"Sindy sedang apa kamu di sini?" Suara itu berhasil membuat sindy melupakan semua kemarahannya
Siapa dia?
Sampai sampai si berandal berlari??"Gue mau menagih tanggung-jawab loe" sambungnya
Kemarahannya naik drastis setelah mendengar ucapan itu, ia membalikan badanya dengan malas karena ia tau akan berhadapan dengan siapa,
Sindy memasang wajah datar "apa yang lo inginkan?" Tanya nya
Dia tersenyum manis, mengingatkan Sindy pada si Berandal dan membuat Sindy ingin menyobek bibir yang tersenyum itu,
"Gue lapeeer temenin gue makan," ucapnya sambil mengelus elus perutnya yang terlihat 'kotak kotak'
Jika cewek lain yang di tawarin beginian cewek itu pasti tak punya alasan untuk menolak, jika adapun ia akan anggap tidak ada, beda dengan Sindy yang mebutuhkan alasan, tapi jika ia menyanggupinya itu berarti tidak akan ada lagi masalah di antara mereka.
Sindy menghembuskan napas pasrah, lagian ini juga salahnya karena lupa akan hukuman itu,
"Inget!! Cuma nemenin gak sampai bayarin" jawab Sindy dengan lambat seolah olah memilih setiap kata yang ingin ia ucapkan,"Ok! Tapi inget lo juga harus makan"ujarnya
" gak usah khwatir gue bayarin ko" sambungya seperti mengeri mimik yang Sindy tunjukanYa Sindy sedikit tercengang mendengar ucapan Raka yang pertama, ia menjadi inget saat bersama si berandal yang nyuruhnya makan, tapi gak di bayarin malah Sindy yang nomok,
_______
Di sebuah cafe yang menarik,
Tapi entah di belahan kota mana, Sindy tak tau karena Raka memboncengnya Dengan membalap sehingga Sindy tak sempat meneliti setiap jalan yang Sindy lalui, dan membuat Sindy tak berani pulang sendirian juga tak berani mengajak pulang pada orang yang sedang lahap lahap nya makan,Ia hanya bisa memastikan bahwa jarum jam yang ada di pergelangan tangannya belum menunjukan ke angka 6 (sore),
Aku harap hari ini papah lembur, doanya dalam hati
Raka melihat gerak gerik Sindy dari sudut matanya, cewek itu sudah menyelesaikan makannya,, wajahny terlihat cemas dan sesekali ia melihat jam yang ada di tangannya,
"Lo kenapa?" Tanya Raka antusiasi
Sontak membuat Sindy mengalihkan pandangannya dari jam
"Hahh?,,,"
"Lo kenapaaaa?" Ujar Raka sedikit mengeraskan suaranya
"Gue pengen pulang tapi gak tau jalan,,,," dengan memampangkan senyum bodohnya
"Caelaah,,,,, ngomong dong dari tadi,,, lo tunggu di sini gue mau bayar dulu,"
"Eeeh lo kan lagi makan, lo cukup sebutin aja kalo gue pulang arahnya ke mana?" Tanya Sindy terburu buru menghentikan langkah Raka
Raka menatap wajah Sindy dengan seksama meski Sindy lansung mengalihkan pandangannya, dan itu semua membuat bibir Raka terangkat kembali,
"Gue akan anterin lo gak u-"
"Gue bisa pulang sendiri, ngapain di anterin, lo cukup tunjukin arahnya" potong Sindy
Raka tampak tersenyum geli
"Mo gue tunjukin juga lo gak bakalan ngerti,,, udahlah jangan so, kalo lo gak sampai nyampe ke rumah gue bisa berabe tau," perkataan itu berhasil membuat pipi Sindy bersemu merah karena malu_____
Di tengah kota yang ramai dengan suara kendaraan, kini di sinari oleh matahari yang walaupun hampir tenggelam,
YOU ARE READING
My Black And My Heart
Teen FictionBatu yang keras saja lama kelamaan akan hancur jika terus menahan beban, Dan Hati manusia terbuat dari segumpal darah, tapi apakah hati bisa hancur seperti batu ketika terus menahan beban?? --My Black And My Heart-- @WateriSA3