Setelah selesai dengan urusan toilet. Aku lihat dia sedang duduk sambil menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Dia menoleh dan menepuk tempat kosong disampingnya.

"Sini." katanya. Aku duduk di samping kirinya dan menarik selimut hingga batas perut. Dia mulai menjalankan filmnya.

Awal film, aku biasa saja. Aku hanya menutup mataku jika tiba-tiba ada yang mengejutkan. Aku benci film horor yang sering ada jump-scare-nya.

Dia terlihat biasa saja. Matanya tak pernah ku dapati sedang tertutup. Meski itu adegan yang menyeramkan. Menurutku.

Tak lama kemudian, film yang ada di depan kami menayangkan hal yang makin menyeramkan. Aku sudah tidak bisa menahan rasa takutku. Hingga...

"ANJIR!!" teriakanku menggelegar dan disusul kedua tanganku menutup mataku. Masa bodoh jika saat ini dia menatapku dengan tatapan yang entah seperti apa.

"BUNDA!! SETANNYA KAYAK JEJE! ANJIR!" aku langsung memeluknya yang duduk di samping kananku. Wajahku, ku sembunyikan di ceruk lehernya. Biarkan saja dia marah, setidaknya aku terlepas dari film bodoh itu.

*****

Author Pov

Kinal masih saja menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Veranda. Tangannya dia lingkarkan pada pinggang ramping Veranda. Sedangkan si empunya, hanya bisa diam. Awalnya dia terkejut dengan apa yang Kinal lakukan, tapi dia berusaha biasa saja.

Veranda baru tahu kalau seorang Kinal penakut dengan film horor. Dia mencoba mengelus tangan Kinal yang semakin erat memeluknya.

Hingga beberapa saat kemudian, Veranda memutuskan mematikan filmnya. Dia merasa kasihan dengan Kinal yang ketakutan dan di tambah, dia merasa ada air mengalir di lehernya. Dia rasa Kinal menangis.

"Nal, udah aku matiin. Nggak usah takut. Katanya nggak takut, tapi tetep nonton. Udah ih." Kinal mencoba melepaskan pelukannya dan melirik ke arah TV. Sudah tidak ada apa-apa disana. Hanya warna hitam yang mendominasi layar berbentuk persegi itu.

"Maaf." lirihnya menghapus air matanya sendiri. Veranda tersenyum melihat Kinal yang sedang mengusap air matanya.

"Badan aja gede, sama yang beginian takut. Hahahahahaa." ucap Veranda tertawa sambil membantu Kinal mengusap air matanya.

"Lagian, itu film serem, Kak Ve. Dapet darimana dah itu film." gerutu Kinal memposisikan tubuhnya untuk tidur di samping Veranda.

Veranda terkikik geli mendengar ucapan Kinal. "Kamu tuh, filmnya nggak serem. Kamunya aja yang penakut. Gitu kenapa nggak bilang aja ke aku, kalo kamu takut sama hal-hal horor?" tanya Veranda menumpu kepalanya dengan tangan kirinya. Matanya menatap Kinal dengan senyum menghiasi wajahnya.

"Ya malu, Kak. Masa belum apa-apa, udah bilang takut." ucap Kinal malu-malu.

Veranda tertawa kecil dan menggeleng. "Emangnya aku bakal ketawa kenceng-kenceng gitu, kalo kamu ketakutan? atau aku bakal ngebully kamu karena kamu takut sama hal-hal horor? enggak kan, jadi harusnya kamu bilang. Biar kita nonton yang lainnya." ujar Veranda masih tersenyum menatap wajah manis Kinal.

"Ya... pokoknya malu lah. Udah ah, aku mau tidur. Kak Ve juga tidur gih." kata Kinal membalik tubuhnya, hingga membelakangi Veranda. Dia merasa jantungnya akan copot jika terus bertatap muka dengan Veranda.

Padahal tadi siang dia yang giniin aku. Sekarang malah dia yang malu-malu. Ucap Veranda dalam hati. Dia memutuskan untuk merebahkan kepalanya pada bantal di samping bantal Kinal. Sebelum dia menutup matanya, dia menoleh pada Kinal dam tersenyum.

Semua Karena Cinta(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang