17~Karakter Tersembunyi~

Start from the beginning
                                    

Ya ampun! Ia baru teringat bahwa terakhir di sekolah sedang menunggu Mauza. Segera Olyn mengeluarkan ponsel dan ternyata telah ada beberapa SMS dan panggilan tidak terjawab dari Mauza. Ia menepuk keningnya pelan karena menonaktifkan suara di ponsel. Dengan cepat mengetikan beberapa kalimat untuk dikirim ke Mauza.

"Halo..."

Olyn hanya memasang telinganya ketika Julian mendapat panggilan telepon. Sudut matanya melihat Julian menggunakan headsetnya.

"Oh iya Pak saya sudah tau tentang semua jadwalnya."

From: Mauza Abrisam
Kalo gitu kamu hati-hati ya pulangnya sama Milly.

Fyuh. Pertama kalinya Olyn berbohong pada Mauza. Ia mengatakan bahwa Milly mengajaknya ke bioskop secara mendadak, dan untungnya Mauza tidak bertanya lebih.

"APA!"

Cittt!

Kening Olyn hampir saja membentur dashboard saat Julian mengerem dadakan, bila saja ia tidak memasang seatbelt. Apalagi ponselnya yang terjatuh begitu saja. Ia pun mengambil kembali ponselnya dengan perasaan marah. Untung saja pria itu sedang berbicara dengan seseorang yang sepertinya penting. Kalau tidak, mungkin ia telah mencekiknya.

Benar atau tidak. Sekarang yang Olyn lihat rahang Julian mengeras. Buku-buku jari tangannya telah memutih menggenggam erat stir mobil.

Ia jadi penasaran apa yang dibicarakan orang yang dipanggil Pak itu.

"Baiklah terima kasih."

Tiba-tiba saja Olyn merasa jantungnya berdetak tidak teratur, merasa suasana sekarang seperti mencekam. Julian pun hanya mengucapkan beberapa kata tanpa ekspresi. "Gue anter lo pulang."

Kemana Julian yang sebelumnya?

***

Joshua hampir saja terjungkal ketika Julian menyingkirkannya dan berjalan cepat ke lantai dua rumahnya. Sebelumnya bel dipencet berulang kali membuatnya merutuki siapa pun yang mengganggunya bermain Play Station. Namun melihat Julian yang datang dengan wajah yang berbeda, membuatnya memikirkan beberapa kemungkinan yang ada dipikiran pria itu.

"Kenapa Josh! Kenapa hah!"

Pukulan bertubi-tubi ia layangkan pada samsak di depannya. Meluapkan semua emosi. Marah, benci menjadi satu dalam waktu bersamaan.

Joshua menatap kasihan sahabatnya.

"Gue selalu aja kalah dengan Mauza! Dia lebih unggul segalanya dari gue, terlebih dengan cepat menarik perhatian semua guru."

Buk! Buk! Buk!

"Tenangin diri lo, Lian."

"Gue gak bisa tenang, hah!" Teriaknya sambil menarik kerah baju Joshua.

Joshua memilih diam dan hanya mendengar setiap kalimat yang dilontarkan Julian. Pria itu sadar. Tidak ada gunanya juga memarahi Julian bahkan bersikap kasar.

"Dia itu selalu ngerebut apa yang gue miliki. Wajah lembut itu selalu mendapatkan apa yang ingin gue raih!" Julian menatap tajam Joshua. "Lo tau? Gue muak lihat wajah polos itu. Gue benci!" Sambungnya mendorong Joshua hingga ia terhempas ke sofa.

"L-lo mau ngapain?" Ia langsung berdiri kembali memerhatikan Julian yang mengeluarkan ponsel dengan tergesa. Berharap apa yang ia pikirkan sekarang tidak benar.

"Diam!"

Kemudian sambungan pun terhubung ketika seseorang menyapa dari seberang sana.

"Cepat siapkan petarung buat gue." Rahangnya mulai mengeras ketika mendengar jawaban diseberang sana. "Uang bukan masalah buat gue!"

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Where stories live. Discover now