Flashback

9.5K 891 44
                                    

Part 3 : Nalu Anna

Hari ini terik sekali, matahari seolah menampakan bahwa dirinya begitu gagah. Aerald pergi ke Oxel untuk beberapa keperluan juga untuk memberitahu perihal pergantian pemimpin kerajaan. Ini pasti akan sangat ditentang oleh kerajaan lain karena Pycan bukan bagian dari silsilah kerajaannya. Meskipun Pycan sudah menjadi keluarganya. Dert tak mempunyai reputasi yang cukup baik sebenarnya dengan kerajaan-kerajaan lain karena sering lupa membayar pajak jalan jika prajuritnya melewati perbatasan.

"Ah, ada apa kau kemari?" Tanya raja Oxel menggandeng seorang bocah kecil yang tengah memegang pegang kayu di tangan kanannya. Mukanya memerah, mungkin karena terkena sinar matahari.

"Aku ada keperluan, kuharap kau mau membantuku." Ucap Aerald melirik bocah kecil bernama Louis yang sekarang tengah menatapnya kebingungan. Dia tersenyum "Hai, nama paman Aerald, siapa namamu?" Ucapnya sembari mensejajarkan tingginya dengan Louis kecil.

"Louis paman." Jawabnya tersenyum kecil malu-malu.

"Aku mempunyai anak kecil seumuranmu, namanya Nalu, dia sering kesini bermain dengan seorang anak perempuan kecil bernama Anna, apa kau bisa bermain bersamanya agar Nalu tak lagi mengingat gadis itu?" 

"Dimana Nalu?" Tanyanya pelan, khas seperti anak kecil.

"Di luar, kau ingin menemuinya?" Tanya Aerald dan Louis hanya mengangguk pelan. Lalu segera melepaskan genggaman tangan ayahnya dan berlari keluar.

"Louis hati-hati!" Teriak ayahnya dan membuat Louis mengacungkan jempolnya.

"Baik ayah"

-

"Hai" Louis melambaikan tangannya pelan kearah Nalu yang tengah duduk di dekat kolam ikan.

"Apa maumu?" Tanya Nalu kecil yang nampaknya sama sekali tak bersemangat menjawab sapaan dari Louis. Dirinya mengerucutkan bibir mungilnya yang lucu. Ditatapnya Nalu yang masih memandangi air kolam dengan ikan-ikan koi. Louis duduk di sampingnya dan mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Apa?" Tanya Nalu sembari menatap tangan kecil milik Louis. Louis mengerti, wajah Nalu nampak sedih dan matanya pun sayu seperti tak memiliki semangat.

"Berkenalan, namaku Louis Oxel."

"Sudah tahu." Ucap Nalu singkat masih memperhatikan air itu. Dirinya masih kecewa, melihat dimana ibunya tewas karena terkena anak panah ayahnya. Apa Nalu harus berpura-pura tak tahu? Apa dia harus berpura-pura tak melihat dan bersikap baik?

"Oh begitu? Kata ayahmu kau sering kesini untuk menemui seseorang bernama Anna, benar tidak?" Tanya Louis dengan lucu, matanya yang indah dan ceria benar-benar menghidupkan suasana.

"Jangan sebut namanya,"

"Tapi ayahmu ingin menjauhkanmu darinya." Ucapan Louis seketika membuatnya terdiam. Ayahnya tak pernah melarangnya, setahunya.

"Ayah Nalu tak akan bersikap seperti itu, kau pasti salah dengar Louis."

"Tidak, dia men-" Ucapan Louis terpotong saat Nalu berdiri dan pergi meninggalkannya. Pasalnya, dia tahu ayahnya bisa berbuat apapun yang dia suka.

-

"Anna!" Nalu memanggil Anna yang tengah terduduk di bawah pohon yang rindang sembari menikmati hembusan angin.

"Ada apa Nalu?" Tanyanya suara khas seorang anak-anak. Dia duduk, menceritakan semua tentang ayahnya dan perihal kematian ibunya kepada Anna.

"Ayah Nalu jahat ya?"

"Makanya jangan pergi ya, Anna harus selalu menunggu Nalu disini, Kalau Nalu nanti jadi raja, Anna yang akan jadi ratunya." Nalu tampak tersenyum, diusianya yang sekecil ini, dia nampak terlihat dewasa meski suaranya masih terlihat lucu.

Anna tersenyum. "Anna bukan putri dari kerajaan manapun Nalu." ucapnya dengan permen yang kembali dimakannya.

"Tapi Nalu suka Anna." Nalu berdiri dan memeluk Anna dengan hangat.

"Tapi, ayah Nalu kan jahat." Ucapan Anna itu membuat Nalu menunduk.

"Nalu nanti yang jadi Raja, Anna jangan khawatir." Nalu tersenyum dan hanya dijawab dengan anggukan oleh Anna dengan lucu dan gemasnya.

Dirinya tahu, Anna akan selalu menunggu disini. Nalu pun akan mengunjungi tempat ini saat ada kesempatan.

[]

ACADEMY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang