Dert

9.3K 840 19
                                    

Part 2 : In dert

Anna mengerjapkan matanya, remang-remang cahaya mulai terlihat. Dia bangun, melihat sekeliling yang memang sudah berbeda. Memegang kepalanya yang sedikit pusing, Anna tahu ia telah dijebak. Tak menyangka bahwa Velda dan Belisa adalah Alexa dan Calista.

Tangannya dan kakinya di rantai memanjang, dia masih bisa bergerak sedikit leluasa. Anna menunduk, mengapa takdirnya selalu begini? Apa ia memang tak bisa bahagia?

Masih terngiang dipikirannya tentang semuanya. Mengapa ia bisa berada disini dan karena siapa dia masih mengingatnya.

-

Seperti biasa, Velda selalu membawakannya secangkir kopi di sore hari yang indah. Anna tersenyum, Velda dan Belisa memang teman yang baik.

"Hari ini aku membawakan kopi yang baru, kau pasti suka rasanya." Ucap Velda.

"Benarkah? Rasa kopi buatanmu memang selalu enak 'kan?" Jawab Anna menyesap cangkir kopinya merasakan sedikit rasa pahit namun nikmat. Velda tersenyum saat Anna menatapnya. Satu menit lagi, misinya terselesaikan. Anna yang bodoh dan malang. Untuk apa ia hidup kalau ceritanya begini?

Anna tiba-tiba merasakan pusing bersamaan dengan Belisa yang masuk ke kamar. Keduanya tersenyum, penuh arti. Mata Anna semakin berkunang-kunang, tapi sebelum gelap dia masih bisa mendengarkan sedikit percakapan keduanya.

"Sudah kau urus semua?"

"Tentu, mereka benar-benar berpikir bahwa aku Belisa anak dari Raja Karl, bukankah itu menyenangkan?"

"Dasar, sekali Calista tetap Calista yang bodoh."

Dan Anna mengetahui siapa sebenarnya mereka berdua. Menyesal ia.

-

"Kau sudah bangun rupanya." Seorang pria tua dengan jubah panjangnya tersenyum licik menatap Anna dari balik penjara. Anna memang tidak pernah melihatnya, namun ia yakin pria itu adalah ayah dari ibunya. Dia pernah bermimpi, ingat?

"Sepertinya kau sudah tahu siapa aku ya?" Dia mendekat, Anna menatapnya sinis. Tak menyangka akan bertemu ia saat ini.

Pycan tersenyum. "Kau tahu untuk apa aku membawamu kesini? Merantaimu dan memenjarakanmu?" Tanyanya yang tak dibalas oleh Anna. Dia mengusap dagunya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Pycan memang sudah tua, tapi ia masih terlihat kuat.

"Cucuku tersayang, kekuatanmu itu jauh lebih besar dibandingkan orang lain, elemenmu jauh lebih banyak dari orang biasa dan aku menginginkan kekuatanmu."

"Jangan berbohong, aku tahu diriku lemah, keluarkan aku dari sini."

Pycan tertawa tipis. "Sungguh tak sopan, baru datang sudah mau pergi? Padahal aku baru mau memberitahukan rencanaku untuk menguasai dunia."

Seseorang datang, berhenti di belakang Pycan dengan wajah datarnya. Anna terkejut melihatnya, dia seseorang yang Anna kenal. Sangat Anna kenal. Dan ia berada disini sekarang.

"Aku sudah menyiapkan semuanya, tinggal menunggu bulan purnama yang akan datang 3 hari lagi." Ucap pemuda itu menundukkan kepalanya kepada Pycan.

"Nalu?" Anna memanggilnya, membuatnya menoleh kepada Anna yang menatapnya. Seolah tak mengenalnya, Nalu pergi dari hadapannya sebelum pamit dari Pycan.

"Terkejut? Nalu tak berpihak padamu lagi, sekarang tak ada siapapun di sisimu." Ucap Pycan membuatnya merasa hampa. Dia memang sudah tak memiliki siapapun. Dirinya memang sendirian.

-

"Louis! Kubilang duduk!" Louis berhenti, berbalik melihat ayahnya yang amarahnya sudah naik ke ubun-ubun. Nampak seorang gadis mengenakan gaun putihnya yang panjang menatap sendu kearah Louis.

"Apa lagi ayah?! Aku sudah menuruti semua kemauanmu, aku sudah bertunangan dengannya, dan sekarang aku hanya ingin bertemu dengan Anna, hanya itu." Louis pun tak bisa membendung amarahnya. Dia sudah merelakan semuanya. Dan kini ia hanya ingin bertemu dengan Anna dan menjelaskan semuanya.

"Louis, duduklah dahulu." Putri Ariana memegang bahunya, Louis tak menyukai gadis ini sebenarnya. Dia menghembuskan napasnya pelan. "Jangan sentuh aku."

Ariana merasa kecewa, mengapa ia harus menerima perlakuan seperti ini dari Louis? Ariana sangat mencintainya, mengagumi dan menyukainya. Saat tahu Ariana akan dijodohkan dengan Louis, betapa senangnya ia. Namun, sekarang ia tahu, Louis tak pernah mencintainya. Louis memiliki seseorang tersendiri di dalam hatinya.

"Ayah sudah mendidikmu sejak kecil untuk menjadi penurut, duduk atau aku tidak akan memberimu tahta." Ucap ayahnya mengancam. Dia pikir Louis akan takut jika dia tak akan menjadi raja? Sama sekali tidak.

"Aku tak peduli dengan tahta." Ucap Louis lantang.

"Louis! Hentikan sikapmu atau aku akan membuat hidup gadis itu hancur berantakan! Kau tahu, dia hilang dan kalaupun ditemukan aku tak akan menerimanya di wilayah kerajaanku!" Teriak ayahnya lantang, membuatnya menyesal sendiri mengatakan bahwa Anna telah hilang.

Louis mengeryitkan dahinya "Anna hilang? Sialan, kenapa tak ada satupun yang memberitahukannya kepadaku?!"

Dia segera berlari, meninggalkan ayahnya yang sudah berteriak memanggil namanya. Louis tak peduli, dia hanya khawatir dengan gadis kecilnya. Anna yang ia cintai, dia berharap tak terjadi apa-apa padanya.

Louis berjanji, dia akan menemukannya. Dia akan menemukan Anna. Ya tuhan, lindungilah ia.

[]

ACADEMY [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora