3 Pemikiran

12 3 0
                                    

Setelah keluar dari area sekolah Sindy berjalan dengan gontai dan lamban, ia lebih memilih jalan kaki karena ingin menikmati jalanan yg sisi ny di tumbuhi dengan pohon yg rindang, udara yg bersih dan segar karena langit telah menumpahkan air yg deras, shingga langit terlihat bersinar seperti telah terlepas dari jeratan masalah,

Sindy berpikir andai saja dia nasib nya seperti langit yg kini bersinar, tanpa harus memikirkan masalah yg kini menjeratny, kini masalah nya bertambah dengan adanya Yanti dan kawanny, walau dia tak tau apa yg ada di pikiran Yanti selama ini, dan mengancamnya hanya untuk kepintaran?. mungkin mulai besok dia akan merasakan hari yg hitam dan kelam.

Aku harus menghadapinya apapun yg terjadi, batin Sindy mungkin hanya kata kata itu yg selalu memperkuat Sindy dalam menghadapi masalah, oleh sebab itu Sindy selalu mengucapakan nya dalam hati untuk memperkuat ny,

Sindy sampai pada halaman rumahny, ia melihat mobil mewah yg berpangkir tepat di hadapanny,

"Sepertinya ada tamu Mungkin lebih baik nanti malam aku memberikan kertas ini" ucap Sindy sambil melangkah ke belakang rumah

Sindy membuka Pintu yg ada di belakang rumah nya yg langsung menembus dapur,

Sindy berjalan menuju ke kamar ny, Samar samar sindy mendengar percakapan dari arah ruang tamu yg kini dilewatinya, sindy mengintip dari balik pintu yg menghubungkan antara dapur dan ruang tamu,

"Saya ingin kamu memberinya nasehat, apa kamu mau  jika hanya karnanya kamu kehilangan pekerjaan? Tidak kan?" Ucap seseorang yg duduknya tepat di hadapan papah ny. Orang itu lebih tua dari papah nya, dia berjas menandakan bahwa ia orang kantoran dan orang 'berada' Sindy perpikir jika orang itu boss papah nya, karena terlihat dari wajah papah nya yg terlihat merah karena malu,

"Ngapain kamu diam di situ?" Seseorang dari belakang telah mengagetkan Sindy,

Sindy langsung berbalik untuk melihat siapa orang itu, dan ternyata orang itu adalah wanita yg masih tergolong muda dia mamahny Sindy, tepat berada di depan ny,

"Ah,,,euh itu mau ke kamar" jawab Sindy setengah gemetar,

"Cepet ke kamar sana!! jangan di sini terus nanti ketauan papah dan akhirnya di marahi gak mau kan?" Ucap mamahnya sambil berlalu ke arah dapur,

Sindy langsung berlari ke kamar nya tanpa mendengar kembali percakapan papah dan bossnya itu,

Sindy membuka pintu kamar nya dan langsung menjatuhkan badannya pada kasur yg empuk, tanpa mengganti dahulu seragam nya, sindy menatap lekat ke langit langit kamarny matanya tak lepas dari satu titik yaitu lampu, nmun pikirannya berkelana dengan bebas,

Perkataan gurunya yaitu Bu Rani masih mengiang giang di telinganya "ibu khawatir sama kamu--" khawatir,,,, andai perkataan itu keluar dari mulut kedua orang tuanya ia akan sangat bahagia, karena itu tandanya mereka masih memperhatikan nya, tapi  apakah mungkin mereka seperti itu karena mereka percaya bahwa dirinya akan baik baik saja?,

Tapi mengapa di saat ia berbicara mereka tidak memperhatikannya, seolah perkataan nya adalah kebohongan, jika mereka menganggap itu kebohongan berarti mereka tidak mempercayai bukan?,

Sindiy mengelengkan kepalany"Aaah,,,, sudahlah buat apa memikirkan yg belum tentu? Mungkin pikiranku yg sumpek,lebih baik aku mandi untuk menjernihkan otak ku" Ucap sindy menghentikan lamunannya dan beranjak ke kamar mandi yg ada di kamar nya,

"Wuih,,,,, segar nya" Sindy selesai dari mandinya dan menuju cermin yg ada di hadapannya berniat menggosok gigi,

"HAH!!" teriak sindy pelan karena dia tidak ingin papahny mendengarkan, sambil meraba leherny dan menelitinya

My Black And My HeartWhere stories live. Discover now