14

12.4K 1.4K 2.2K
                                    

Long chap, >7,5K words

Derap langkah tergesa memenuhi lorong menuju klinik sekolah SMA Hannam. Ialah Oh Sehun yang sehabis menjalani ujian di kampusnya langsung meluncur ke sekolah Nara demi memenuhi panggilan dari sang kepala sekolah. Gurat khawatir tercetak jelas di wajah rupawan lelaki itu. Kuriositas memenuhi rongga dadanya. Bukan tanpa alasan, sebab bukan nama Kim Nara yang tercetus dari lisan Kepsek Han, melainkan nama Yoon Sora—istrinya.

Entah sedang apa Sora di sekolah Nara. Yang jelas Sehun begitu terkejut setelah mengetahui bahwa wanitanya jatuh pingsan di sana. Lamat-lamat decakan kesal ia loloskan pada diri sendiri. Sudah tahu penasaran, tapi ia justru tidak bertanya secara detail pada wanita paruh baya yang menghubunginya dan lebih memilih mengikuti ego untuk segera menengok keadaan Sora.

Sesampainya di klinik yang dituju, Sehun langsung membuka pintunya dan masuk ke sana. Dua orang wanita dan seorang pria yang Sehun yakini sebagai guru-guru sekolah tempatnya berada kini menyambut kedatangannya. Sehun mengangguk sopan pada mereka dan langsung menuai balasan serupa.

Tanpa basa-basi, Sehun pun langsung merajut langkah menuju tubuh lemah Sora yang tak sadarkan diri di atas tempat tidur. Perlahan, tangan kanan Sehun mengusap puncak kepala Sora dengan penuh kasih sayang. Tatapannya menyiratkan kekhawatiran mendalam atas apa yang dialami oleh wanita tercintanya.

"Ada apa dengannya? Kenapa dia bisa pingsan?" Sehun bertanya pada ketiga orang dewasa yang sedang berada di ruangan yang sama dengannya. Netra Sehun mengabsen raut tegang mereka satu-persatu.

Kepsek Han berdeham sebentar sebelum menjawab, "Jadi begini—"

"Sehun? Kaukah itu?"

Suara lirih milik Sora mengalun tiba-tiba dan langsung menghentikan pergerakan bibir Kepsek Han. Membuat wanita yang lahir di Busan itu urung menyampaikan susunan kalimat yang telah tersimpan dengan sangat apik di ujung lidah.

Sehun pun segera menoleh ke arah Sora. Menjadikan wanita itu sebagai objek atensinya kembali. "Sora, kau sudah bangun?" Tangan Sehun terulur kembali untuk menyapa puncak kepala sang istri.

Alih-alih anggukan kepala yang Sehun dapat sebagai jawaban, Sora justru berkaca-kaca sambil menatap sendu padanya. Tak hanya itu, sedetik kemudian Sora langsung beringsut memeluk Sehun dan menangis keras di dadanya. Membuat kepanikan melanda sang suami yang langsung mengusap punggungnya guna menenangkan.

"Astaga, Sora! Ada apa denganmu, hm? Sst, jangan menangis—"

"Nara, Hun ... Nara ...." Sora berujar sambil meremas kemeja bagian dada yang membalut tubuh atletis milik sang suami. Wajahnya sudah terangkat dari dada Sehun dan kini sedang menatap lelaki itu dengan sorot penuh luka.

Deg!

Seketika itu juga tubuh Sehun menegang setelah mendengar nama Nara disebut. Entah kenapa firasatnya menjadi buruk. Sehun sudah menduga bahwa kehadiran Sora di sekolah Nara memang untuk gadis itu. Tidak mungkin karena kehendak sendiri apalagi jika tanpa alasan pasti. Namun perihal apa yang mendasari kedatangannya Sehun tak dapat menebak sama sekali.

Apa sesuatu yang buruk menimpa Nara? Tapi apa pedulinya? Kenapa kecemasannya berbalik arah pada gadis yang begitu ia benci setengah mati?

"Nara ... ha-hamil." Isakan Sora mengeras tatkala mengucapkan kalimat itu. Kepalanya tertunduk dan kembali ia sandarkan pada dada suami tercinta.

Tanpa Sora sadari, tubuh Sehun menjadi semakin kaku. Bahkan suhu tubuhnya mendingin seakan darah tak lagi mengaliri setiap pembuluh nadinya. Matanya membulat tak percaya. Sehun syok. Benar-benar syok hingga rasanya seperti malaikat maut sudah mencabut nyawa dari raganya.

C R U E L [EXO] (Publish Juga Di Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang