The New Life

17.8K 1.7K 43
                                    

Part 2 : Mom?

Aku melangkahkan kakiku kearah ruang makan, padahal kelasku akan dimulai setengah jam lagi. Namun, aku belum sarapan. Buru-buru aku mengambil beberapa buku dan membawanya, disini ada asrama dan menurutmu jika ada asrama untuk apa membawa tas?

Aku menutup pintu kamarku dan menguncinya. Kupercepat langkahku agar tak kehabisan sarapan pagi. Sekolah ini sungguh menjunjung tinggi kedisiplinan, jadi sebisa mungkin aku tidak pernah menuliskan namaku dalam daftar terlambat. Aku akhirnya sampai di ruang makan, dan kulihat beberapa anak masih memakan makanannya pelan itu tidak masalah selama makanannya sudah ada, sedangkan aku?

Kulihat menu sarapan yang sudah mulai berkurang, tidak memang berkurang. Aku mengambil piring dan memilih makanan sesuai dengan mood ku sekarang. Beberapa wortel kuambil karena aku suka sekali dengan sayuran oranye yang membuat mata selalu sehat.

"Anna!" Teriak Nalu di belakangku membuat beberapa murid menoleh karena dia segera merangkulku. Ini aneh, dia yang notebenenya adalah seorang pangeran tak begitu risih berada di dekatku, tapi jika dengan wanita lain, dinginnya setengah mati.

"Wah, Nalu kembali menghampiri 'gadisnya' kau sudah dewasa ternyata." Ucap lelaki kemarin yang kutahu namanya Alex dari name tag di seragamnya.

"Diamlah Alex, urus-urusanmu sendiri." Dengus Nalu kesal, dan Alex hanya tertawa ringan mengangguk-angguk.

"Iya-iya aku pergi." Ucapnya segera meninggalkan aku dan Nalu disini. Aku segera berjalan kearah meja satu-satunya yang kosong di pojok dekat dinding. Aku duduk, dan Nalu pun duduk di hadapanku.

"Porsi makanmu terlalu sedikit, pantas saja kau kurus dan sayuranmu? Hanya wortel? Pantas saja kau seperti kelinci." Dia menyendok makanannya yang penuh sayuran itu bahkan aku tak tahu sejak kapan dia mengambil sarapan. Dia menyuapiku, tapi hei, siapa yang mau disuapi di depan umum seperti ini.

"Nalu aku bisa makan sendiri, lagipula ini hanya sarapan." Dia tak peduli ucapanku dan tetap bersikeras menyuapi dengan sendok itu yang semakin mendekat kearah mulutku. Sial, semua orang menatapku dan Nalu begitu intens. Dan alhasil, aku menerima suapannya yang penuh dengan sayuran yang sama sekali tidak aku sukai kecuali wortel oranye itu.

-

"Peningkatan elemen, kalian yang berasal dari kasta manapun bisa meningkatkan elemen kalian dengan latihan dan juga pertarungan." Jelas guru berkacamata yang menjelaskannya dengan begitu detail.

Apalah itu, aku tak punya elemen bagaimana mau meningkatkan. Ah, seharusnya aku bertanya saja pada miss Serena itu yang mengundangku ke akademi ini, tapi dia orang yang sangat sibuk tentunya. Dan sekarang, entah aku berhalusinasi atau tidak. Aku melihat ibu di dekat jendela, tersenyum menyeringai kearahku, itu bukan ibu. Namun, rupanya sangat mirip. Antara bimbang dan ragu, aku memutuskan untuk izin keluar dari kelas dan segera berlari mengejar ibu yang saat ini berlari begitu cepat di depanku.

"Ibu!" Kupanggil dia, tapi dirinya tak menengok dan hanya tertawa seram. Yang lebih menakutkan, tawanya benar-benar mirip ibu. Bagaimana mungkin?

Jdukk!!

"Ah hati-hati nona." Ucap seorang lelaki yang benar-benar membuatku malu karena dia memelukku di dada bidangnya. Pada jarak sedekat ini, aku begitu mencium aromanya yang begitu wangi. Segera saja aku membetulkan diri dan melihat siapa dia. Dan mungkin, semua orang jika ada disini akan menertawaiku karena aku menabrak pangeran Oxel, pangeran negeriku yang namanya Louis Oxel. Anna payah, Anna payah. Bagaimana bisa menabrak pangeran negeri sendiri?

"P-pangeran? Maaf aku tidak sengaja, tadi aku sedang--"

"Sudahlah, tak perlu canggung seperti itu, kurasa kau orang negeriku? Bukan begitu?" Ucapannya membuatku refleks mengangguk. Hei dia pangeran, maksudku Nalu juga pangeran tapi tingkahnya tidak berwibawa seperti pangeran. Seandainya dia bisa bersikap seperti pangeran Louis, pasti dia sudah dikerubungi lebih banyak gadis. Hahahah.

"Kau kenapa tersenyum sendiri, nona?" Tanyanya membuatku malu karena bertingkah seperti orang gila.

"Ah tidak, oh ya namaku Anna." Ucapku dan mengajak bersalaman. Eh? Aduh dia kan pangeran kenapa kuajak bersalaman. Dia nampak bingung melihat tangan kananku ini.

"Ah, maaf pangeran seharusnya aku membungkuk." Aku segera membungkukkan badanku dan dia tiba-tiba menyentuh daguku agar aku mendongak.

"Tidak apa, tidak perlu sampai seperti itu."  Dia tersenyum hangat, aku pun langsung berdiri tegak dan membalas senyumannya juga. "Aku baru saja masuk akademi, kau juga 'kan?"

Aku hanya menjawabnya dengan anggukan kecil.

"Kalau begitu, mau jalan-jalan?"

-

"Wah, tak kusangka ini benar benar indah." Ucapku berlari menghampiri birunya air danau yang begitu menghipnotis. Ini benar-benar indah, dengan beberapa bunga di dekat danau yang membuatnya indah dan penuh warna. Aku menceburkan kakiku ke air danau dan ini benar-benar sejuk.

"Pangeran! Kau harus rasakan ini, ah seharusnya aku ajak juga Nalu kesini dia pasti akan seperti cacing kepanasan sama sepertiku." Pangeran tersenyum mendengar ucapanku dan baru kusadari, senyumannya begitu menawan. Dia duduk di sampingku dan menceburkan kakinya juga.

"Benar, ini sangat nyaman, oh ya tadi kau bilang Nalu? Pangeran Wlys?" Tanyanya dan aku mengangguk. Kulihat dia terkejut sejenak lalu menepuk pelan puncak kepalaku. Pangeran Louis menatapku khawatir.

"Jangan dekat-dekat dia ya." Dia langsung mengubah raut wajahnya dan tersenyum hangat.

Eh? Memangnya kenapa?

[]

ACADEMY [END]Where stories live. Discover now