03

10.6K 1.4K 708
                                    

Ruangan yang tadinya temaram kini berubah terang. Dua insan yang sedang asyik saling mencumbu itu langsung terlonjak kaget dan menjauh dari tubuh satu sama lain. Sehun turun dari sofa diikuti oleh Sora yang lebih dulu membenahi kancing kemeja yang hampir terbuka seluruhnya.

Bola mata mereka membulat sempurna mendapati seorang gadis berdiri tak jauh dari sofa. Tatapan gadis itu tampak kaget dan ... terluka.

"Na-Nara?!" Sora berseru kaget melihat sang putri tercinta. Rasa bersalah dan malu bersemayam di benaknya tanpa perlu waktu lama.

"Kau?!" Suara itu milik Sehun yang kentara tak percaya melihat sosok yang cukup familiar berdiri di hadapannya. Jadi benar dugaannya bahwa Nara calon anak tirinya adalan Nara yang sama dengan yang tadi bertemu dengannya di mall. Sehun bisa mengetahuinya dari gantungan kunci berbentuk kelinci milik gadis itu. Sora pernah bercerita bahwa Nara sangat menyukai kelinci.

Nara masih bisu. Tubuhnya kaku, tapi tatapannya tak segan berpindah dari Sora kepada Sehun. Gadis itu menatap kedua orang dewasa di hadapannya secara bergantian, berharap ia bisa mendengar sedikit penjelasan dari mereka.

Lelah menanti jawaban, Nara berinisiatif bertanya duluan. "A-Ada apa ini? Apa yang sedang kalian lakukan?" Tubuh Nara sedikit gemetar. Nada suaranya juga ikut bergetar, mungkin masih syok dengan apa yang baru saja ia lihat dengan mata kepalanya.

Sora meneguk saliva dengan susah payah. "Na-Nara, Ibu bisa jelaskan semuanya—"

"Siapa dia, Ibu?" Nara menunjuk Sehun yang masih saja diam, tak berniat membantu sang kekasih hati menjelaskan semuanya pada sang calon anak tiri.

"Dia—"

"Perkenalkan, aku adalah calon ayah tirimu."

Jawaban Sehun tak hanya membuat Nara terkejut, tapi Sora juga. Wanita cantik itu langsung mangalihkan atensi pada Sehun yang tampak santai. Bahkan, tangan pemuda berkulit pucat itu tak ragu merengkuh bahu kekasih hati.

"Sehun ...."

Sehun menoleh dan menatap Sora sedikit tajam. "Kenapa, salahkah aku berkata seperti itu pada calon anak tiriku? Bukankah kita memang akan menikah?"

Nara menggeleng tak percaya. Air mata mengumpul di pelupuk matanya. Nara mengepalkan tangannya guna menahan lapisan kristal bening itu meluncur begitu saja. "Kalian bohong! Kalian pasti bercanda, bukan? Mana mungkin ibuku mau menikahi pemuda yang jauh lebih muda darinya—"

"Tapi itu kenyataannya, Kim Nara!" Sehun melepaskan rangkulannya dari bahu Sora. Tubuhnya sedikit mendekat ke arah Nara. "Aku dan ibumu sudah menjalin kasih selama dua tahun. Aku melamarnya dan ia bersedia menikah denganku. Itu artinya, kita akan segera menjadi keluarga. Aku akan menjadi ayah tirimu."

"Tidak!" Nara menjerit. Ia menggeleng lagi. Lantas ia menyeret tubuhnya guna mendekati sang ibu yang justru menunduk diam. Kedua tangan kurusnya mencengkeram lengan Sora erat, memaksa netra sang ibu agar tertuju padanya.

"Ibu, tolong katakan sesuatu! Katakan bahwa apa yang dia katakan itu salah ...." Kristal bening kini telah meluncur membasahi pipi pualam Nara. Kesedihan terpancar jelas dari sorot matanya, membuat dada Sora berdenyut nyeri.

Sora berkaca-kaca. Ia segera menarik sang putri tercinta ke dalam pelukan erat. Lantas air matanya ikut meluncur begitu saja. "Maafkan Ibu, Sayang. Semua yang Sehun katakan memang benar. Ibu dan dia akan segera menikah—"

"Aku tidak setuju!" Nara menarik diri dari dekapan itu dengan begitu kasar. Tatapan sedihnya telah berganti menjadi tatapan sengit. Nara menghapus air matanya dan menggeleng kasar. "Aku tidak setuju jika Ibu menikah lagi apa lagi jika itu dengan dia—" Nara menunjuk Sehun dan menghunuskan tatapan tajamnya pada pemuda itu. Sora dan Sehun tampak terkejut dengan tindakan Nara. "Aku membencinya. Ibu tidak tahu betapa brengseknya dia—"

C R U E L [EXO] (Publish Juga Di Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang