Louis Frankie Smith, anak tunggal dari pengusaha properti berdarah Amerika-Indonesia, jatuh cinta pada Arletta Maysha Charlos, seorang gadis beriris pekat. Meski hubungan mereka sudah terjalin selama tiga bulan, Arletta belum juga mencintai Louis-ba...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Arunika perlahan merayap, memantulkan cahaya lembut di landasan pacu yang basah oleh embun. Udara masih dingin, tapi aroma khas laut pulau dewata sudah mulai terasa di sekitar terminal, mengundang rasa hangat di tengah hawa pagi. Cakrawala cerah menyambut dengan warna biru jernih, diselingi oleh mega putih yang menyebar tipis.
Di balik kaca besar terminal kedatangan, deretan pohon palem yang menjulang tinggi melambai lembut dihempas angin. Suara pengumuman kedatangan dalam berbagai bahasa bergema di lorong-lorong bandara, bercampur dengan percakapan antar pelancong dan langkah kaki yang riuh.
Dua orang gadis cantik itu melangkah tenang, tidak banyak ekspresi yang mereka tampilkan. Salah satu di antara mereka tampak menatap dingin sekitar di balik Prada Symbole sunglasses yang ia kenakan.
"It's been so long since I last came to Bali," celetuk Alexandra girang.
"Don't lose sight of the reason we're here untuk menjalankan misi kita," peringat Arletta tidak ingin gadis itu terlena.
Alexandra memutar bola matanya malas, ia melirik sinis Arletta yang tengah sibuk mengotak-atik ponsel di sampingnya. Kemarin malam mereka mendapatkan informasi jika Richard Everett sedang berada di Indonesia, lebih tepatnya di Bali tempat mereka berada saat ini.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Arletta langsung memesan tiket untuk pergi ke Bali guna menyusul Richard. Semuanya harus segera ia akhiri, agar dia bisa segera hidup dengan tenang tanpa dihantui rasa bersalah kembali. Setidaknya, setelah semuanya selesai Arletta bisa mulai menerima takdirnya dan merelakan mimpinya.
Sebuah Mercedes-Benz S-Class berhenti di hadapan mereka. Salah seorang bodyguard bergegas turun membukakan pintu dan membawa koper mereka. "Should we get some breakfast first? Kita gak mungkin langsung menemui Richard pagi ini, 'kan?" tuding Alexandra saat baru saja dia duduk di kursi penumpang dari Mercedes-Benz S-Class.
"Let's head straight to the villa, mungkin siang nanti kita cari Richard," balas Arletta sembari memejamkan mata karena mulai merasa rasa sakit yang menjalar di punggung bagian bawahnya.
"Are you okay?" Melihat Arletta seperti menahan rasa sakit membuat Alexandra khawatir. "I'm okay, just a bit sleepy," kilah Arletta.
"Alright, we'll head to the villa for breakfast and rest a bit. Baru siang nanti kita cari Richard dan bertemu dengannya." Tidak ada respons dari Arletta selain anggukan kecil menyetujui ucapan Alexandra barusan.
ִֶָ 𓂃˖˳·˖ ִֶָ ⋆۫ ꣑ৎ⋆ ִֶָ˖·˳˖𓂃 ִֶָ
Baskara telah berada tepat di tengah jumantara. Sinarnya menyinari seisi bentala, menyingkirkan gulita. Gadis bersurai kelam itu tampak duduk di salah satu sofa yang berada di balkon kamarnya dengan Apple MacBook Pro 14 berwarna hitam kosmik yang berada di pangkuannya.