BAB 18 - Pertemuan Pertama

1.9K 90 0
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH SI CEWEK FROZEN

Sekarang yang kuinginkan
hanya waktu mau berhenti.
Aku tidak ingin melewati waktuku saat ini walau sebentar saja.

「🍁 Arzetta Nafa Raditya 🍁」

***

Didalam kamar Nafa hanya mengotak atik ponsel. Memainkan jemari diatas layar datar tersebut. Ternyata dia sedang memainkan games. Nafa tidak bisa tidur, dari tadi dia uring-uringan di kasur. Jantungnya berdegup kencang tidak tau apa yang akan terjadi nanti.

Saking asyiknya bermain games sampai Nafa tidak menyadari sisa baterei tinggal dua persen. Baru hendak beranjak menancapkan kabel charger, ponselnya sudah tidak menampakkan layar berwarna.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 04:15 Nafa mencoba keluar dari kamar. Tenggorokannya seakan kering padahal yang dia lakukan hanya diam. Tidak mengoceh macam burung beo.

Saat menuju meja makan tercium bau sangat sedap. Nafa sedikit curiga sebab meja makan sudah dipenuhi dengan beraneka jenis makanan. Sudah seperti akan ada acara makan besar-besaran. Setiap makanan yang ada diatas meja Nafa perhatikan secara seksama. Mayoritas makanan tersebut makanan kesukaan kakak laki-lakinya. Yeah, Nafa hafal betul apa saja makanan kesukaan Dafa.

Walau ada rasa aneh tak menjadikan Nafa berpikiran macam-macam. Mungkin saja bi Inah memang sengaja membuatkan makanan kesukaan Dafa. Atau bisa jadi Safa sedang mengadakan acara makan bersama dengan temannya. Toh, makanan kesukaan Nafa juga tak tertinggal disediakan.

"Nafa?" Nafa mengalihkan pandangan ke bi Inah khas dengan celemek dan semangkuk sup jagung.

"Nafa mau makan sekarang?" Nafa menggeleng. "Nanti."

Nafa lanjut mengambil gelas lalu menekan tombol pada dispenser. Air putih sudah terisi penuh pada gelas dilanjutkan dengan Nafa tidak kembali ke kamar maupun duduk di meja makan yang masih bi Inah persiapkan. Lebih tepatnya ditata serapi mungkin.

Nafa lebih memilih merasakan hawa sejuk sore di taman belakang rumah yang ada kolam ikan. Kolam ikan yang sudah ada sejak kedua orangtuanya menikah.

Nafa mengambil pakan ikan yang tergeletak di meja dekat kolam. Sambil memberi makan ikan-ikan Nafa duduk dipinggiran kolam dengan separuh kaki dicelupkan kedalam kolam. Sedikit demi sedikit Nafa mengayunkan tangan menebar pakan sampai langsung disambut kumpulan ikan mas. Ikan yang lebih banyak mengisi kolam tersebut.

Hanya memberi makan ikan saja bisa membuat hati Nafa sedikit tenang. Seakan Nafa tak merasakan kepiluan lagi. Air kolam yang jernih sangat menyejukkan hati dan pikiran Nafa.

Bi Inah yang tidak melihat Nafa menoleh mendongkakkan kepala mengintip apa yang sedang dilakukan Nafa. Bi Inah ingin menghampiri Nafa, namun bunyi bel didepan membuat bi Inah mengurungkan niatnya. Masih dengan celemek yang menempel ditubuhnya bi Inah membuka pintu.

Sedetik kemudian tubuh bi Inah mendadak kaku. Spontan tangannya membekap mulut. Matanya sudah berkaca-kaca, pandangannya semakin memburam. Bi Inah ingin berteriak tapi lidahnya sudah kelu digantikan air mata menetes deras dikedua pipinya.

Orang yang dilihatnya saat ini tidak banyak perubahan. Postur tubuh yang jangkung. Rambut yang dipotong rapi. Hanya kumis tipis yang membuat laki-laki didepannya ini semakin tambah terlihat dewasa.

CUEKUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum