Last

18.1K 1K 93
                                    

Part 2 : End.

 Nalu dan Louis melangkahkan kaki mereka dengan pelan menuju dua penjaga yang sepertinya zirah mereka cocok untuk dijadikan penyamaran. Mereka berdua saling tatap, berhitung dengan pelan lalu segera memukul keduanya dan membuat keduanya pun pingsan.

"Kau terlalu bersemangat." Ucap Louis sembari melepaskan pakaian milik penjaga itu.

"Aku selalu bersemangat untuknya." Jawab Nalu. "Aku benar-benar mencintainya, tapi dia sepertinya menyukaimu" 

Nalu terkekeh pelan, meskipun matanya sendu. Louis melihatnya. Benar, Nalu mencintainya. Mencintai Anna bahkan mungkin lebih dibandingkan dengan dirinya. Apakah ia masih pantas memperjuangkan Anna?

"Kau memikirkan ucapanku? Itu hanya sekadar ucapan bukan? Kau bebas menentukan pilihanmu." Ucap Nalu. "Sebenarnya, aku lebih percaya bahwa takdir itu ada pada pilihan seseorang sendiri, meskipun tetap tuhan yang menentukan mana yang baik."

"Aku menyayanginya, dia gadis kecilku yang lucu dan begitu menyenangkan. Dan sekarang dia memiliki perasaan padamu, aku tahu itu. Awalnya aku ingin memaksa, terus memperjuangkannya sampai akhirnya aku tahu, dia memang bukan untukku." Lanjut Nalu selesai memakai pakaian untuk menyamar. Louis pun begitu, dia telah siap.

"Kau tahu? Mungkin kau bisa memperjuangkannya sekali lagi." Louis tersenyum. "Dia milikmu kawan, bukan milikku."

Mereka berdua terdiam sejenak, larut pada pikiran masing-masing. Entah mengapa, keduanya mulai ragu untuk terus memperjuangkan gadisnya.

"Mari menyusup keatas."

-

"Anna tahu tidak? Suatu saat nanti Anna akan punya pangeran yang tampan." Ucap Ayahnya. Ayah tirinya. Anna tiba-tiba menangis, melihat bayangan dirinya sendiri saat masih kecil. Detik-detik dimana ayahnya meninggalkannya.

"Apa dia baik ayah?"

"Tentu saja, tetapi Anna harus benar-benar menghargai dirinya, Anna harus tahu mana yang benar-benar mencintai Anna." Jawab ayahnya sembari mengecup puncak kepala Anna yang sedang memakan permen coklat.

"Baiklah, Anna akan mengingatnya."

"Ayah pergi dulu ya." Ucapnya. "Jaga ibumu dan dirimu sendiri, jangan lupa makan, ayah menyayangimu."

"Anna juga sayang ayah, ayah harus bisa mengalahkan kerajaan dert, aku benci mereka." Ucap Anna dengan bersemangat.

"Jangan benci mereka, benci seseorang yang berada di baliknya."

-

Anna terbangun merasakan hangatnya matahari yang menenangkan. Matanya mengerjap melihat cahaya yang sangat menyilaukan. Mengapa ia ada di menara kerajaan Dert?

"Sebentar lagi, mengapa kau tak tidur saja hah?" Ucap Pycan yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Sekarang ia tahu apa maksud ayahnya, bukan kerajaan Dert yang menyebabkan semua masalah. Pycan, kakeknya yang sejak dulu bersembunyi di balik nama Dert.

Anna berdiri, muak melihatnya.

"Jangan bilang kalau kau yang membunuh ibuku?" Tanya Anna mendekat.

"Ah kau tahu ya, aku bingung bagaimana kau bisa tahu tapi tidak usah dipermasalahkan karena sebentar lagi kau juga akan pergi dari dunia ini." Ucap Pycan tersenyum miring.

"Tidakkah kau tahu kau menyebabkan semua kerusakan? Peperangan, tragedi di Academy, ibuku pergi, kau melakukan semua itu? Mengapa?" Anna meneteskan air matanya, tidak percaya kalau orang di depannya adalah kakeknya. Kakek yang seharusnya menyayanginya dan melindunginya.

ACADEMY [END]Where stories live. Discover now