Part 53: The End of the Hunt

148 13 0
                                        

𝓣𝓱𝓮 𝓔𝓷𝓭 𝓸𝓯 𝓽𝓱𝓮 𝓗𝓾𝓷𝓽

۫ ꣑ৎ Happy Reading, Love ۫ ꣑ৎ

Baskara perlahan menyembul dari balik horizon, menyelimuti Atlantic International High School dengan sinar keemasan yang lembut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Baskara perlahan menyembul dari balik horizon, menyelimuti Atlantic International High School dengan sinar keemasan yang lembut. Arunika memantul di permukaan aspal parkiran, menghadirkan kilauan hangat yang membaur dengan bayangan gedung sekolah yang megah.

Deretan mobil mewah menghiasi parkiran─Ferrari merah menyala, Mercedes-Benz dengan gril elegan, Aston Martin dengan garis aerodinamis yang memukau, hingga sebuah Lamborghini kuning cerah, semuanya berjajar rapi. Kilauan cat bodi yang sempurna memantulkan bias warna matahari pagi.

 Suara langkah siswa di antara mobil-mobil ini berpadu dengan bunyi lembut mesin yang baru dimatikan. Di tengah parkiran yang berkilauan, suara lembut mesin McLaren GT itu menghentikan sejenak bisik-bisik siswa yang melintas.

McLaren GT itu meluncur anggun ke salah satu barisan parkir, menyatu dengan deretan kendaraan mewah lainnya. Cat amethyst black pada McLaren itu tampak berkilau, seperti butiran permata yang memantulkan bias warna ungu gelap di bawah sinar matahari pagi.

Di balik kursi pengemudi seorang gadis cantik dengan balutan Double-Breasted Peacoat in Wool dari Saint Laurent berwarna hitam tengah memutar setir dengan lembut, menavigasikan mobil supernya ke salah satu tempat parkir yang kosong. Sepasang iris pekat itu menatap datar sebuah Porsche Cayman berwarna putih yang terparkir tepat di depannya.

Detik berikutnya saat ia keluar, pandangannya langsung bertemu dengan tatapan lelaki yang sudah berdiri tak jauh di depan, di samping Porsche-nya. Keduanya saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang berbeda. Arletta menatap Louis dengan tatapan dingin seperti sebelumnya, sementara lelaki itu hanya menatapnya tanpa berekspresi apa pun.

Keduanya melangkah berlawanan, tanpa sapaan atau pun sepatah kalimat yang terucap. Meski terlihat acuh, sejujurnya ada perasaan yang mengganjal dalam diri Arletta yang tidak mampu ia jelaskan.

“Good morning, Ar!” sapa Alexandra merangkul bahu Arletta.

“Tumben Louis tadi cuman lihatin kamu aja,” heran Alexandra. Sebenarnya tadi dia melihat adegan di mana Arletta dan Louis hanya saling tatap dan melenggang pergi begitu saja.

“Let’s drop it, Al. Don’t say anything about him again.”

“So, what really happened when you met Mr. William yesterday,” desak Alexandra.

“Perusahaan Papa dan perusahaan keluarganya Louis kembali bekerja sama dengan syarat Louis tidak lagi menggangguku. We’ll act like we don’t know each other.” Ucapan Arletta terdengar menggantung. “For good,” sambung Arletta lirih.

Last but Not Least Where stories live. Discover now