1. The Doctor

75.2K 4.4K 176
                                    

" It's broken inside"

" Hmm, iya nanti aku belikan. Iya, rasa Vanilla. Sudah, masih ada pasien ini. Iya, iya, oke..."

Laki-laki itu mengamati ponselnya sejenak sebelum langkah kakinya berhenti di meja lobi. Ia memasukkan ponselnya ke saku jas dan mengangkat kepala pada perawat-perawat yang sedang berkumpul.

" Kenapa?" Tanyanya saat menyadari bahwa para perawat yang berjumlah lima orang itu memandang dirinya dalam diam.

" Ah...tidaaaakk..." Seru mereka serempak dan memalingkan wajah secara bersamaan. Laki-laki itu memilih mengabaikannya.

" Ri, masih ada pasien setelah makan siang nanti?" Tanyanya membenahi kacamata frameless yang bertengger manis di hidung mancungnya.

Riana, sang perawat yang merasa terpanggil langsung tersadar.

" Ah iya!" Serunya mengambil sebuah daftar. " Masih ada sekitar sembilan pasien lagi. Lalu jam tiga nanti Dokter Jeha meminta bantuan anda di kamar operasi."

Para perawat itu menyaksikan dengan putus asa bagaimana dokter muda itu mendengarkan penjelasan Riana dengan serius sambil sesekali mengangguk-anggukkan kepala.

" Memangnya Adnan kemana?" Tanya laki-laki itu menanyakan seseorang yang seharusnya lebih berhak mengambil tanggungjawab itu.

Riana mengerjap ketika mendadak dokter di hadapannya mengangkat kepala untuk menatap dirinya. Cepat-cepat, ia menunduk berpura-pura membaca daftar. " Dokter Adnan juga ada jadwal operasi di jam yang sama."

Dokter muda itu menghela nafas, kemudian memasukkan buku saku di kantung kemeja biru yang berada di balik jas dokternya. Siapa yang akan percaya penjelasan Riana tadi? Jeha jelas-jelas tidak akan membiarkan satu kesempatan untuk memintanya menjadi asisten di ruang operasi. Seakan tugasnya kurang banyak saja! Belum lagi para koas-koas itu.

" Ya sudah, makasih ya." Katanya memberikan senyum singkat sebelum menjauh dari meja lobi. Jas putihnya berkelebat saat ia melangkah di antara kerumunan pengunjung maupun pegawai di rumah sakit itu.

Serentak, para gadis malang itu menempelkan tangan ke dadanya.

" Dia senyum. Dokter Dewa senyum! Tuhan, terima kasih untuk nikmat hari ini..." Desah salah satu perawat penuh syukur.

" Enak ya, Ri. Tiap hari bisa ketemu sama dokter Dewa." Celetuk salah satu perawat menyadarkan Riana yang masih bergeming memandangi sosok yang hilang timbul itu. Riana mendesah putus asa.

" Enaknya dimana? Makan ati sih iya. Dekat tapi tidak tergapai! Pernah ngerasain kayak gitu?" Gerutunya sebal sembari menghadap database yang tadi ditinggalkannya karena kedatangan sang dokter. Perawat yang lain terkikik mendengar gerutuan Riana.

" Too good to be true." Celetuk Eka, salah satu perawat yang berdiri di sudut. " Padahal udah lama kerja disini, tetep nggak bisa biasa kalau di depan dokter Dewa."

" Hmm..mm.." Sahut yang lain mengangguk setuju. Mereka memaksakan diri menghadapi kenyataan dengan tugas-tugas yang sempat terasa tidak penting saat sosok tadi menginterupsi mereka dengan begitu mempesona.

" Udah ganteng, pinter, tanggung jawab, kalem, nggak banyak omong...pokoknya tipe suami ideal banget." Vera ikut menambahkan bara.

" Iya. Tatapannya itu lho Ver, bikin lumer udah kakiku." Kata Eka.

" Kepribadiannya yang jarang bicara itu yang bikin deg-degan, Ka. Keren banget aduh!!" Paula berdecak merana.

" Sayang udah ada yang punya." Imbuh Vera merana. " Ahhh! Hidup memang nggak adil!"

ENTWINED [COMPLETED]Where stories live. Discover now