Bagian - 24

51.2K 3.2K 73
                                    

Malam sudah larut saat Fabian tiba di gedung apartemennya. Ia membiarkan supirnya memarkirkan mobil sementara ia melangkah menuju apartemennya. Langkahnya sedikit kurang bersemangat, penyebabnya tentu saja karena rasa lelah seharian bekerja di kantor ditambah ia harus lembur sampai selarut ini. Akhir-akhir ini ia lebih sering lembur daripada hari biasa.

Tapi, ketiadaan Devika lah yang lebih membuatnya ogah-ogahan pulang ke apartemen. Terbiasa bersama perempuan itu setiap malam, rupanya telah membawa dampak yang luarbiasa untuknya. Rasanya ia takkan mau bila Devika jauh darinya.

Sudah tiga malam Devika tidak menginap di apartemennya. Selain karena ia yang sedang datang bulan--yang berarti mereka tak bisa bercinta-- ayah perempuan itu pun membuat alasan bahwa ia merindukan putrinya, akhirnya Devika tidak datang ke apartemen Fabian.

Fabian tahu kalau itu hanyalah alasan Adam untuk mencegah Devika bertemu dengannya. Kelakuan pria itu akhir-akhir ini membuat kesabaran Fabian kian menipis. Seperti pagi tadi, anak buahnya memberikan informasi yang hampir meledakkan kepalanya karena emosi. Kalau Adam bersekutu dengan karyawannya untuk menipunya, itu memang membuat Fabian marah. Tapi ini, menempatkan kamera tersembunyi di kantornya, jelas sudah kelewatan. Kalau bukan lagi-lagi mengingat Devika--yang sialnya ia cintai--kepala Adam sudah pasti menjadi sasaran tembakannya.

Fabian menekan sandi apartemennya. Ruangan yang gelap menyambutnya begitu ia masuk, hanya ada sedikit cahaya yang berasal dari lorong menuju dapur. Sepatu dilepaskannya begitu saja tanpa menghidupkan lampu, begitu pun dengan kaos kakinya kemudian melemparkannya ke sembarang arah. Fabian biasanya selalu rapi menempatkan barang-barangnya, apalagi Devika kerap mengingatkannya soal kerapian, namun di saat-saat seperti ini ia tidak peduli lagi dengan kerapian.

"Shhhiitt," ia memaki, kakinya tersandung kaki meja. Bercampur kesal, Fabian menghidupkan lampu. Setelah itu ia melepas jas lalu membuka dua kancing teratas kemejanya. Dalam hati ia merutuki Adam. Karena dialah Fabian menjadi stres dan tak tahu mau melakukan apa pada pria itu.

"Sial," makinya lagi. Fabian mengeluarkan ponsel dari saku celana bahannya. Melihat tidak ada satu pun pesan atau panggilan dari perempuan yang dirindukannya, semakin membuat suasana hatinya buruk. Beberapa pesan darinya untuk Devika sudah perempuan itu baca tapi tidak dibalas. Kalau seperti ini, bagaimana dirinya tidak semakin kesal. Ia menyugar rambutnya yang berantakan dengan jari-jarinya yang panjang dan menghela napas. Beberapa batang rokok sepertinya bisa membantu.

Kakinya sudah akan memasuki kamar saat matanya menangkap keberadaan seseorang di atas sofa ruang tv-nya. Orang itu sedang tidur dengan nyaman dengan kedua tangan terlipat dan berada di bawah pipi.

Bibir Fabian langsung merekah dengan senyuman saat menyadari siapa yang kini berbaring di sana. Ia mendekat dengan pelan, tak ingin membangunkan perempuan itu.

Devika memang selalu cantik, tapi di saat tidur seperti ini ia terlihat lebih cantik lagi. Sisi lembut Fabian yang sebelumnya tak pernah timbul, sejak ia bersama Devika, perasaan sentimentil itu perlahan ia rasakan. Rasa sayang  yang terasa asing. Ia menyayangi ibunya, karena memang beliau adalah satu-satunya orang tua yang dimilikinya saat ini.

Tapi rasa sayang untuk Devika itu berbeda. Entahlah, bahkan hatinya sendiri tak bisa melukiskannya. Walau Adam, ayah Devika yang bajingan telah menguji kesabarannya, tapi tak sedikit pun perasaannya berubah untuk wanita itu.

Dan saat melihat Devika tidur nyaman seperti ini, di apartemennya, bersama dengannya, hatinya seketika menjadi penuh dengan rasa senang.

Bulu mata wanita itu yang hitam dan lentik menghiasi wajahnya yang mungil. Bibirnya yang tipis sedikit terbuka ketika bernapas.

Menggulung lengan kemejanya, Fabian jongkok di depan Devika. Devika memakai pakaian tidur lengan  baju dan celananya panjang. Kelihatan kalau ia sedang tidak ingin menggoda Fabian. Mungkin tamu bulanannya belum selesai. Pikir Fabian dalam hati.

I Feel The Love (Playstore)Where stories live. Discover now