The New Life

18.2K 1.7K 35
                                    

Part 1 : Academy!

Nalu terus menerangkan tentang beberapa tempat di akademi dengan begitu jelas. Wajahnya yang terlihat berkeringat malah membuatnya semakin tampan, sial. Dia tersenyum kearahku yang sengaja berbaris di barisan kedua agar tak terlalu dekat dengannya. Semua wanita histeris berteriak saat melihat Nalu tersenyum, tebar pesona dasar.

"Ah pengenalannya sampai disini saja, tolong abdikan semua kekuatan kalian untuk kepentingan sekolah, terima kasih dan kalian silahkan kembali ke kamar untuk beristirahat."

Aku buru-buru pergi dari sini, bahkan kakiku tengah berlari sekarang, tapi aku lupa kalau ia punya kekuatan teleportasi yang akhir-akhir ini sudah 'membaik'. Tak sadar, dia menarik lenganku dan membuatku berhenti.

"Mau kemana, Anna?" Tanyanya membuatku bergidik, aku menoleh mencoba memasang tatapan datarku seperti biasanya lagipula memang tadi ia menyuruh semuanya ke kamar untuk beristirahat kan?

"Mau ke kamar, memangnya kemana lagi?" Ucapku dan dia mendengus kesal sepertinya. "Kau harus ikut aku, kita latihan."

"Latihan apa?"

"Elemen."

"Aku tidak punya elemen."

"Bohong, semua orang punya." Nalu menyanggahnya membuatku kesal sendiri. Lagipula apa urusannya, aku memang benar-benar tidak punya elemen kok.

"Itu kenyataannya."

Aku berbalik dan kembali berjalan ke kamarku. Ternyata, Nalu pun tidak mempercayainya. Aku memang tidak punya elemen, lemah dan tidak bisa bertarung, lalu kenapa semuanya seolah telah merancangku untuk masuk ke Akademi ini? Ke sekolah dimana sebagian besar, tidak maksudku, hampir semuanya adalah kasta bangsawan dan kerajaaan? Tunggu, jika aku berada di tempat dimana semua bangsawan dan anggota kerajaan belajar, itu artinya aku bisa bertemu calon raja kerajaan Dert, alias anak raja dari kerajaan yang telah membunuh kedua orang tuaku.

Jdukk! Aduh kepalaku, kenapa aku berjalan tidak lihat-lihat sih sampai menabrak pintu segala. Mungkin aku terlalu memikirkan tentang dendamku ini, tapi memang itu tujuanku sekarang. Aku mendongakan kepalaku, melihat pintu ruangan apa ini sebenarnya. 'Perpustakaan' mungkin aku bisa mencari tahu sesuatu tentang kenapa aku tidak memiliki elemen dan tentang kerajaan dert.

"Hai Anna, mau membaca buku ya." oh ya ampun, Nalu sudah muncul saja di hadapanku. Aku hanya mengangguk dan masuk ke dalam lalu segera mencari buku. Dan kurasa, Nalu suka buku. Buktinya, ia--dengan senyuman mengembangnya-- berjalan duluan dan sudah mengambil tiga buku untuk dipinjam. Apa? Bukunya hal yang berkaitan tentang elemen? Itukan yang mau aku cari.

"Nalu, boleh aku yang meminjam buku itu, aku ingin mengetahui kenapa aku tidak punya elemen." Ucapku dan Nalu mengangguk pelan lalu menarik tanganku agar duduk di bangku untuk membaca bersamanya dan juga duduk di sampingnya.

Kami mulai membacanya dengan teliti, sepertinya Nalu juga penasaran.

Elemen berasal dari penelitian beberapa tahun lalu atas dasar ketidaksengajaan. Penerapan elemen dilakukan melalui kekuatan yang dimiliki seseorang. Mereka menyebar semua elemen. Awalnya para peneliti menyetujui untuk menyebar kekuatan elemen berdasarkan kecerdasan yang dimiliki seseorang, tapi para dewan menolak dan meminta untuk menyebarkan elemen berdasarkan kasta yang dibuat, semakin tinggi kasta, semakin kuat elemen yang dimiliki.

Beberapa peneliti kewalahan, akhirnya mereka menciptakan alat yang dengan sendirinya menyebar elemen kepada setiap manusia meskipun itu baru lahir sekalipun. Mereka biasanya memiliki tanda sesuai elemen mereka di telapak tangan mereka.

"Lalu, dimana penjelasan tentang orang yang tidak memiliki elemen?!" Aku geram, jika bacaan seperti ini aku sudah tahu dari dulu. Nalu tersenyum hangat, tak seperti meledek.

"Mungkin elemenmu hanya belum nampak saja Anna." Ucapnya menenangkan, apa benar hanya karena elemenku belum nampak?

-

"Nalu? Kau tahu tentang Kerajaan Dert? Maksudku seperti apa rajanya?" Tanyaku saat berjalan di lorong asrama bersama Nalu. Dia mengantarku ke kamar, katanya untuk menjagaku padahal jaraknya tak terlalu jauh jika dari perpustakaan.

"Raja Dert itu masih muda, mungkin seumuran kita, dan kudengar dia bersekolah di akademi untuk melatih elemennya." Jelasnya dan aku hanya mengangguk tanda aku mengerti. Raja dert bersekolah? Kudengar raja itu sudah hebat dan mereka sudah menamatkan beberapa pendidikan lebih dari orang biasa.

"Kenapa dia bersekolah?" tanyaku dan Nalu menghela napasnya pelan, mungkin ia bosan karena sedari tadi aku terus bertanya.

"Dia itu masih muda, jadi separuh waktunya untuk belajar dan separuhnya untuk memimpin kerajaan, karena kedua orang tuanya telah meninggal."

Begitu ya? Jadi Raja Dert juga kehilangan orang tuanya?

"Dan yang kudengar, kedua orang tuanya  tewas  dalam peperangan oleh kerajaan Oxel." Jelas Nalu membuatku terkejut.

[]

ACADEMY [END]Where stories live. Discover now