Part 24: Still Can't Accept

126 11 0
                                        

𝓢𝓽𝓲𝓵𝓵 𝓒𝓪𝓷'𝓽 𝓐𝓬𝓬𝓮𝓹𝓽

۫ ۫ ꣑ৎHappy Reading, Love ۫ ꣑ৎ

Roda dari Mercedes-Maybach S-Class berwarna putih itu berhenti berputar tepat di depan pintu utama rumah megah milik Arletta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Roda dari Mercedes-Maybach S-Class berwarna putih itu berhenti berputar tepat di depan pintu utama rumah megah milik Arletta. Louis menghela nafas pelan guna meredakan emosinya karena sepanjang perjalanan keduanya terus berdebat. Tatapan Louis masih terlihat teduh dengan binar yang masih kentara di manik birunya.

Dia menaruh tangan besarnya di atas tangan mungil Arletta. Ibu jarinya membelai lembut punggung tangan Arletta. “Aku minta maaf karena terbawa emosi tadi.” Louis menarik tangan Arletta mendekat ke wajahnya, kemudian dia mengecup lembut punggung tangan Arletta.

“I’m exhausted, sepertinya aku butuh istirahat,” ujar Arletta menarik tangan kanannya yang sedang digenggam lembut oleh Louis.

Louis memilih mengalah, dia bergegas keluar dari mobil dan mengitari mobil mewahnya guna membukakan pintu untuk Arletta. Sebelum masuk ke dalam rumah, Arletta sejenak menatap tenang paras tampan milik Louis.

“Take care driving home.” Louis mengulum senyum, dia kembali membawa Arletta dalam dekapannya. “I'm begging you not to say if you want our relationship to end. Demi apa pun aku akan melakukan segala hal untuk mempertahankan hubungan kita,” pinta Louis dengan suara terdengar bergetar.

“Kalau gitu bantu aku cari Michele.” Terdengar helaan nafas kasar dari bibir ranum Louis. “Baiklah, kita akan cari Michele sama-sama,” putus Louis.

“Michele means everything to me, Louis. I hope you understand that,” ungkap Arletta.

“You’re everything to me, for in my world, you are my universe,” timpal Louis.

Louis melepaskan pelukannya, dia menatap dalam manik onyx milik Arletta. Alis tebal yang rapi, hidung kecil yang mancung, bulu mata lentik dan mata kucing nan adiwarna; paras ayu itu memiliki ukiran sempurna. Paras yang tidak akan pernah bosan Louis tatap, paras yang selalu ia rindukan, serta paras yang selalu membuat iris birunya penuh binar.

“Makan malam besok akan aku batalkan dan aku anggap karena kamu masih capek baru pulang dari Sydney, bukan karena Michele. Tapi aku harap bulan depan kita bisa merayakan anniversary kita tanpa penolakan,” ucap Louis tegas seakan memberi perintah untuk Arletta.

“Aku masuk dulu,” pamit Arletta.

Louis memberikan koper Louis Vuitton Horizon 80 milik Arletta ke salah satu bodyguard, setelah Arletta masuk ke dalam rumahnya barulah dia mengemudikan mobil mewahnya keluar dari pekarangan rumah megah Arletta.

Di sisi lain, Arletta tampak lesu melangkah menuju kamarnya. Badannya terasa lelah seusai penerbangan hampir delapan jam. Saat pintu lift terbuka dia mempercepat langkahnya karena ingin segera merebahkan diri di atas kasur.

Last but Not Least Where stories live. Discover now