26. Calon Adik Ipar

30.6K 2.7K 85
                                    

"The best kind of pillow is the one with heartbeat" Anonymous

Jika Dewa bisa menghentikan waktu, dengan senang hati dia pasti akan menghentikan waktu dimana Nala tertidur tepat di sampingnya, dengan sisi wajah berbantal bahunya, dengan suara nafas yang lembut, persis seperti sekarang.

Mana bisa Dewa tidur dengan posisi begini? Yang ada justru keberadaan Nala sangat membuat jantungnya berpacu cepat hingga Dewa khawatir jantungnya bisa meledak kapan saja.

Untuk kesekian kalinya, Dewa menghirup nafas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan, berharap dirinya segera pulih dari kebekuan yang membuat tubuhnya jadi papan.

Benar-benar, ini menyiksanya. Dengan cara yang menyenangkan.

Dewa mengangkat lengan bawah yang tidak tertindih tubuh gadis itu, membelai belakang kepala Nala dengan lembut. Sesekali berhenti hanya untuk meredakan gemetar yang mendadak menguasai jemari-jemarinya.

Astaga. Dirinya seperti remaja tujuh belas tahun yang baru saja jatuh cinta. Ini menggelikan. Yang benar saja! Dia bahkan pernah mencium gadis di sampingnya! Tapi nyatanya, ini adalah momen di mana Dewa merasa sangat dekat dengan Nala setelah bertahun-tahun berlalu. Hal itu membuatnya canggung seperti momen sesaat setelah ciuman pertama mereka yang masih sangat melekat di ingatan Dewa.

Dewa menempelkan pipinya di kepala Nala, berusaha membiasakan diri dengan aroma dan keberadaan gadis itu hingga Dewa bisa merasakan degup mereka yang bersahutan. Masih miliknya, Dewa memejamkan mata. Sungguh, degup jantungnya masih milik gadis bernama Nala.

Dewa tidak akan pernah membiarkan status pertunangannya dengan Raya menghalangi hubungannya dengan Nala. Dia tidak akan membiarkan waktunya tersita hanya gara-gara kondisinya sekarang.

Lagipula, dia memang sudah gila sejak dulu. Lalu apa bedanya dengan sekarang ketika dirinya kini mempunyai kebiasaan mengamati Nala dari kejauhan ketika gadis itu menunggui Raka? Atau mengikuti Nala berangkat ke hotel sebelum berangkat ke rumah sakit? Bahkan jika jadwalnya kosong, Dewa akan mengikuti Nala ke butiknya, menunggu Nala dan mengikutinya lagi ketika gadis itu pulang dari sana. Semuanya hanya untuk mengkompensasi waktu bersama Nala yang tersita karena Raya.

Toh ini tidak sebanding dengan kegilaannya yang lain.

" Lo...eh, beneran stalking? Astaga! Psikopat!!"

Suara Nala bertahun-tahun silam mendadak mencuat. Laki-laki itu tertawa tanpa suara. Sepertinya benar, julukan yang cocok untuknya saat ini adalah stalker psikopat.

Dia harus bersyukur pada jiwa gilanya, karena kalau tidak, dia tidak akan bisa menyelamatkan Nala tepat waktu.

Mata Dewa membuka ketika kejadian beberapa waktu lalu kembali berputar di matanya. Ketika kegiatan stalking-nya diganggu dengan kehadiran truk hilang kendali dari arah berlawanan. Dan dia bersyukur pernah menghancurkan mobil Leon ketika masih SMP untuk balapan liar. Memori buruk, tapi sepertinya dia harus bersyukur.

Mungkin, jiwa iblis tidak pernah benar-benar lenyap dari nadinya.

Dewa menggesekkan pipinya dengan sayang di puncak kepala Nala, menikmati kelembutannya. Apapun yang dia rasakan sekarang, tidak sebanding dengan kelegaan kala melihat gadis itu baik-baik saja.

Nala menghela nafas panjang dalam tidurnya, membuat belaian Dewa di belakang kepalanya terhenti. Laki-laki itu mengamati Nala sejenak. Sebuah pikiran untuk menukar posisi mereka melintas di benaknya ketika melihat gadis itu bergidik pelan dalam tidurnya.

Hmm...sepertinya ide bagus. Dia yakin bisa melakukan itu dengan satu tangan.

Tapi sebelum Dewa bisa merealisasikan rencananya, pintu keburu dibuka oleh Fabian.

ENTWINED [COMPLETED]Where stories live. Discover now