I'am Yours [TAMAT]Where stories live. Discover now