"Lid, bisa tolong ambilin yang itu nggak?" tanyanya pada Lidya yang baru saja akan duduk.

"Dih, baru aja mau duduk. Untung cakep." gumam Lidya yang tentunya masih terdengar.

"Yang mana?" tanya Lidya menatap gadis itu dan beralih menatap rak buku di sampingnya.

"Itu tuh yang itu." ucap gadis itu menunjuk salah satu buku yang terletak di rak bagian atas. Dengan mudahnya Lidya mengambil buku yang di maksud.

"Ini?" tanya Lidya menunjukan buku yang dia pegang. Gadis pendek itu mengangguk dan mengambilnya. Namun, sebelum dia mengambilnya Lidya menjauhkannya.

"Kok gitu? ayo siniin, mau aku baca." Rengek gadis itu memasang wajah cemberutnya.

"Ini dulu." kata Lidya menunjuk pipinya. Gadis itu mengerutkan keningnya, saat sudah paham dengan apa yang Lidya maksud, dia segera mencium pipi Lidya dengan cepat dan merebut buku itu dari tangan Lidya. Dia langsung pergi meninggalkan Lidya setelah mendapatkan buku yang dia inginkan.

Lidya yang mendapat satu ciuman di pipinya, hanya tersenyum dan berjalan mengikuti kemana gadis itu pergi. Dia menemukan gadis itu sedang duduk manis di salah satu kursi perpustakaan.

"Kok aku di tinggalin sih? entar kalo aku di ambil orang, baru tau loh ya," bisik Lidya duduk disampingnya. Gadis itu hanya diam dan terus membaca. Dia berusaha meredam degup jantungnya yang begitu cepat.

"Yaah... di cuekin. Segitu bagusnya ya, bukunya? sampe aku di anggurin." Gadis itu menutup bukunya dan menoleh pada Lidya yang langsung tersenyum.

"Kamu bisa diem nggak sih, Lid? ini perpus, bukan kantin. Diem ya?" ucapnya lembut sembari tersenyum.

Lidya mengangguk patuh dan mendekatkan wajahnya. Gadis itu terdiam menatap Lidya yang semakin mendekati wajahnya. Saat sudah beberapa senti, Lidya tersenyum begitu manis. "Kamu cantik banget kalo lagi senyum," bisik Lidya tepat di depan wajah gadis itu. Lidya menjauhkan wajahnya dan lebih memilih diam sembari memainkan ponselnya.

Beberapa saat mereka diam dalam kegiatan masing-masing, gadis yang sedang bersama Lidya, menutup bukunya dan berdiri.

"Keluar yuk, kayaknya kamu bosen disini." katanya menarik tangan Lidya.

Lidya mengangguk dan berjalan keluar dari perpustakaan. "Mau kemana, Mel? mau makan nggak?" tanya Lidya merangkul gadis itu.

"Makan? boleh. Yuk, makan di kantin aja." jawabnya menarik Lidya ke arah kantin. Lidya hanya bisa tersenyum bahagia. Meski mereka belum memiliki hubungan khusus, tetapi kedekatan mereka sudah begitu terlihat seperti sepasang kekasih.

"Melody, makan dong. Kok malah di foto-foto makanannya?" keduanya sudah duduk di bangku kantin. Dan makanannya pun juga sudah ada di depan mereka.

Melody tidak mendengarkan ucapan Lidya. Dia terus mengambil gambar makanannya sebelum dia santap.

Lidya hanya bisa terdiam menatap gadis di sampingnya yang masih sibuk dengan ponselnya. "Haah... sibuk aja terus sama hengpongnya." ujar Lidya melahap makanannya.

Melody tersenyum meletakan ponselnya dan mencubit pelan pipi Lidya. "Bawel deh, kan cuma bentar. Nih, aku makan." ucap Melody memakan makanannya. Lidya tersenyum menatap Melody yang asyik memakan makanannya.

Apa aku bisa dapetin hati kamu, Mel? Batin Lidya kembali memakan makanannya.

*****

Shania duduk di depan gerbang sekolahnya. Matanya sesekali melirik ke arah ponsel yang sedang dia genggam.

"Kemana sih, ini anak." gumamnya pelan.

Semua Karena Cinta(Completed)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora