DuaDua

938 59 1
                                    

Pagi ini Angga mengantar Kanaya menuju rumah sakit, dimana Diana dirawat. Angga harus membuktikan jika dia dan Alea tidak memiliki hubungan apapun. Angga terkejut melihat Diana sendirian tanpa Alea disampingnya. Makanan yang disediakan dari rumah sakit masih utuh diatas nakas. Angga menahan emosinya, melihat Diana ditelantarkan seperti ini saat dirinya tidak ada.

Kanaya bahkan bertanya dimana mamanya. Namun, Diana kecil hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil memegangi perutnya. Kanaya sangat tidak tega melihat seorang anak kecil terbaring lemah apalagi dibiarkan tanpa pengawasan dengan kondisi kelaparan. Naluri keibuannya lalu muncul mengambil nampan berisi makanan yang dikhususkan untuk Diana. Dengan kasih sayang dia menyuapinya, sesekali membersihkan sisa makanan di sela bibirnya. Angga lalu tersenyum selangkah lagi dia berhasil mengambil kepercayaan Kanaya kembali.

Dari belakang Angga memeluk lembut Kanaya yang masih menyuapi Diana.

"Kamu apa-apaan sih? Malu diliatin Diana. " ucap Kanaya memberontak.

Angga sama sekali tidak bergeming, dia terus mengeratkan pelukannya. Diana lalu tertawa sambil meledek mereka berdua. Dia senang jika Papa Angga dan tante Kanaya selalu bersama.

"Diana suka Papa sama tante Kanaya disini. " katanya dengan senyum dibibirnya.

Kanaya lalu mengerutkan keningnya, "Jangan tante, dong. Gimana kalo Diana panggilnya Mami aja? Gimana? "

"Iya Mami Kanaya! " ujar Diana dengan nada girangnya.

Mereka tiba-tiba menjadi sangat dekat. Sebelumnya Angga sempat khawatir jika mereka dipertemukan. Tapi untunglah, Kanaya mampu mengkesampingkan egonya demi anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Selesai menyuapi Diana, samar-samar terdengar suara pintu terbuka.

Alea datang dengan beberapa kantong belanjaan dikedua tangannya. Alea lalu tersenyum sinis ketika melihat Kanaya berada ditempat yang tidak seharusnya dia disini. "Ada perlu apa lo kesini? "

"Lo ini ibu macam apa? Teganya membiarkan anak kandung lo sendirian disini?! "

"Hey, ini rumah sakit. Ada suster ada dokter yang ngerawat dia, jadi kenapa lo yang pusing? Dia anak gue bukan anak lo! "

"Lo itu udah nggak waras ya? Diana itu sampe kelaperan nungguin lo yang malah asik belanja! "

"Daripada lo ngurusin anak orang lain, lebih baik kalian urusin program hamil kalian, biar kalian tau rasanya punya anak! "

Kanaya hampir kehabisan kesabarannya, tangan kanannya pun hampir melayang kearah Alea. Tetapi, Angga langsung mencegahnya dan membawanya keluar dari ruangan sebelum keadaan memburuk. Kanaya yang masih dengan emosinya dia memaki diluar. Hatinya sakit ketika Alea mengucapkan yang berkaitan dengan anak. Sesaat Angga mengambilkan botol air mineral guna menenangkan istrinya. Namun ditepisnya, rasa kecewanya masih tersimpan dalam hatinya.

***

Alea POV

Setelah mereka berdua pergi, aku memandang Alea sebentar lalu mengalihkan pandangan ku. Kemudian berjalan menuju nakas dekat tempat tidur Diana, aku menarik kunci laci lalu membukanya. Aku mengambil sebuah amplop putih itu, seketika air mata meluap setiap kali aku membacanya. Apalagi ada Diana yang terus menatapku dari tempat tidurnya. Aku sudah tak tahan lagi, sesuatu dari perutku rasanya ingin dikeluarkan. Aku berlari menuju wastafle memuntahkan isi perutku.

"Mama? " ujar Diana. Aku tahu dia khawatir. Dia takut, tapi aku tidak ingin terlihat dikhawatirkan oleh siapapun.

Aku bercermin menatap diriku sendiri. Seketika aku merasa hancur, harus menatap diri yang tidak berguna ini. Tidak, aku tidak boleh lemah. Aku harus berjuang demi Diana. Perlahan aku berjalan mendekati anakku, dia memelukku dengan hangat.

Cause I'am Yours [TAMAT]Where stories live. Discover now