10 [Private]

14.8K 1.3K 1.2K
                                    

Warning!

Plakkk!

Sebuah tamparan keras menyapa pipi Nara begitu ia berhadapan dengan Sora di pagi hari. Gadis itu tampak begitu syok. Tubuhnya berjengit kaget saat rasa perih yang begitu menyengat terasa di pipi pualamnya. Tangan Nara refleks menyentuh pipinya yang baru saja ditampar dengan begitu keras oleh sang ibu. Tak hanya ia, Sehun—satu sosok kasat mata yang juga sedang berada di kamarnya, menemani Sora— juga ikut berjengit kaget mendengar kerasnya suara kulit yang beradu di telinganya. Membuatnya tanpa sadar mendesis ngeri.

"Apa maksud tindakanmu semalam, Kim Nara? Apa yang merasukimu hingga kau tega merusak kepercayaan Ibu padamu, huh? Jawab Ibu!"

Bentakan Sora membuat Nara semakin berjengit. Perlahan, Nara memfokuskan netranya pada Sora yang menatapnya dengan begitu tajam penuh amarah. Saking marahnya, wajah Sora tampak memerah. Tangannya terkepal dan bergetar hebat. Air mata mengumpul di pelupuk mata Nara karena rasa sakit dan terkejutnya oleh tindakan sang ibu.

"I-Ibu kenapa? Apa maksud Ibu ... bicara seperti itu?" Nada suara Nara bergetar karena tangis yang tak dapat ia redam lagi. Ia takut melihat kemurkaan Sora. Wanita itu tak pernah semarah ini pada dirinya.

Sora mencengkeram bahu Nara dengan cukup kasar. "Jangan berpura-pura bodoh, Kim Nara! Kau tahu betul apa maksud perkataan Ibu. Untuk apa kau ke kelab malam dengan pakaian kurang bahan ini dan mabuk-mabukan di sana, huh?! Kau ingin jadi gadis murahan?"

Hazel Nara melebar terkejut. Fokusnya kini terarah pada dirinya sendiri. Gadis itu tampak syok setelah melihat penampilannya saat ini. Nara tidak sadar kalau sejak semalam ia tidur dengan masih mengenakan pakaian laknat yang Haesang berikan padanya.

"I-Ibu, aku bisa jelaskan semuanya. Ak—Aku tidak ada niatan untuk pergi kelab dan memakai pakaian ini, Bu. Aku hanya dijebak. Dan aku juga tidak minum alko—"

"Tidak minum, katamu?! Kau jelas-jelas mabuk semalam, Kim Nara! Ibu melihat dengan mata kepala Ibu sendiri saat Sehun menuntunmu yang sempoyongan dan meracau tak jelas pergi ke kamarmu! Jangan berbohong pada Ibu!"

Nara semakin terkejut. Pasalnya ia ingat betul kalau semalam ia sama sekali tak menyentuh minuman terlarang itu. Kecuali ....

Tiba-tiba hazel Nara membulat tak percaya. Jus itu! batinnya sedikit geram. Jus jeruk yang Jun berikan padanya pasti sudah lebih dulu dimasuki sesuatu sehingga Nara tampak seperti orang mabuk setelah meminumnya. Kurang ajar! Rupanya Haesang telah menjebaknya habis-habisan semalam.

"Ibu tak mengira bahwa Mingyu membawa dampak buruk padamu," desis Sora tak habis pikir. Tangan ramping wanita itu sudah tidak lagi menguasai bahu Nara. "Kau pergi ke kelab untuk menemuinya, bukan? Untuk apa anak di bawah umur seperti kalian pergi ke tempat semacam itu, huh?"

"Ibu kumohon ... dengarkan dulu penjelasanku! Tadi malam aku—"

"Cukup! Ibu sudah tidak mau lagi mendengarkan apa-apa lagi. Tapi yang jelas Ibu kecewa sekali padamu, Nara." Air mata kini ikut menggenangi pelupuk mata Sora. Kekecewaan tampak jelas terpancar dari sorot matanya. Nara terkesiap.

"Ibu ...."

Belum sempat Nara merengkuh sang ibu, Sora sudah lebih dulu berbalik pergi meninggalkan kamar Nara. Melihat hal itu, Nara pun hanya bisa luruh di tempatnya berdiri kini. Tangisan keras tak dapat ia tahan lagi tumpah begitu saja.

Sementara Sehun—yang tidak mengekori Sora— hanya bisa menatap datar pada Nara yang kini tampak begitu menyedihkan. Biasanya hatinya akan bereaksi berlebihan bila mendengar tangisan gadis itu. Namun kali ini tidak lagi. Sehun tidak merasakan apa-apa kecuali kekosongan dalam hatinya.

C R U E L [EXO] (Publish Juga Di Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang