BAB 6 - Coklat dan Bunga Tulip

3.2K 127 0
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SI CEWEK FROZEN

Jadilah aktor pertunjukan drama jika kau sedang berperan, tapi berhentilah berperan saat kau tidak sedang bermain pertunjukan drama.
Buka topengmu dan munculkan dirimu yang sesungguhnya-

🍁「Arzetta Nafa Raditya」🍁

***

Hidup ini layaknya sebuah novel yang mengikuti alur, dengan didalamnya terdapat tokoh beserta karakternya, mempunyai tema beragam, berbagai adegan terjadi hingga menimbulkan konflik, setelah konflik terjadi akan mencari cara penyelesaian hingga memunculkan ending sebagai jawaban.

Sama dengan kehidupan Nafa sekarang. Dia hanya bisa mengikuti alur, berbagai konflik sudah dialaminya. Namun, dia sendiri belum menemukan cara penyelesaiannya mengetahui ending nantinya.

Drtt drtt drttt

Getaran ponsel berbunyi, nampak di layar muncul nomer tidak Nafa kenali. Tetapi, melihat nomer ini bukan berasal dari Indonesia, dia mencoba menekan tombol hijau. Padahal, Nafa bukan orang yang mudah mengangkat telefon dari orang tidak dikenal. Kali ini berbeda, hatinya seakan mendorong Nafa untuk mengangkat telefon itu.

"Halo."

"Retta."

Suara di seberang sana membuat Nafa membisu, dia sangat merindukan suara ini. Suara yang dapat membangkitkan semangatnya, suara yang memanggil dengan sebutan berbeda, suara yang menjadikan dirinya kuat sampai sekarang. Nafa meremas ujung kukunya sampai memutih. Dadanya mulai sesak, nafasnya tidak teratur. Saat ini ingin rasanya dia berteriak sekencang-kencangnya, namun tertahan dalam tenggorokan. Digantikan dengan isakan pelan, mata jernih bak air sungai itu kini membuat pandangannya mengabur. Tangan kirinya masih memegang ponsel tepat di telinga.

Orang itu mencoba mengulangi bicaranya.

"Halo halo?"

"Retta?"

"Arzetta?"

"Ini nomernya Retta kan?" Nafa masih terdiam. "Arzetta Nafa Raditya?"

Nafa hanya menganggukan kepala, cairan bening sudah lolos mengalir di kedua pipinya dan dia yakin orang yang sedang menelefonnya kini tidak dapat melihatnya. Nafa sudah tidak tahan untuk tidak menangis, isakan pelan berubah menjadi keras hingga terdengar jelas di telinga lawan telefonnya itu.

"Kakak." suara serak dari Nafa keluar bersamaan dengan dirinya yang masih menangis.

"Kak Dafa?" ulanginya, "ini Retta kak." tangisan Nafa sudah pecah.

Dia atau yang menelefon Nafa adalah Dafa, kakak laki-laki Nafa, dia tinggal di luar negeri karena meneruskan kuliah. Memang sudah lama Dafa tidak menghubunginya, Nafa sendiri mencoba menghubungi Dafa namun tidak bisa.

"Retta?? kamu kenapa nangis? maafin kakak, baru bisa hubungin kamu. Gimana kabar kamu sekarang?? Sekolah kamu gima--"

"Kapan pulang?" potong Nafa cepat.

Dafa menghela nafas berat, mencoba diamuntuk mengontrol dirinya. Dafa mengerti kalau Nafa bukan tipe orang yang mudah terbuka ke orang lain, bukannya Nafa tidak percaya kepada orang lain melainkan Nafa orang yang sangat berhati-hati. Terkadang orang terlihat baik luarnya tapi berbanding terbalik didalamnya. Nafa hanya terbuka dengan orang dia anggap bias di percaya. Salah satunya termasuk Dafa.

"Kapan pulang." Nafa lagi-lagi mempertanyakannya.

"Arzetta, kakak kangen sama Retta. Kangen banget. Maafin kakak, baru sekarang bisa hubungi kamu. Ponsel kakak hilang." suara Dafa melembut.

CUEKजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें