09

10.5K 1.3K 1.2K
                                    


Sejak kecil Kim Nara selalu bermimpi akan pergi berlibur ke Jepang bersama ayah dan ibunya. Gadis itu sangat menyukai Jepang—khususnya Tokyo— karena ada Disneyland di sana. Menurut Nara, Jepang itu indah dari segala aspek. Gadis itu menyukai segala hal berbau Jepang seperti bahasa, kebudayaan, dan makanannya. Namun, semenjak ayahnya tiada seketika itu juga impian Nara untuk pergi ke Negeri Sakura bersama dengan keluarga kecilnya sirna. Walaupun begitu, Nara tidak lantas mengubur dalam-dalam keinginannya untuk pergi ke sana kendati hanya bersama dengan ibunda tercinta.

Nara acap kali merengek pada sang ibunda agar di ajak pergi ke negara impiannya. Dalam beberapa tahun ini Sora memang sering sekali berkunjung ke Tokyo untuk mengurus bisnisnya di sana. Sayang, Nara sama sekali tidak pernah di ajak karena faktanya Sora pergi bukan untuk sekedar berlibur. Namun Nara tak perlu merasa khawatir sebab Sora selalu membawakannya bermacam-macam oleh-oleh khas Negeri Matahari Terbit itu. Bahkan Sora berjanji kalau mereka pasti akan mengunjungi negara itu jika Sora sedang punya waktu luang.

Kali ini, impian Nara untuk mengunjungi Jepang pun akhirnya tercapai. Kaki rampingnya sudah menapaki Bandara Narita bersama Sehun. Bukannya merasa gembira, gadis itu tampak bersimbah air mata alih-alih tersenyum lebar. Hal itu bukan tanpa alasan mengingat kepergiannya ke Tokyo untuk pertama kali bukan untuk berlibur, melainkan untuk mengunjungi rumah sakit di mana Sora di rawat atas kecelakaan yang menimpa dirinya.

Rupanya kedatangan Sehun dan Nara sudah dinantikan oleh Sekretaris Jang yang mendampingi Sora selama lawatannya ke Tokyo. Sekretaris Jang tidak turut menjadi korban dalam kecelakaan yang dialami atasannya karena saat itu mereka berada di dalam mobil yang berbeda. Pria itu pula yang semalam mengabari Nara perihal kondisi Sora.

Saat ini Nara dan Sehun sudah duduk di jok belakang Mercedes Benz yang disopiri oleh Sekretaris Jang menuju rumah sakit. Isakan Nara belum juga usai sejak turun dari pesawat tadi. Bahkan sejak pesawat yang mereka tumpangi mulai lepas landas dari Bandara Incheon beberapa jam yang lalu, pipi Nara sudah mulai basah oleh sungai air mata. Membuat Sehun hanya mampu terdiam melihatnya.

Sehun bingung harus bersikap bagaimana. Tak hanya Nara, ia juga merasakan kekhawatiran yang sama dengan yang gadis itu rasakan. Pemuda itu tak sanggup membayangkan kondisi Sora saat ini. Membayangkan rasa sakit yang sedang Sora alami sekarang saja sudah mampu membuat hatinya terasa nyeri.

Bagaimana bisa Sehun menenangkan Nara kala hatinya sendiri merasa tak tenang?

Kuda besi yang mereka tumpangi berhenti di depan lobi rumah sakit yang digadang-gadang menjadi tempat Sora menjalani perawatan. Nara dan Sehun segera keluar dari mobil lalu dengan setengah berlari mereka mulai menerjang masuk ke gedung rumah sakit. Sebelum keluar dari mobil tadi, mereka sudah lebih dulu diberi petunjuk soal ruangan tempat Sora dirawat. Jadi tak heran kalau mereka bisa langsung berlari masuk tanpa harus bertanya pada perawat atau bagian resepsionis terlebih dulu.

Setelah sekian waktu berlalu, Nara dan Sehun pun sampai di depan ruangan yang dituju. Sambil meredakan detak jantung yang menggila serta deru napas yang tidak beraturan, tangan ramping Nara perlahan menjangkau kenop pintu, memutarnya kemudian mendorongnya pelan. Kepalanya mengintip sedikit untuk memastikan kalau ruangan itu memang benar ruangan yang ditempati Sora.

Nara tercekat sesaat setelah melihat siapa yang terbaring dengan lemah di atas ranjang. Tanpa perlu waktu waktu lama, Gadis Kim itu kembali terisak keras sambil menerobos masuk ruangan bernuansa putih itu. Hati Nara teriris perih melihat kondisi sang ibu yang tampak menyedihkan. Bagian tubuh Sora masih lengkap, Nara bersyukur atas hal itu. Namun, perban yang melilit di beberapa bagian tubuh sang ibu tetap membuatnya hancur.

Sehun muncul sedetik kemudian dengan gurat keterkejutan yang nyaris sama dengan yang anak tirinya rasakan. Dadanya yang sudah terasa nyeri menjadi semakin nyeri melihat betapa parahnya kondisi sang istri. Pelan-pelan lelaki itu merajut langkah mendekati ranjang. Matanya enggan lepas dari wajah tidur sang istri yang tampak begitu cantik walaupun dahinya terlilit perban. Diamatinya sekali lagi kelengkapan bagian tubuh sang istri dari ujung rambut hingga hingga ujung kaki. Semuanya masih lengkap, tapi Sehun belum bisa memastikan apakah semuanya baik-baik saja atau tidak. Dari luar Sora-nya memang masih sempurna, tapi entah bagaimana di dalam.

C R U E L [EXO] (Publish Juga Di Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang