Kinal membuka matanya perlahan, merasakan sinar matahari mengenai kelopak matanya. Rasa nyaman dari pelukan seseorang membuatnya sedikit enggan untuk bangun. Dia kembali mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher yang menurutnya adalah tempat paling nyaman yang pernah dia rasakan.

Veranda yang sedari tadi sudah bangun hanya tersenyum merasakan Kinal yang enggan bangun dan malah mengeratkan pelukannya. "Bangun..." bisiknya tepat di telinga Kinal. Gadis tomboy itu tidak merespon.

"Kinal, bangun..." bisiknya lagi.

CUP!

Satu kecupan mendarat di pipi gembul Veranda. "Pagi bidadari... kalo tiap hari aku bangun ada kak Ve, bisa-bisa aku nggak mau bangun terus. Maunya dikasur aja sama kak Ve." kata Kinal menatap mata Veranda.

"Dasar gombal. Ayo bangun, kamu mesti kuliah hari ini." ujar Veranda berusaha melepaskan diri dari pelukan Kinal.

"Nggak mau. Mau sama kak Ve aja. Lagian hari ini aku kuliahnya jam siang. Jadi... kita bisa berdua-duaan." ucap Kinal yang di akhiri dengan bisikan. Veranda menggeleng kecil dan menarik hidung Kinal.

"Tapi aku kerja, Kinal. Ayo lepas, kalo nggak aku nggak mau lagi ketemu kamu." ancam Veranda berpura-pura memasang wajah datarnya.

"Kak Ve, kalo mukanya datar gitu, mirip sama Jessica Jung, loh. Makin cantik." gombal Kinal tersenyum.

"Dasar, ayo buruan bangun. Nanti aku terlambat ke kantor, Nal." Kinal pun melepaskan tubuh kurus Veranda dan beralih mengambil ponselnya.

Veranda duduk di pinggir tempat tidur dan menguncir cepol rambutnya. Kinal melirik ke arah sampingnya dan langsung meneguk air liurnya susah payah saat melihat leher belakang Veranda yang sangat putih.

Buset, itu kulit apa ubin? putih amat kek salju. Batin Kinal menggeleng kecil.

"Semalem kamu mimpi apa sampe keringetan?" tanya Veranda yang sudah berdiri dan menatap Kinal yang masih menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Mimpi? eemm... semacam mimpi buruk. Tapi lupain aja." jawab Kinal cepat dan langsung mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang sudah di penuhi oleh chat dari sahabat-sahabatnya.

Veranda mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi. Sedangkan Kinal, menghela nafas lega karena Veranda tidak menanyainya lebih dalam.

*****

"Kinal! itu telornya di balik, malah di liatin terus. Aduh! gosongkan telornya. Ini lagi, kenapa ada kulit telornya juga? kamu mau makan kulit telor apa? Apaan nih? masa ampun! ini keju buat apa? banyak bener lagi." Kinal hanya bisa diam sambil melihat Veranda yang mengomel.

Veranda membuang telur yang sudah gosong itu ke dalam sampah dan membersihkan dapur yang hampir saja Kinal hancurkan.

"Kamu itu mau bikin apa sih? kenapa nggak panggil Bibi aja?" tanya Veranda berkecak pinggang. Kinal hanya menyengir dan menyodorkan ponselnya.

"Aku tuh mau bikin telor dadar yang ada bawang-bawangannya gitu, Kak. terus di kasih keju gitu. Tapi disini nggak ada parutan keju, jadinya aku lelehin aja kejunya. Aku mana tau ada ART disini, orang sepi begini." jelas Kinal menoleh kiri kanan.

Semua Karena Cinta(Completed)Where stories live. Discover now