Part 6: Only Hurting Each Other

365 36 0
                                        

𝓞𝓷𝓵𝔂 𝓗𝓾𝓻𝓽𝓲𝓷𝓰 𝓔𝓪𝓬𝓱 𝓞𝓽𝓱𝓮𝓻

꣑ৎ Happy Reading, Love ꣑ৎ

Jam pelajaran terakhir sudah berakhir dari lima belas menit yang lalu tapi gadis bersurai hitam itu masih sibuk menyalin catatan miliknya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Jam pelajaran terakhir sudah berakhir dari lima belas menit yang lalu tapi gadis bersurai hitam itu masih sibuk menyalin catatan miliknya. Suara alarm berdering yang dari benda pipih berlogo apel tergigit membuat konsentrasinya terganggu, matanya melirik ke samping guna melihat notes dari alarmnya.

Setelah membaca notes dari alarm yang terpampang di lock screen ponsel membuat Arletta bergegas merapikan buku-buku dan alat tulis. Seorang gadis berambut curly di sampingnya menoleh, ia menghentikan aktivitas mencatatnya dan menatap Arletta bingung.

“Are you done taking notes?” Gadis dengan name tagCharlote H’. itu menaikkan satu alisnya saat Arletta terlihat buru-buru dan tidak menjawab pertanyaannya.

“Yeah, I’m off,” pamit Arletta menyangklot Chanel School Memory Backpack miliknya.

“See you at the tutoring center,” ujar Charlote membuat Arletta menghentikan langkahnya saat ingin keluar kelas. “Hari ini aku gak ikut les. See you tomorrow,” balas Arletta santai.

“Kenapa?” sahut Aileen yang duduk tak jauh dari meja Arletta dan Charlote.

Tidak ada jawaban dari Arletta, dia terlebih dahulu keluar kelas dan menyumpal telinganya dengan Sennheiser Momentum True Wireless 3. Suasana sekolah masih cukup ramai, puluhan murid terlihat wara-wiri dengan urusan masing-masing. Beberapa murid menyapa Arletta meski gadis itu tak memberikan respons banyak.

Pintu lift terbuka saat ia masih berada di lantai empat, seorang laki-laki berambut pirang berdiri di luar lift dan tersenyum lebar mendapati Arletta di dalamnya. “Kakak!” pekik laki-laki itu girang.

Arletta menurunkan volume TWS yang ia gunakan, kemudian dia menggeser badannya memberikan ruang bagi adik laki-lakinya itu, Fransisco Aderald Charlos. "Are you going home today?” tanya Frans mengingat sang kakak sudah tidak pulang selama tiga hari.

“Iya, tapi mungkin malam. Aku mau ketemu Michele hari ini,” beber Arletta.

Mulut Frans membulat lucu. “Is Mama still at home?” tanya Arletta.

Frans mengangguk singkat. “Papa's even at home,” ungkap Frans yang dibalas helaan nafas panjang dari Arletta.

“Kakak jadi ikut study exchange ke Sydney?”

“There's no choice but to say yes,” kekeh Arletta.

Iris terang milik Frans menatap Arletta pilu, anak tengah dari keluarga Charlos itu memang dididik dengan keras. “Sorry, I can't help you with anything,” sesal Frans.

Arletta menatap adiknya bingung. “Why do you have to apologize? Lagi pula di Sydney ada Nathaniel. Aku rasa hidupku bisa sedikit lebih bebas jika tinggal bersamanya,” balas Arletta.

Last but Not Least Donde viven las historias. Descúbrelo ahora