23

55 4 0
                                    

Rachel menuju ruangannya dengan wajah risih karena tatapan mahasiswa/i disini karena ia tadi datang bersama Rafael. Dan karena ini juga Rachel menyesal karena diantar kekampus.

Rachel melewati lorong dengan wajah datar n dingin karena ia adalah tipe orang yang tidak mau terlalu peduli apalagi kepo.

"Rachel!!! Lo masuk jugak?!!?" tanya seorang cewek dengan suara lantang hingga bakteri jika bisa bicara pun akan menegurnya. Yah cewek itu tak lain dan tak bukan adalah Reina si mulut toa.

Reina pun berlari menuju Rache, Rachel yang mendengar teriakan itu hanya memutar matanya malas, dia tidak akan bisa hidup tenang jika berada dikampusnya, pengganggu ini pasti tidak akan membiarkannya.

"Chel, lo masuk? Bukannya biasanya lo kagak masuk ya?" tanya Reina dengan tak biasa karena ia ngosngosan setelah berlari mengejar Rache.

"mulut lo mau gue sumpelin kertas yang ada diruang dosen?" tanya Rachel kesal dengan gadis yang ada dihadapannya itu.

"kertas diruang dosen? Nggak deh kebanyakan mulut gue kagak muat nanti robek" ujar Reina ngaco.

Rachel hanya mencibikkan bibirnya setelah itu melanjutkan berjalan meninggalkan Reina lagi.

"dih, gue ditinggal. Tungguin woy!" teriak Reina yang ingin mengejar Rachel kembali namun ada tangan cewek yang mencegahnya.

"eh... Temen lo yang cabe tuh tadi dateng sama cowok ganteng, gatel banget sih tuh cewek" ujar cewek itu yang menjelekkan Rachel.

Rachel yang tidak jauh dari sana mendengar perkataan itupun langsung berhenti dan membalikkan badannya dan melihat 3 orang sambalado yang mencekal tangan sahabatnya, meskipun dia adalah tipe orang yang tidak pedulian namun ia tidak akan pernah membiarkan orang terdekatnya celaka.

Rachel pun mendekati 3 orang tersebut.

"siapa lo berani jelekkin sohib gue hah!??" ujar Reina, kalo Reina tipe orang yang ceplas ceplos dia tidak pernah takut sama sekali termasuk kepada 3 sambalado itu.

"berani sekali ya lo sama Nadia, pemilik kampus ini! Lo mau dikeluarin dari kampus hah!?" bentak salah satu teman dari si ketua sambalado.

"berani dong ngapain nggak emang lo Tuhan? Lo gak bisa ngeluarin gue dari sini karena gue anak penyumbang terbesar disini!" ujar Reina tak kalah kerasnya.

"lo itu ya...." ujar Nadia (ketua dari sambalado) yang ingin menampar Reina namun tangannya tertahan oleh tangan seseorang.

"lo berani nampar sahabat gue?" tanya Rachel dengan nada datar namun yang mendengar suara itu akan meneguk ludahnya. Iya itu adalah tangan Rachel.

"ngapain gue ga berani siapa lo? Gue aja gak tahu lo dari keluarga kaya atau miskin. Lo itu ga punya hak disini!" ujar Nadia memberanikan diri namun teman - temannya hanya menunduk diam tanpa membela siapapun.

"oh kalo lo tahu siapa gue, gue yakin lo bakalan berlutut dikaki gue!" ujar Rachel santai sambil menghempaskan kasar tangan Nadia yang dipegangnya tadi.

"aw... Emang lo siapa, hah? Sok genit lagi dihadapan semua cowok!" ujarnya memfitnah Rachel.

"lo bakalan tahu tapi belum waktunya, tapi inget satu hal lo gangguin hidup gue dan orang terdekat gue lagi maka identitas lo sebagai orang kaya gue cabut dan hushhh...." ujar Rachel dengan tenang dengan nada mengusir, Nadia yang mendengar itu pun langsung berlalu pergi darisana karena ia menjadi bahan tontonan seluruh warga kampus.

"Chel? Lo gamau ngasih tahu identitas asli lo?" tanya Reina dengan berbisik sambil mengikuti langkah Rachel yang sudah terlebih dahulu menuju ruangan.

"belum saatnya mereka semua tahu, publik pun belum tahu gue. Yang tahu hanya lo kakak lo dan 1 orang lagi" ujar Rachel yang mengingat Rafael.

"maksud lo 1 orang lagi?" tanya Reina lagi, Rachel mengehela napas panjang dan mempercepat langkah, ia tidak mau memberi tahu itu dulu.

"Yaudah kalo lo gamau jawab, terus satu lagi tadi si Nadia nenek sihirkan bilang lo dateng bareng cowok ganteng, emang siapa?" tanya Reina yang kepo.

Rachel yang mendengar itu pun hanya berkata dalam hati.
"itu orang yang sama bego!!" ujarnya dalam hati.

"Chel, gue itu ga suka dikacangin" kesal Reina yang dikacangin oleh Rachel.

"kata lo waktu itu lo ga suka dianggurin kok sekarang dikacangin?" tanya Rachel yang berniat ingin mengubah topik pembicaraan.

"tahu ah... Males gue ngomong sama lo! Kebawa emosi mulu gue" ujar Reina kesal dan menghadap kearah lain. Kan bener kata Rachel setelah ini pasti topiknya akan berganti.

# # # #

Setelah selesai pelajaran Rachel pun mengambil tas laptopnya lalu berjalan menuju parkiran, ia tak yakin bahwa Rafael akan menjemputnya jadi ia mengambil HPnya mengotak atiknya dan berhenti dinomer sopir pribadinya.

Saat Rachel ingin memencet nomer tersebut tiba - tiba ada bunyi klakson mobil didepannya dan ternyata itu adalah Rafael.

"Chel! Ayo naik! Gue nepatin janji kan?" bangga Rafael.

"cisshhh gitu aja bangga" gerutu Rachel sambil melangkah menuju mobil BMW milik Rafael.

Rachel masuk kedalam mobil Rafael dengan langkah malas, sebab yang pertama ia menjadi pusat perhatian dan yang kedua Rachel sudah menunggu Rafael lebih dari 20 menit.

"jan cemberut gitu napa? Gue kan relat jemput cuman 20 menitan" ujar Rafael melihat Rachel yang menatap jalanan dengan tatapan datar.

Tak ada jawaban dari Rachel.

Rafael pun akhirnya menyerah dan membiarkan Rachel dengan pikirannya sendiri, ia tahu bahwa ia yang salah karena telat menjemput Rachel. Penyebab dari keterlambatannya itu adalah karena suatu hal entah apa itu hanya dia dan tuhan yang tahu.

Bersambung....















Sekian dulu ya ceritanya nanti aku sambung lagi, soalnya besok ada presentasi jadi ga bisa diganggu gugat. Oke?

Jan lupa vote n comments ya!!

Salam Astrid:""

Flexible Where stories live. Discover now