DuaSatu

1.3K 105 9
                                    

Sambungan mulai terhubung tapi belum ada tanda-tanda Angga meresponnya. Sambil menunggu, Kanaya masih menata peletakkan vas bunga. Jam dindingnya masih berputar hingga pukul delapan, masih juga belum ada kabar dari Angga.

Beberapa saat lalu Kanaya sudah menghubungi pihak kantor. Semua pertemuan dan rapat sudah dicancel sejak sore tadi. Pertanyaan yang terus bergejolak dalam benaknya adalah mengapa Angga tidak datang kerumah atau menghubunginya.

Kanaya menjadi khawatir, takut terjadi sesuatu saat perjalanan pulang tadi. Hingga dia menelpon teman-teman terdekatnya.

Tak satupun yang mengetahui keberadaan Angga. Sekali lagi, Kanaya mencoba menelpon suaminya itu. Terhubung, namun tidak ada respon. Dia belum menyerah dan masih menelpon Angga hingga akhirnya telponnya tersambung. Disana masih hening. Berharap suaminya yang menjawab.

"Sayang? " ucap Kanaya.

Namun....

"Sayaangg... Tadi aku masakin seafood loh buat kamu sama Diana.. "

Tidak! Itu bukan Angga! Itu suara perempuan! Tapi, kenapa ada dia bukan Angga?!

Seketika Kanaya memutus panggilannya. Perlahan tubuhnya melemah, langsung terduduk diantara meja makan yang telah ia hias. Kedua tangannya bergetar, bibirnya setengah kaku, kedua matanya tidak dapat menahan lagi air mata yang siap kapan saja jatuh membasahi pipinya. Kepalanya menggeleng pelan, kedua matanya lalu terpejam membuat tangisnya pecah dalam kesendiriannya. Dia membanting vas bunga yang berada didepannya. Menarik kain meja sehingga hampir semua makanan, piring, gelas pecah berantakan.

Semua hancur sia-sia segala rencana, persiapan, impian. Sesak sekali rasanya ketika harus mengulang kembali luka lama yang seharusnya sembuh kini, tergores lagi. Kanaya pikir, dia akan bahagia selepas kejadian itu. Ternyata, tidak semua janji ditepati, tidak semua perkataan dipertanggungjawabkan.

***

"Lo ngapain? " tanya Angga melihat Alea menggenggam ponselnya. Dengan cepat, ia tarik dan langsung mengecek. "Awas kalo lo macem-macem! "

"Kenapa sih? Seburuk itukah gue dimata lo? Ponsel lo jatuh, untung nggak langsung mati. "

"Kalo emang kata buruk itu cocok buat lo, kenapa nggak? "

Alea tersenyum penuh kemenangan saat Angga pergi begitu saja. Sebelumnya, Alea sudah menghapus panggilan masuk dari Kanaya. Dia hanya tinggal menunggu siapa yang paling buruk.

Angga mendekati Diana yang masih memandangnya dengan diam. Masih dengan alat bantu pernapasan, tangan kecilnya mengusap pipi kanan Angga.

"Papa, masih disini lama kan? " katanya lirih.

Angga mengusap ujung kepalanya, "Sayang, maafin Papa ya. Hari ini Papa belum bisa ada buat kamu. Tapi, Papa janji akan terus menuhin apa mau kamu dan kebutuhan kamu. "

Diana terdiam, kedua matanya menjelaskan jika dia butuh Angga bukan yang lain. Tapi, Diana juga tidak mau melarang Angga jika ada sesuatu yang penting. Perlahan kepalanya mengangguk. Selepas itu Angga pun beranjak dari rumah sakit tanpa mengucap apapun kepada Alea. Dalam hati, sepertinya Alea merencanakan akan membuat pesta kecil untuk kemenangannya.

***

Sebersit cahaya memasuki celah jendela ruang tamu. Gas yang menderu dan decitan rem terdengar keras. Terlihat rumahnya tanpa penerangan, sunyi. Angga lalu mengetuk pintu hingga pintunya terbuka. Dia mengira jika dirumah tidak ada orang atau mungkinkah terjadi sesuatu kepada Kanaya. Dia pun mengedarkan pandangannya ke semua sudut rumah, sesekali berteriak memanggil nama istrinya itu.

Cause I'am Yours [TAMAT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz